KOMPAS.com - Peneliti dari Universitas Oxford meluncurkan penelitian vaksin Covid-19 yang dikembangkan bersama AstraZeneca.
Vaksin Covid-19 itu dalam bentuk hirup.
Rencananya, penelitian ini akan melibatkan 30 sukarelawan kesehatan berusia 18-40 tahun untuk uji coba tahap awal.
Dilansir dari Reuters, Jumat (26/3/2021), para peneliti Inggris, pada September 2020, mengatakan, calon vaksin Covid-19 versi hirup sedang dikembangkan oleh Universitas Oxford dan Imperial College.
Riset itu bertujuan untuk melihat apakah para relawan memberikan respons imun lokal dalam sistem pernapasan.
Kepala peneliti Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Soumya Swaminathan, memprediksi, akan semakin banyak variasi vaksin Covid-19 pada 2022.
Vaksin Covid-19 yang baru, termasuk yang tidak menggunakan jarum dan dapat disimpan pada suhu kamar, mungkin siap digunakan akhir tahun ini atau tahun depan.
"Uji klinis dan tinjauan terhadap 6-8 vaksin baru mungkin selesai akhir tahun," kata Swaminathan seperti dikutip dari Bloomberg, 15 Maret 2021.
"I think well into 2022, we're going to see the emergence of improved vaccines."
WHO's chief scientist @doctorsoumya says better #coronavirus vaccines are coming - and some might not even involve needles. More: https://t.co/zjpH7G3iU2 pic.twitter.com/YJIRcqef2j
— Bloomberg Quicktake (@Quicktake) March 24, 2021
Baca juga: AstraZeneca Klaim Vaksinnya 79 Persen Efektif Cegah Corona, AS: Datanya Kedaluwarsa
Vaksin baru nantinya akan menambah daftar 10 vaksin yang sudah terbukti efektif satu tahun setelah pandemi Covid-19.
WHO menyebutkan, dunia membutuhkan lebih banyak stok vaksin, terutama karena peredaran virus yang terus menerus memunculkan varian baru berbahaya.
"Kami sangat senang dengan vaksin yang ada saat ini," kata Swaminathan, dokter anak India yang terkenal karena penelitiannya tentang tuberkulosis dan HIV.
"Tapi kita bisa meningkatkan (kemampuan vaksin) lebih jauh. Saya pikir, saat memasuki tahun 2022, kita akan melihat munculnya vaksin Covid-19 yang lebih baik," lanjut dia.
Vaksin eksperimental saat ini menggunakan teknologi dan metode alternatif.
Vaksin mencakup lebih banyak inokulasi sekali pakai, dan bisa diberikan secara oral melalui semprotan hidung, dan melalui kulit menggunakan sejenis tambalan.
"Ini bisa membawa imunisasi yang lebih cocok untuk kelompok tertentu, seperti wanita hamil," ujar Swaminathan.