Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mahfud MD: Korupsi Sekarang Lebih Gila dari Orba, Ini Kata Pukat UGM

Kompas.com - 06/06/2021, 19:45 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD menyebut korupsi saat ini jauh lebih gila dibandingkan era Orde Baru (Orba).

Hal itu dikatakan Mahfud dalam dialog dengan Rektor UGM dan pimpinan PTN/PTS seluruh Yogyakarta yang ditayangkan YouTube Universitas Gadjah Mada, Sabtu (5/6/2021).

"Korupsi sekarang semakin meluas. Lebih meluas dari zaman Orde Baru. Saya katakan, saya tidak akan meralat pernyataan itu," ujar dia. 

"Kenyatannya saja, sekarang, hari ini korupsi itu jauh lebih gila dari zaman Orde Baru. Saya tidak katakan semakin besar atau apa jumlahnya. Tapi meluas," kata Mahfud lagi. 

Baca juga: Mahfud MD: Sekarang Korupsi Lebih Gila daripada Zaman Orde Baru

Menurut Mahfud, pada zaman Orde Baru tidak ada anggota DPR, pejabat, atau aparat penegak hukum yang berani melakukan korupsi.

Benarkah demikian, dan mengapa hal itu bisa terjadi?

Sentralistik

Menanggapi hal itu, peneliti Pusat Kajian Anti Korupsi (Pukat) Universitas Gadjah Mada (UGM) Zaenur Rahman menguraikan beberapa alasan mengapa korupsi sekarang lebih menggila.

Pertama, sistem pemerintahan Orba adalah sentralistik, yaitu kekuasaan berada pada pemerintah pusat dan terpusat di tangan presiden.

"Jadi kekuasaan presiden pada masa Orba sangat besar. Karena itu, maka korupsinya juga lebih banyak berpusat di pemerintah pusat," kata Zaenur saat dihubungi Kompas.com, Minggu (6/6/2021).

"Itulah mengapa pada masa Orba seakan-akan korupsi tidak meluas seperti sekarang. Berbeda halnya dengan era reformasi, pembagian kekuasaan semakin merata," ujar dia.

Baca juga: Mahfud MD Sebut Kini Koruptor Bersatu untuk Melemahkan KPK

Pengaruh otonomi daerah

Selain itu yang kedua, Zaenur juga mencatat adanya otonomi daerah juga membuat potensi korupsi semakin meluas.

Karena kekuasaan semakin tersebar, maka potensi penyalahgunaan kekuasaan juga semakin menyebar di era reformasi saat ini.

Artinya, korupsi tidak hanya di lingkup eksekutif, tetapi juga legislatif, yudikatif, dan daerah.

Upaya pemberantasan korupsi dan media

Alasan ketiga adalah pemerintah Orba tidak memiliki konsen pada pemberantasan korupsi, sehingga jarang kasus korupsi yang terungkap.

Keempat, ekspos media pada upaya pemberantasan korupsi di era reformasi juga semakin besar.

"Ketika Orba, tidak ada pemberantasan korupsi yang gencar, seperti KPK dan juga tidak ada kebebasan pers, sehingga ekspos terhadap kasus korupsi tidak terlalu luas," ujarnya.

Baca juga: 5 Fakta Migrasi TV Analog ke TV Digital: Jadwal, Daftar Wilayah, dan Perbedaanya

Meski sangat lambat, Zaenur mengapresiasi upaya pemberantasan korupsi di masa reformasi kini, khususnya oleh KPK.

Bahkan, ia menyebut minimnya dukungan negara terhadap pemberantasan korupsi dapat ditutupi oleh KPK yang memiliki kinerja cukup baik.

"Salah satunya dapat dilihat dari dukungan dan tingkat kepercayaan masayrakat yang tinggi. Sayangnya, semua itu hilang ketika adanya revisi UU KPK dan terpilihnya Firli Bahuri sebagai ketua KPK," tuturnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Kronologi Kecelakaan Bus di Subang, 9 Orang Tewas dan Puluhan Luka-luka

Tren
Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Warganet Pertanyakan Mengapa Aurora Tak Muncul di Langit Indonesia, Ini Penjelasan BRIN

Tren
Saya Bukan Otak

Saya Bukan Otak

Tren
Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Pentingnya “Me Time” untuk Kesehatan Mental dan Ciri Anda Membutuhkannya

Tren
Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Bus Pariwisata Kecelakaan di Kawasan Ciater, Polisi: Ada 2 Korban Jiwa

Tren
8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

8 Misteri di Piramida Agung Giza, Ruang Tersembunyi dan Efek Suara Menakutkan

Tren
Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Mengenal Apa Itu Eksoplanet? Berikut Pengertian dan Jenis-jenisnya

Tren
Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Indonesia U20 Akan Berlaga di Toulon Cup 2024, Ini Sejarah Turnamennya

Tren
7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

7 Efek Samping Minum Susu di Malam Hari yang Jarang Diketahui, Apa Saja?

Tren
Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU 'Self Service', Bagaimana Solusinya?

Video Viral, Pengendara Motor Kesulitan Isi BBM di SPBU "Self Service", Bagaimana Solusinya?

Tren
Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Pedang Excalibur Berumur 1.000 Tahun Ditemukan, Diduga dari Era Kejayaan Islam di Spanyol

Tren
Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia Sepanjang 2024 Usai Gagal Olimpiade

Tren
6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

6 Manfaat Minum Wedang Jahe Lemon Menurut Sains, Apa Saja?

Tren
BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

BPJS Kesehatan: Peserta Bisa Berobat Hanya dengan Menunjukkan KTP Tanpa Tambahan Berkas Lain

Tren
7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

7 Rekomendasi Olahraga untuk Wanita Usia 50 Tahun ke Atas, Salah Satunya Angkat Beban

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com