Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gelombang Baru Corona Landa Eropa dan Asia, Bagaimana dengan Indonesia?

Kompas.com - 21/04/2021, 13:00 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Rendika Ferri Kurniawan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Dalam beberapa hari terakhir, sejumlah negara melaporkan terjadi peningkatan signifikan jumlah kasus konfirmasi positif Covid-19.

Paling mengkhawatirkan di India, di mana selama enam hari berturut-turut, negara itu melaporkan 200.000 kasus per hari.

Melansir Worldometers, pada 1 April, India mencatat total kasus aktif sebanyak 615.798, dan terus meningkat hingga pada 19 April, tercatat ada sebanyak 2.030.944 kasus aktif.

Peningkatan kasus harian dan kasus aktif Covid-19 juga terpantau terjadi di kawasan Asia Tenggara.

Filipina per 20 April mencatatkan total 953.106 kasus, dengan penambahan kasus dalam enam hari terakhir berada di kisaran 10.000.

Kemudian, Malaysia per 20 April mencatatkan total 379.473 kasus, dengan penambahan kasus dalam enam hari terakhir berada di kisaran 2.000.

Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin meminta masyarakat waspada terhadap penularan Covid-19.

Ia mengingatkan bahwa saat ini sejumlah negara di dunia tengah menghadapi pandemi Covid-19 gelombang ketiga.

"Kita melihat ada kenaikan lonjakan ketiga atau third wave yang tinggi di negara-negara di Eropa, di negara negara Asia khususnya India, Filipina, juga di Papua Nugini juga, dan juga di negara Amerika Selatan seperti Chili dan Brazil," kata Budi, seperti dilansir dari Kompas.com, Minggu (18/4/2021).

Baca juga: Update Corona 21 April: 10 Negara dengan Kasus Tertinggi | Badai Kasus Covid-19 Landa India

Bagaimana situasi Indonesia?

Merujuk laporan situasi terbaru yang dirilis oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 14 April 2021, Indonesia saat ini termasuk dalam kategori rawan, bersama dengan Bangladesh dan India.

Hal tersebut disampaikan oleh epidemiolog dari Griffith University, Australia, Dicky Budiman, ketika dihubungi Kompas.com, Selasa (20/4/2021).

Dicky mengatakan, berdasarkan laporan tersebut, per 13 April lalu, Indonesia mencatatkan angka kematian per 100.000 penduduk yang lebih tinggi ketimbang India.

"0,4 kita, India 0,3 per 100.000 penduduk. Artinya, situasi kita saat itu serius. Karena kematian ini indikator telat namanya," kata Dicky.

Selain itu, Dicky menyebutkan, yang membuat Indonesia harus semakin waspada adalah test positivity rate, yang sudah lebih dari setahun ini, rata-rata selalu berada di atas 10 persen.

"Ini sebenarnya menunjukkan PR kasus kita itu luar biasa banyak sekali, yang terus berkembang dengan pola eksponensial, dan tidak bisa kita hentikan," kata Dicky.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Pendaftaran STIS 2024 Dibuka 15 Mei, Total 355 Kuota, Lulus Jadi CPNS

Pendaftaran STIS 2024 Dibuka 15 Mei, Total 355 Kuota, Lulus Jadi CPNS

Tren
Mencari Bus Pariwisata yang Layak

Mencari Bus Pariwisata yang Layak

Tren
DNA Langka Ditemukan di Papua Nugini, Disebut Bisa Kebal dari Penyakit

DNA Langka Ditemukan di Papua Nugini, Disebut Bisa Kebal dari Penyakit

Tren
Duduk Perkara Komika Gerallio Dilaporkan Polisi atas Konten yang Diduga Lecehkan Bahasa Isyarat

Duduk Perkara Komika Gerallio Dilaporkan Polisi atas Konten yang Diduga Lecehkan Bahasa Isyarat

Tren
Arab Saudi Bangun Kolam Renang Terpanjang di Dunia, Digantung 36 Meter di Atas Laut

Arab Saudi Bangun Kolam Renang Terpanjang di Dunia, Digantung 36 Meter di Atas Laut

Tren
Penjelasan Pertamina soal Pegawai SPBU Diduga Intip Toilet Wanita

Penjelasan Pertamina soal Pegawai SPBU Diduga Intip Toilet Wanita

Tren
Kelas BPJS Kesehatan Dihapus Diganti KRIS Maksimal 30 Juni 2025, Berapa Iurannya?

Kelas BPJS Kesehatan Dihapus Diganti KRIS Maksimal 30 Juni 2025, Berapa Iurannya?

Tren
Penjelasan Polisi dan Dinas Perhubungan soal Parkir Liar di Masjid Istiqlal Bertarif Rp 150.000

Penjelasan Polisi dan Dinas Perhubungan soal Parkir Liar di Masjid Istiqlal Bertarif Rp 150.000

Tren
Apa yang Terjadi jika BPJS Kesehatan Tidak Aktif Saat Membuat SKCK?

Apa yang Terjadi jika BPJS Kesehatan Tidak Aktif Saat Membuat SKCK?

Tren
Uji Coba Implan Otak Neuralink Pertama untuk Manusia Alami Masalah, Ini Penyebabnya

Uji Coba Implan Otak Neuralink Pertama untuk Manusia Alami Masalah, Ini Penyebabnya

Tren
BPOM Rilis 76 Obat Tradisional Tidak Memenuhi Syarat dan BKO, Ini Daftarnya

BPOM Rilis 76 Obat Tradisional Tidak Memenuhi Syarat dan BKO, Ini Daftarnya

Tren
Update Banjir Sumbar: Korban Meninggal 41 Orang, Akses Jalan Terputus

Update Banjir Sumbar: Korban Meninggal 41 Orang, Akses Jalan Terputus

Tren
Ini Penyebab Banjir Bandang Landa Sumatera Barat, 41 Orang Dilaporkan Meninggal

Ini Penyebab Banjir Bandang Landa Sumatera Barat, 41 Orang Dilaporkan Meninggal

Tren
Gara-gara Mengantuk, Pendaki Gunung Andong Terpeleset dan Masuk Jurang

Gara-gara Mengantuk, Pendaki Gunung Andong Terpeleset dan Masuk Jurang

Tren
Badai Matahari Mei 2024 Jadi yang Terkuat dalam 20 Tahun Terakhir, Apa Saja Dampaknya?

Badai Matahari Mei 2024 Jadi yang Terkuat dalam 20 Tahun Terakhir, Apa Saja Dampaknya?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com