KOMPAS.com – Inggris menerapkan pembatasan penggunaan vaksin Astra Zeneca Covid-19 hanya untuk mereka yang berusia di atas 30 tahun.
Adapun bagi mereka yang berusia di bawah 30 tahun diberikan alternatif untuk menggunakan vaksin jenis lain.
Melansir laman Newscientist Jonathan Van Tam, Wakil Kepala Medis Inggris mengatakan pada konferensi pers 7 April 2021, mereka yang berusia di bawah 30 tahun akan ditawari alternative vaksin lain.
Vaksin lain tersebut yakni Pfizer/BioNtech atau Moderna.
Baca juga: Pemerintah Gratiskan Vaksin Covid-19, Mengapa Diberikan Lewat Suntikan?
Melansir BBC, hal tersebut dilakukan karena munculnya risiko pembekuan darah pada mereka yang berusia lebih muda.
Regulator Obat Inggris menemukan sebanyak 79 orang mengalami pembekuan darah yang langka usai vaksinasi AstraZeneca pada akhir Maret silam.
Dari jumlah tersebut sebanyak 19 orang dinyatakan meninggal.
Baca juga: Simak 3 Gejala Baru Covid-19, dari Anosmia hingga Parosmia
Secara lengkap berikut tinjauan dan temuan dari Badan Pengatur Produk Obat dan Kesehatan (MHRA):
Sementara itu, Regulator Uni Eropa mengatakan pembekuan darah yang tidak biasa harus dimasukkan dalam daftar kemungkinan efek samping yang langka terhadap AstraZeneca.
Akan tetapi mereka mengatakan manfaat vaksin tersebut lebih besar dibandingkan risikonya.
Baca juga: Ramai soal AstraZeneca, Bisakah Vaksin Sebabkan Penggumpalan Darah?
Tak hanya Inggris, sejumlah negara juga melakukan pembatasan usia mereka yang menggunakan vaksin AstraZeneca.
Pembatasan tersebut di antaranya oleh Yunani.
“Setelah mengevaluasi semua data yang tersedia, merekomendasikan kelanjutan program vaksinasi dengan semua vaksin yang tersedia, termasuk vaksin AstraZeneca, kepada orang-orang yang berusia 30 tahun ke atas,” ujar Komite Vaksinasi Yunani dikutip dari Reuters.
Sementara itu, Kanada dan Perancis juga telah menetapkan batasan penggunaan vaksin pada mereka yang berusia 55 tahun ke atas.
Sementara Jerman telah menetapkan standar vaksin untuk orang berusia 60 tahun ke atas dan Islandia 70 tahun ke atas.
Baca juga: Mengenal Vaksin Sinovac yang Telah Tiba di Indonesia
Melansir CNN, dari analisis terhadap 16 pasien di Jerman, Austria dan Norwegia, pembekuan darah digambarkan sebagai gumpalan yang muncul di tempat tidak biasa seperti otak dan perut.
Adapun peristiwa tersebut terjadi kira-kira satu atau dua minggu usai menerima vaksin.
Laporan New England Journal of Medicine menyarankan penamaan diagnosis kondisi ini dengan “Trombositopenia Imun yang diinduksi vaksin” atau disingkat VITT.
Baca juga: Meski Haram, Berikut 5 Alasan MUI Bolehkan Penggunaan Vaksin Covid-19 AstraZeneca
Penamaan tersebut mengacu pada penyebab yang mendasari yakni antibodi pengaktifan trombosit yang menyebabkan aliran pembekuan dan penurunan trombosit.
Dokter menyebut fenomena ini menyerupai fenomena autoimun yang dipicu oleh heparin (pengencer darah) pada pasien yang belum pernah menerimanya.
Dalam kejadian demikian kondisi ini disebut dengan trombositopenia yang diinduksi heparin atau disebut HIT.
Baca juga: Mengenal Gejala Autoimun dan Cara Mendeteksinya...
Infografik: 17 Negara yang Tangguhkan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.