Meski begitu, potongan pecahan Hajar Aswad disatukan oleh bingkai perak murni di sudut tenggara Ka'bah.
Diameter Hajar Aswad diperkirakan sebesar 30 cm dan terletak 1,5 meter di atas tanah.
Saat melaksanakan ibadah haji, umat Islam berjalan berlawanan arah jarum jam di sekitar Ka'bah.
Mereka yang berjalan mengitari Kabah biasanya menyentuh, mencium, atau melambaikan tangan pada Hajar Aswad.
Jika mereka tidak dapat mencapainya, mereka harus menunjukkannya di masing-masing dari tujuh putaran mereka di sekitar Kabah.
Baca juga: 20 Fenomena Langit Mei 2021: Hujan Meteor hingga Matahari di Atas Kabah
Ada berbagai pendapat tentang apa itu Hajar Aswad sebenarnya.
Orang Muslim mengatakan, Hajar Aswad ditemukan oleh Nabi Ibrahim dan putranya, Ismail, ketika mereka mencari batu untuk membangun Ka'bah.
Mereka menyadari nilainya dan menjadikannya salah satu batu penjuru bangunan.
Sementara, sejarawan sekuler mengatakan bahwa kemungkinan besar Hajar Aswad merupakan meteorit.
Namun, tidak ada cara untuk menguji hipotesis ini tanpa memindahkan dan memeriksa Hajar Aswad. Sebab, tindakan ini tidak diizinkan oleh penjaga Hajar Aswad.
Banyak ahli geologi di seluruh dunia telah mencoba yang terbaik untuk memastikan jenis dan sifat Hajar Aswad, tetapi tidak dapat mencapai temuan akhir karena batasan budaya dan agama yang tidak memungkinkan siapa pun mengebor batu untuk tujuan ilmiah.
Sifat Hajar Aswad telah banyak diperdebatkan.
Hal ini telah dijelaskan dengan berbagai cara sebagai batu basal, batu akik, sepotong kaca alam atau meteorit berbatu.
Tim ahli geologi dari Universitas Oxford mempelajari sampel lokal yang dikumpulkan ari emplasemen batu dan menemukan sejumlah penting iridium dan banyak kerucut pecah.
Kondisi itu merupakan fitur geologi langka yang hanya diketahui terbentuk di batuan dasar di bawah kawah tumbukan meteorit yang disukai temuan Paul Partsch yang menerbitkan sejarah komprehensif pertama Batu Hitam pada tahun 1857.