Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Hasman Zhafiri Muhammad, Anak dari Keluarga Petani yang Lulus dengan IPK Sempurna

Kompas.com - 19/03/2021, 19:30 WIB
Nur Fitriatus Shalihah,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

"Suatu ketika hampir di puncak semester 6 itu saya mendapatkan A- dan A/B itu saja saya ulang (remedi), karena ingin banget mendapatkan pin emas," kata putra dari Sajadi dan Maryani itu.

Baca juga: Seni Perlawanan Anak Muda di Balik Poster Lucu Pendemo

Agar bisa kuliah di dua kampus sekaligus, Hasman mengatur jadwalnya saat input KRS. Ia membagi waktunya dengan seksama, sebelum tengah hari atau Dzuhur, dipergunakannya untuk kuliah di UII, setelahnya baru kuliah di UIN.

Butuh waktu sekitar setengah jam perjalanan dari UII ke UIN. Sehingga setelah sampai di UIN, dia masuk kelas lalu izin untuk shalat terlebih dahulu.

"Ya mungkin memang agak aneh tapi intinya semua itu perjuangan, cara mbagi waktu saya seperti itu," tuturnya.

Baca juga: Prestasi BJ Habibie, dari Pimpin Proyek N250 hingga Peroleh Penghargaan Bergengsi Edward Warner

Hasman tak hanya mengejar nilai akademis, tapi juga menyibukkan diri di organisasi. Di UII, ia juga aktif sebagai takmir Masjid Ulil Albab dan HMI FIAI UII.

Lalu di UIN di organisasi JQH Al Mizan divisi shalawat. Sebelumnya pada 2014-2015 saat masih di MAN Yogyakarta 1, Hasman juga aktif dalam Rois Am organisasi Kerohanian Islam.

"Organisasi kembali ke skala prioritas," ungkapnya.

Dia membagi waktu antara kuliah dan organisasi dengan porsi 60:40, dengan lebih berat di kuliah. Hasman mengutamakan kuliah, karena kuliah merupakan kewajiban.

Baca juga: Kisah di Balik Viralnya Kado Saham Wisuda Mahasiswi UI

Alasan di balik semuanya

Kuliah hingga di dua tempat yang dilakoni Hasman tersebut tentu mempunyai tujuan tertentu. Salah satunya yakni keinginan kuat untuk membahagiakan kedua orang tuanya. Terlebih, ia bukanlah dari keluarga kalangan mampu.

Ayahnya yang petani mengandalkan hasil tani untuk kebutuhan sehari-hari. Oleh karena itu, ia pun berkeinginan membahagiakan kedua orang tua.

"Orang tua saya itu selalu mengusahakan yang terbaik. Hasil dari tetangga, menjual hasil panen, bahkan enggak makan, orang tua saya rela demi anaknya supaya saya bisa KKN, magang, ngeprint tugas-tugas dan sebagainya," kata dia.

Selain itu, cita-citanya menjadi dosen atau pengajar juga melecutnya mendapatkan nilai sempurna itu. 

"Saya harap ada orang baik yang mau membantu saya atau nanti jika ada beasiswa S2 saya akan mendaftar," ujar pria asli Imogiri, Yogyakarta itu.

Baca juga: Kampus Mengajar: Insentif Rp 700.000 Per Bulan, Potongan UKT hingga Rp 2,4 Juta

Keinginannya menjadi dosen, juga karena ia ingin menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain.

"Ketika ilmu saya diajarkan kepada para mahasiswa tentunya saya akan mendapatkan pahala jariyah. Saya ingin profesi yang profesinya tidak hanya duniawi, tapi akhirat juga perlu kita pikirkan. Karena dosen mengajarkan ilmu bermanfaat," ungkapnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com