Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Ibnu Sina, Pakar Kedokteran Muslim dan Warisannya di Era Modern

Kompas.com - 24/04/2021, 10:05 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

 

KOMPAS.com - Kemajuan peradaban Islam membawa dampak luas di berbagai bidang.

Tidak hanya bagi muslim, tetapi kemajuan itu juga dapat dirasakan oleh masyarakat dunia secara umum.

Salah satu sumbangsih umat Islam adalah melahirkan ilmuwan-ilmuwan yang pemikirannya memperkaya khazanah ilmu pengetahuan.

Di bidang ilmu pengobatan misalnya, ada Ibnu Sina yang menelurkan beragam karya di bidang kedokteran, yang bahkan masih relevan hingga masa sekarang.

Bukunya yang berjudul Al-Qanun fi At-Thibb atau The Canon of Medicine (Kitab Pengobatan), menjadi buku rujukan utama dunia kedokteran Eropa hingga pertengahan abad ke XVII.

Baca juga: Daftar 50 Tokoh Muslim Paling Berpengaruh Dunia 2021

Jenius sedari belia

Melansir Britannica, Ibnu Sina atau yang dikenal sebagai Avicenna di Barat, lahir pada 980 Masehi di Bukhara, Iran (sekarang Uzbekistan).

Ibnu Sina telah memperlihatkan kecerdasannya sejak masih anak-anak. Pada usia 10 tahun dia telah membaca dan menghapalkan seluruh isi Al Quran.

Menginjak usia remaja, dia belajar ilmu penalaran dasar dari seorang guru, dan kemudian mempelajari pemikiran-pemikiran filsuf era Hellenistik secara otodidak.

Baca juga: Sejak 2009, Ini Tokoh Indonesia yang Masuk Daftar Tokoh Muslim Berpengaruh di Dunia

Mempelajari ilmu pengobatan

Pada usia 16 tahun, Ibnu Sina mulai mempelajari ilmu pengobatan.

Ketika itu pula, Sultan Bukhara jatuh sakit dan tidak ada satu pun tabib istana yang mampu mengobati.

Ibnu Sina kemudian dipanggil untuk menyembuhkan sang raja. Di luar dugaan, dia berhasil melaksanakan tugasnya.

Baca juga: Jokowi Masuk Daftar Tokoh Muslim Berpengaruh, Apa Itu The Muslim 500?

Sebagai bentuk terima kasih, Sultan kemudian mengizinkan Ibnu Sina mengakses perpustakaan Samanid, yang kemudian memperluas cakrawala pemikiran dan pengetahuannya.

Memasuki usia 21 tahun, Ibnu Sina mulai aktif menuliskan pemikirannya.

Tidak kurang dari 240 karya mencakup berbagai bidang, mulai dari matematika, fisika, astronomi, musik, dan puisi telah dia hasilkan.

Baca juga: Selain Jokowi, Berikut Daftar 50 Tokoh Muslim Berpengaruh di Dunia

Karya-karya terkenal Ibnu Sina

Karya-karya Ibnu Sina merupakan kombinasi dari pemikiran Neoplatonik dan filsafat Aristoteles dengan teologi Islam, yang dipadukan secara komprehensif.

Terjemahan Latin dari karya Ibnu Sina membuat cendekiawan-cendekiawan Barat abad XIII mampu mendapat gambaran yang lebih baik tentang filsafat Aristoteles.

Hal tersebut terutama terlihat dari tulisan-tulisan karya pemikir Barat saat itu, seperti Albertus Magnus dan Thomas Aquinas.

Baca juga: Sisi Lain Tri Mumpuni, Ilmuwan sekaligus Ibu yang Menjadi Tokoh Muslim Berpengaruh di Dunia

Membagi ilmu pengetahuan

Karya penting Ibnu Sina, seperti Kitab al-Shifa atau Buku tentang Penyembuhan, merupakan ensiklopedia yang mencakup empat bagian, yaitu penalaran, fisika, matematika, dan metafisika.

Dalam karyanya itu, Ibnu Sina membagi ilmu pengetahuan ke dalam beberapa klasifikasi.

Misalnya di bidang fisika, dia mendiskusikan alam menurut delapan prinsip dasar sains, yaitu sains secara umum, benda langit dan objek geografis, unsur-unsur utama, meteorologi, minearologi, botani, zoologi, dan psikologi (ilmu tentang jiwa).

Karya penting lain Ibnu Sina adalah Al-Qanun fi At-Thibb atau Kitab Pengobatan, yang terdiri dari lima buku.

Baca juga: INFOGRAFIK: 6 Tokoh Indonesia di Daftar 500 Muslim Berpengaruh 2021

Dalam buku pertama, Ibnu Sina membahas metode pengobatan berdasarkan pengamatan terhadap empat unsur, yaitu tanah, udara, api, dan air.

Buku kedua membahas materia medica atau pengetahuan tentang efek terapeutik yang terjadi pada tubuh dari setiap zat yang digunakan untuk penyembuhan.

Di buku ketiga, Ibnu Sina mengulas tentang penyakit-penyakit pada tubuh manusia, mulai dari ujung kepala hingga ujung kaki.

Baca juga: 10 Tokoh yang Kepergiannya Banyak Dicari di Google Indonesia, Siapa Saja Mereka?

Kemudian pada buku keempat, dia menyajikan pengamatan penyakit yang tidak spesifik pada organ tertentu, seperti demam.

Lalu pada buku kelima, Ibnu Sina membahas tentang obat-obatan majemuk.

Di buku kedua dan kelima, dia menyajikan sekitar 760 contoh obat-obatan majemuk.

Kitab Pengobatan menjadi salah satu warisan penting Ibnu Sina, karena dipakai sebagai buku rujukan utama di Eropa hingga pertengahan abad XVII.

Baca juga: 71 Tokoh Terima Bintang Mahaputera dan Bintang Jasa, Apa Itu?

Warisan Ibnu Sina di era modern

Ibnu Sina wafat pada 1057 M.

Kendati demikian, warisan pemikirannya masih relevan hingga era modern, termasuk dalam menghadapi pandemi Covid-19.

Diberitakan Kompas.com, 2 Juni 2020, hal tersebut disampaikan oleh Prof Dr Endang Turmudi, selaku Peneliti Ahli Utama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Baca juga: Simak 3 Gejala Baru Covid-19, dari Anosmia hingga Parosmia

Endang bercerita, pada suatu ketika Ibnu Sina berkunjung ke tempat koleganya, seorang ahi matematika bernama Al-Biruni.

Pada saat itu, sedang terjadi wabah penyakit di tempat Al-Biruni tinggal.

Ketika bertemu dengan Al-Biruni, Ibnu Sina tidak langsung menjabat tangan kawannya itu. Sebaliknya, dia memberikan sejumlah saran untuk menghadapi wabah penyakit itu.

Baca juga: Berkaca dari Temuan Kasus Covid-19 pada Siswa SMK di Jateng, Apa Itu Anosmia?

1. Tetap tenang

Pada saat awal kemunculan pandemi Covid-19 yang disebabkan virus corona SARS-CoV-2, ahli kesehatan selalu menekankan masyarakat untuk tidak panik.

Hal serupa juga disampaikan Ibnu Sina pada waktu itu.

Dia meminta orang-orang yang tinggal di tempat wabah terjadi untuk tetap tenang dan tidak panik.

2. Menghindari sentuhan fisik

Pada waktu itu, wabah yang melanda tempat tinggal Al-Biruni adalah penularan antar-manusia yang disebabkan oleh organisme kecil layaknya virus.

Ibnu Sina saat itu menekankan bahwa penyakit bisa menular atau menginfeksi seseorang jika saling bersentuhan, termasuk dari rambut dan pakaian.

Baca juga: Penumpang KRL Kini Wajib Pakai Baju Lengan Panjang, Memangnya Efektif?

3. Menjauhi orang sakit

Ibnu Sina juga menegaskan untuk menjaga jarak dengan menjauhi orang yang sakit.

Hal tersebut dilakukan untuk menghindarkan diri dari penularan penyakit, juga mencegah penderita penyakit itu bertambah.

Diharapkan, dengan menjauhi orang yang sedang sakit, wabah dapat segera diakhiri.

4. Menutup pasar dan tempat ibadah

Untuk mencegah penularan penyakit di tempat tinggal Al-Biruni semakin meluas, Ibnu Sina merekomendasikan warga setempat untuk menutup pasar dan juga tempat ibadah.

Penutupan tempat ibadah bukan berarti larangan untuk beribadah, tetapi untuk menghindari risiko transmisi penyakit di antara masyarakat.

Baca juga: 6 Tokoh Paling Dicari di Google Sepanjang 2019, dari Nadiem hingga Wiranto

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: 6 Tokoh Indonesia dalam Daftar 500 Muslim Berpengaruh 2021

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com