Jika tidak dibuang untuk didaur ulang, seperti sampah plastik lainnya, masker sekali pakai dapat berakhir di sistem air tawar, dan lautan.
Di sinilah pelapukan dapat menghasilkan sejumlah besar partikel berukuran mikro (lebih kecil dari 5 mm) dalam hitungan minggu dan fragmen lebih lanjut menjadi nanoplastik (lebih kecil dari 1 mikrometer.
"Tapi kami tahu bahwa, seperti sampah plastik lainnya, masker sekali pakai juga dapat menumpuk dan melepaskan zat kimia dan biologi berbahaya, seperti bisphenol A, logam berat, serta mikro-organisme patogen," kata ahli toksik dari Universitas Denmark Selatan, Elvis Genbo Xu.
Baca juga: Menilik soal Pelabelan Duta Masker dan Duta Covid-19...
Ia menjelaskan bahawa kandungan tersebut akan menimbulkan dampak negatif bagi tumbuhan, hewan, bahkan manusia.
Para peneliti pun mendesak pihak berwenang di setiap negara untuk menyiapkan tempat sampah khusus masker, untuk pengumpulan, pembuangan, dan uapaya untuk mengurangi dampak limbah masker.
Salah satunya juga dapat menerapkan penggunaan masker yang dapat digunakan kembali, mengembangkan masker sekali pakai yang dapat terurai secara hayati, dan menerapkan pengelolaan limbah standar.
Baca juga: Mengenal Apa Itu Fly Ash dan Bottom Ash, Limbah Batu Bara yang Dikeluarkan dari Kategori Berbahaya