KOMPAS.com - Pemerintah Arab Saudi mengumumkan bahwa mereka telah mengungkap penampakan batu Hajar Aswad melalui foto beresolusi tinggi pada Senin, (3/5/2021).
Dilansir dari CNN, (4/5/2021), Presidensi Umum Urusan Masjid Agung Saudi dan Masjid Nabawi mengungkapkan, batu suci kuno di Mekkah ini dipotret dengan resolusi tinggi.
Hajar aswad difoto menggunakan kamera 49.000 megapiksel dan membutuhkan waktu lebih dari 50 jam untuk dibidik dan dikembangkan.
Pihak presidensi umum juga bekerja sama dengan agen teknik Dua Masjid Suci untuk mengambil 1.050 foto Hajar Aswad, yang masing-masing kamera berukuran 160 GB.
Pemotretan ini menggunakan teknik yang dikenal sebagai penumpukan fokus.
Teknik ini dilakukan dengan menggabungkan beberapa foto dengan titik fokus yang berbeda untuk menjaga ketajaman produk akhir.
"Hal ini penting karena kenampakan Hajar Aswad dari teknik ini belum pernah terjadi sebelumnya," ujar seorang rekan dalam studi Islam di Universitas Oxford, yang tidak terlibat dalam proyek yang bersangkutan, Afifi al-Akiti kepada CNN.
Al-Akiti mengungkapkan, warna asli Hajar Aswad sebetulnya bukan hitam. Hal ini diungkap pada foto digital yang diperbesar.
Baca juga: Pertama Kalinya, Arab Saudi Merilis Foto Close-up Hajar Aswad dengan Resolusi Tinggi
Dilansir dari Geologypage, (11/1/2018), Hajar Aswad merupakan peninggalan umat Islam, yang menurut tradisi Islam sudah ada sejak zaman Adam dan Hawa.
Diketahui, batu yang diyakini umat muslin dari surga ini awalnya berwarna putih.
Konon, manusia menyentuh batu itu dan meminta pengampunan dari Tuhan, sejak itulah Hajar Aswad berubah warna menjadi kehitaman, di mana warna gelap ini mencerminkan dosa umat manusia.
"Batu hitam turun dari surga dan itu lebih putih dari susu, tetapi dosa anak-anak Adam mengubahnya menjadi hitam." (HR Tirmidzi)
Hajar Aswad berada di Mekah, yang merupakan pusat spiritual Islam. Di sana lah, Nabi Muhammad saw, disebut menerima wahyu pertama kali pada abad ke-7.
Sederhananya, Hajar Aswad merupakan batu berwarna gelap, yang terpoles halus oleh tangan jutaan peziarah/umat Muslim.
Batu itu pecah menjadi beberapa bagian dari kerusakan yang ditimbulkan selama Abad Pertengahan.