Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

11 Maret 2011, Gempa M 9,1 dan Tsunami di Jepang, Sebabkan Bencana Nuklir

Kompas.com - 11/03/2021, 12:10 WIB
Mela Arnani,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

Kompas.com, 4 Maret 2021, memberitakan, seluruh reaktor nuklir di Jepang dihentikan setelah bencana PLTN Fukushima dan peraturan keselamatan nuklir diperketat secara signifikan.

Sejauh ini, hanya ada sembilan reaktor yang masih beroperasi, dibandingkan dengan 54 reaktor yang beroperasi sebelum Maret 2011.

Nuklir menyumbang hanya 6,2 persen dari pembangkit listrik di Jepang pada tahun fiskal 2019.

Meski begitu, pemerintah Jepang berkeinginan agar nuklir berkontribusi sebesar 20-22 persen dari total pembangkit listrik pada 2030 demi mencapai target netralitas karbon.

Perbaikan

Melansir BBC Indonesia, sepuluh tahun kemudian, beberapa kota di timur laut Jepang tetap masuk zona terlarang.

Pihak berwenang terus bekerja membersihkan area tersebut agar penduduk dapat kembali.

Masih banyak tantangan besar yang dihadapi atas bencana nuklir yang terjadi ini.

Puluhan ribu pekerja akan dibutuhkan dalam 30-40 tahun ke depan untuk mengeluarkan sampah nuklir, batang bahan bakar, dan lebih dari satu juta air radioaktif dari lokasi.

Namun, beberapa warga telah memutuskan tak akan kembali lagi karena ketakutan akan radiasi, dan telah membangun kehidupan di tempat lain.

Pada 2020, sejumlah media melaporkan bahwa pemerintah dapat mulai melepaskan air yang telah disaring untuk mengurangi radioaktivitasnya ke Samudera Pasifik paling cepat tahun depan.

Sejumlah ilmuwan percaya, samudera besar ini akan mengencerkan air tersebut dengan bahaya yang kecil bagi kesehatan manusia dan hewan.

Organisasi lingkungan Greenpeace menjelaskan, air mengandung bahan-bahan yang berpotensi merusak DNA manusia.

Pemerintah Jepang belum mengambil keputusan mengenai apa yang dilakukan terhadap cairan ini.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Foto Ikonik Pengibaran Bendera AS di Iwo Jima Jepang

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com