Hai, apa kabarmu? Semoga sehat selalu menyertaimu. Mendapati diri sehat adalah kabar paling menggembirakan di tengah situasi pandemi yang tidak menentu seperti saat ini.
Kita melihat, di beberapa daerah ada kenaikan kasus positif Covid-19 setelah libur lebaran. Minggu-minggu ini sampai akhir Juni 2021 adalah masa yang menentukan setelah kita melihat dampak dari libur lebaran.
Apakah kita cukup disiplin, sigap, detail dan sabar mengatasi lonjakan kasus di beberapa tempat sehingga bisa dihentikan atau sebaliknya.
Kita melihat, pemerintah daerah dan pemerintah pusat bahu membahu mengatasi hal yang sudah diprediksi ini.
Kabupaten Kudus, Jawa Tengah adalah salah satunya. Karena lonjakan ini, tujuh daerah terimbas dan masuk zona merah di Jawa Tengah. Tujuh daerah itu adalah Jepara, Pati, Demak, Grobogan, Sragen, Brebes dan Tegal.
Selain Kudus adalah Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur. TNI, Polri dan BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) turun langsung membantu penanganan sekaligus memutus rantai penularan sesuai arahan Presiden Joko Widodo.
Empat langkah dilakukan TNI, Polri dan BNPB yaitu pendampingan dinas kesehatan, penguatan dan pelaksanaan tes usap, mengerahkan tenaga kesehatan di rumah sakit dan mengingatkan terus soal protokol kesehatan.
Otoritas yang berwibawa dan dihormati menentukan sukses tidaknya pelaksanaan empat langkah untuk memutus rantai penyebaran Covid-19.
Tidak heran, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, Kepala Polri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dan Kepala BNPB Letjen Ganip Warsito turun langsung ke beberapa daerah untuk memperkuat otoritas mendisiplinkan warga.
Langkah bahu membahu pemerintah pusat dan daerah serta upaya mendisiplinkan warga jadi bahan percakapan kami dengan Presiden Jokowi di ruang tengah Istana Merdeka, Jakarta, Senin (7/6/2021) sore.
Lama tidak jumpa muka ke muka dengan Presiden Jokowi. Perjumpaan serupa terakhir terjadi pada 4 September 2020 di Istana Bogor, Jawa Barat. Saat itu, beberapa pemimpin redaksi diundang untuk saling bertukar pikiran.
Di awal petemuan di Istana Merdeka yang dibuka semua pintu dan jendelanya, Presiden Jokowi mengaku tidak ada hal yang mendesak. "Cuma ingin jumpa saja, sudah lama tidak jumpa," ujar Jokowi tersenyum.
Karena hanya ingin jumpa, tidak ada banyak persiapan seperti di pertemuan-pertemuan sebelumya dengan layar-layar monitor untuk menjelaskan sesuatu.
Layar-layar monitor untuk menjelaskan baru dipasang saat pertemuan sudah berjalan sekitar 20 menit sejak pukul 15.00.
Di luar kepala, tanpa bantuan layar monitor, Presiden yang berkemeja putih lengan panjang tergulung, fasih memaparkan angka-angka yang menjadi pijakan optimismenya.
Presiden mengaku, tiap pagi sarapan angka-angka untuk melihat indikasi dan membaca tren penanganan pandemi dan pemulihan aktivitas ekonomi.
Aktivitas sarapan angka-angka itu rutin dilakukan bahkan sebelum menyeruput teh paginya.
Selain soal pandemi dan pemulihan ekonomi, beberapa topik kami bicarakan. Yang masih terkait dengan masalah pandemi adalah sekolah tatap muka terbatas di tahun ajaran 2021/2022.
Presiden mengemukakan, dari hasil uji coba di beberapa tempat, ada satu dua kasus yang mengemuka dan sedang dievaluasi.
Namun, hal itu tidak menyurutkan niat untuk memulai sekolah tatap muka terbatas di tahun ajaran mendatang.
"Kita tidak ingin tertinggal dengan negara-negara lain soal pendidikan anak-anak kita," ujar Presiden.
Saat pertemuan, Presiden Jokowi yang tampak rileks hanya didampingi Kepala Biro Pers, Media dan Informasi Bey Machmudin dan Sekretaris Pribadi Anggit Nugroho.
Jokowi, Bey dan Anggit kompak mengenakan kemeja putih dan celana hitam seperti biasanya.
Bedanya, Jokowi memakai kemeja lengan panjang dan digulung. Beda lainnya, di kemeja Jokowi juga tidak ada saku sama sekali. Beda lainnya lagi, Jokowi memakai sneakers hitam dengan sol putih.
Penampilan harian Jokowi tidak berubah sejak awal kampanye Presiden di periode pertama hingga kini. Perubahan hanya tampak di warna putih kemejanya yang mulai pudar.
Di kemeja lengan panjang yang mulai pudar warnanya dan digulung itu, hanya ada pita merah putih dengan lambang Garuda di dada kiri.
Dalam berbagai kesempatan, Jokowi menjelaskan kenapa memakai kemeja putih dan celana hitam serta sneakers buatan lokal. Selain praktis dan mudah didapat dan dirawat, harganya murah juga.
Soal pilihan kemeja lengan panjang tanpa saku, kemarin tidak sempat saya tanyakan. Di kesempatan berikutnya saya akan tanyakan untuk menjawab penasaran.
Oya, dalam pertemuan kemarin, dan di hampir setiap pertemuan, selalu ditanyakan mengenai Pemilu 2024 dan Calon Presiden 2024.
Namun, Jokowi tidak melarang para menterinya untuk menjalankan hak politiknya juga. Dia hanya meminta agar kerja-kerja di pemerintahan tetap diutamakan meskipun ada agenda politik di 2024.
Karenanya seringnya ditanya pertanyaan yang sama, Jokowi menjawab pertayaan dengan senyum. Juga pertanyaan mengenai wacana tiga periode untuk dirinya.
Jokowi bingung harus menjawab apalagi. Ia merasa, jawabannya sudah sangat jelas sejak awal. "Tidak ada niat. Tidak ada minat. Mau saya jawab apa lagi?" ujarnya.
Mengenai siapa yang akan menjadi calon presiden 2024, Jokowi menyebut bahwa yang muda-muda dan yang pintar-pintar banyak.
"Yang muda-muda, yang pintar-pintar banyak. Pilih yang paling baik. Saya sudah usang, sudah jadul (jaman dulu)," kata Jokowi sambil tersenyum.
Usai percakapan lebih dari satu jam, kami meninggalkan Istana Merdeka. Sebelum pergi, kami foto bersama.
Dari jarak dua jengkal, saya amati kemeja lengan panjang putih tanpa saku Jokowi. Memudar warnanya karena sering dipakai dan dicuci tampaknya.
Juga sneakers hitam yang mulai tipis sol putihnya karena kerapnya dipakai jalan ke pelosok Indonesia yang luas.
Salam kerja.
Wisnu Nugroho
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.