Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alasan WHO Beri Nama Baru Varian Virus Corona Gunakan Alfabet Yunani

Kompas.com - 02/06/2021, 14:36 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan nama-nama baru untuk varian virus corona SARS-CoV-2 yang telah terdeteksi di berbagai negara.

Sebelumnya, publik cenderung mengasosiasikan varian baru virus corona dengan negara atau wilayah tempat varian tersebut pertama kali terdeteksi.

Misalnya, varian B.1.1.7 lebih dikenal oleh publik sebagai varian Inggris, sebab varian tersebut pertama kali terdeteksi di negara itu.

Akan tetapi, pelabelan varian virus dengan suatu negara berpotensi mengakibatkan stigmatisasi pada negara yang terasosiasikan dan juga warga negaranya.

Baca juga: Muncul Varian Baru Covid-19 di Vietnam, Mudah Menyebar Melalui Udara

Menghindari stigma

Oleh karena itu, WHO memutuskan untuk memberikan nama-nama baru bagi varian virus corona, yang tidak terkait dengan suatu negara namun masih tetap mudah diingat.

Kepala Teknis Covid-19 WHO Maria Van Kerkhove mengatakan, tidak ada negara yang boleh mendapatkan stigma hanya karena mendeteksi dan melaporkan varian virus corona.

"Tidak ada negara yang boleh distigmatisasi karena mendeteksi dan melaporkan varian," kata Van Kerkhove melalui akun Twitter-nya, 31 Mei 2021. 

Baca juga: Varian Baru Virus Corona C.36.3 Menyerang Inggris, 109 Terinfeksi

Nama baru varian virus corona

Melansir laman resmi WHO, varian-varian baru virus corona diberikan nama sesuai alfabet Yunani, seperti Alpha, Beta, dan Gamma, yang lebih mudah diingat kalangan non-akademisi.

Berikut nama-nama baru varian virus corona:

  • Varian Inggris B.1.1.7 disebut Alpha
  • Varian Afrika Selatan B.1.351 disebut Beta
  • Varian Brasil P.1 disebut Gamma
  • Varian India B.1.617.2 disebut Delta
  • Varian Amerika Serikat B.1.427/B.1.429 disebut Epsilon
  • Varian Brasil P.2 disebut Zeta
  • Varian B.1.525 disebut Eta
  • Varian Filipina P.3 disebut Theta
  • Varian Amerika Serikat B.1.526 disebut Iota
  • Varian India B.1.617.1 disebut Kappa

Nama-nama baru tersebut diharapkan mempermudah publik non-akademisi untuk mengingat jenis-jenis varian, dan menghindarkan terjadinya stigmatisasi terhadap suatu negara.

Sementara itu, nama lama yang berbasis kode huruf dan angka masih akan dipakai untuk kepentingan ilmiah.

Baca juga: Flu Burung H10N3 Muncul di China, Ini Cara Penularan dan Gejalanya

Sempat pertimbangkan nama Dewa Yunani 

Melansir The Guardian, Selasa (1/6/2021) pakar bakteriologi Mark Pallen, yang terlibat dalam proses penamaan varian baru mengatakan, keputusan untuk menggunakan sistem penamaan baru terhadap varian virus corona telah dipertimbangkan selama beberapa bulan.

Dia menyebutkan, sebelum memutuskan menggunakan alfabet Yunani, para ahli sempat mempertimbangkan kemungkinan lain, seperti memakai nama-nama Dewa Yunani, antara lain Zeus, Poseidon, Hades, dan seterusnya.

Secara historis, penyakit sering dinamai menurut lokasi yang diasosiasikan sebagai tempat asal penyakit itu, seperti virus Ebola, yang namanya diambil dari nama sungai di Kongo.

Namun, asosiasi semacam itu dapat memberikan citra negatif bagi tempat-tempat yang namanya dipakai.

Baca juga: Varian Baru Virus Corona Ditemukan di Inggris, Diduga Lebih Menular

Tidak hanya itu, penamaan penyakit menggunakan nama tempat juga seringkali tidak akurat, seperti pada penyakit "flu Spanyol" tahun 1918, yang asal-usulnya masih belum diketahui.

Diskriminasi terhadap ras Asia juga diketahui meningkat, sebagai akibat dari pandemi dan hubungannya dengan lokasi pertama wabah terdeteksi, yakni di Wuhan, China.

Kelompok anti-ekstremis Amerika Serikat mengatakan, peningkatan kasus kekerasan dan perundungan terhadap warga Asia-Amerika sebagian disebabkan oleh Donald Trump, yang menyebut Covid-19 sebagai "virus China". 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Perjalanan Sashya Subono, Animator Indonesia di Balik Film Avatar, She-Hulk, dan Hawkeye

Perjalanan Sashya Subono, Animator Indonesia di Balik Film Avatar, She-Hulk, dan Hawkeye

Tren
Ramai soal Mobil Diadang Debt Collector di Yogyakarta padahal Beli 'Cash', Ini Faktanya

Ramai soal Mobil Diadang Debt Collector di Yogyakarta padahal Beli "Cash", Ini Faktanya

Tren
Pria di India Ini Memiliki Tumor Seberat 17,5 Kg, Awalnya Mengeluh Sakit Perut

Pria di India Ini Memiliki Tumor Seberat 17,5 Kg, Awalnya Mengeluh Sakit Perut

Tren
Daftar 10 Ponsel Terlaris di Dunia pada Awal 2024

Daftar 10 Ponsel Terlaris di Dunia pada Awal 2024

Tren
Ramai soal Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Ini Kata Kemenhub

Ramai soal Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Ini Kata Kemenhub

Tren
Beredar Penampakan Diklaim Ular Jengger Bersuara Mirip Ayam, Benarkah Ada?

Beredar Penampakan Diklaim Ular Jengger Bersuara Mirip Ayam, Benarkah Ada?

Tren
Warganet Sambat ke BI, Betapa Susahnya Bayar Pakai Uang Tunai di Jakarta

Warganet Sambat ke BI, Betapa Susahnya Bayar Pakai Uang Tunai di Jakarta

Tren
Daftar Bansos yang Cair Mei 2024, Ada PKH dan Bantuan Pangan Non-tunai

Daftar Bansos yang Cair Mei 2024, Ada PKH dan Bantuan Pangan Non-tunai

Tren
8 Catatan Prestasi Timnas Indonesia Selama Dilatih Shin Tae-yong

8 Catatan Prestasi Timnas Indonesia Selama Dilatih Shin Tae-yong

Tren
Promo Tiket Ancol Sepanjang Mei 2024, Ada Atlantis dan Sea World

Promo Tiket Ancol Sepanjang Mei 2024, Ada Atlantis dan Sea World

Tren
Viral, Video Drone Diterbangkan di Kawasan Gunung Merbabu, TNGM Buka Suara

Viral, Video Drone Diterbangkan di Kawasan Gunung Merbabu, TNGM Buka Suara

Tren
Daftar 19 Wakil Indonesia dari 9 Cabor yang Sudah Pastikan Tiket ke Olimpiade Paris 2024

Daftar 19 Wakil Indonesia dari 9 Cabor yang Sudah Pastikan Tiket ke Olimpiade Paris 2024

Tren
Warga Bandung “Menjerit” Kepanasan, BMKG Ungkap Penyebabnya

Warga Bandung “Menjerit” Kepanasan, BMKG Ungkap Penyebabnya

Tren
Medan Magnet Bumi Melemah, Picu Kemunculan Makhluk Aneh 500 Juta Tahun Lalu

Medan Magnet Bumi Melemah, Picu Kemunculan Makhluk Aneh 500 Juta Tahun Lalu

Tren
Jadwal Keberangkatan Haji 2024 dari Indonesia, Ini Cara Mengeceknya

Jadwal Keberangkatan Haji 2024 dari Indonesia, Ini Cara Mengeceknya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com