Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkaca dari Kepopuleran MyHeritage, Apa yang Perlu Diwaspadai dari Deepfake?

Kompas.com - 08/03/2021, 19:02 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Aplikasi MyHeritage yang bisa digunakan untuk menganimasikan foto-foto lawas agar seolah hidup lagi tengah menjadi perbincangan warganet.

Aplikasi tersebut dapat membuat foto lawas, milik anggota keluarga yang sudah meninggal misalnya, kembali bergerak dan bahkan tersenyum serta berkedip.

Fitur animasi foto pada MyHeritage disebut sebagai Deep Nostalgia, dan menggunakan teknik kecerdasan buatan (AI) yang dikenal sebagai deepfake.

Baca juga: Viral Aplikasi MyHeritage Ubah Foto Seolah Hidup, Begini Cara Pakainya

Apa itu deepfake?

Melansir Insider, deepfake adalah teknologi pemanfaatan AI untuk memanipulasi wajah dan suara seseorang dalam video atau konten digital lainnya, lalu mengubahnya sedemikian rupa.

Selain yang terlihat pada aplikasi MyHeritage, contoh penggunaan deepfake juga dapat dilihat pada video berikut ini, yang menampilkan Barack Obama memaki Donald Trump:

Rentan digunakan untuk produksi hoaks

Meski saat ini fitur Deep Nostalgia pada MyHeritage terlihat menghibur dan menyenangkan, namun sebenarnya ada kekhawatiran tentang perkembangan teknologi deepfake di masa mendatang.

Pemerhati keamanan siber yang juga staf Engagement and Learning Specialist di Engage Media, Yerry Niko Borang, mengatakan, bahwa teknologi deepfake akan sangat berbahaya.

Menurut Yerry, salah satu kekhawatiran terkait perkembangan deepfake adalah potensi teknologi itu disalahgunakan untuk memproduksi konten-konten hoaks.

"Konsekuensinya akan tidak terbayangkan jika deepfake dipakai untuk menyebarkan hoax. Bayangkan jika Presiden muncul berpidato menyatakan perang baru dengan suatu negara. Video begini sudah bisa dibuat saat ini," kata Yerry saat dihubungi Kompas.com, Senin (8/3/2021).

Yerry mengatakan, AI yang bertugas memproses deepfake juga terus berkembang. Terutama, karena AI itu terus mendapat pasokan data-data sangat pribadi dari berbagai aplikasi media sosial.

"Kita tidak tahu dampaknya apa yang akan terjadi jika deepfake ini digabungkan dengan data Tiktok misalnya, dan kemudian digunakan untuk keperluan-keperluan tidak terpuji," kata Yerry.

"Misalnya muncul aktor yang beradegan 'panas' padahal itu bukan dia yang melakukan. Ini akan bisa menghancurkan efeknya, bagi karir dan juga kondisi sosial politik," lanjut dia.

Baca juga: Cara Membuat Foto Jadul Hidup dengan Aplikasi Deepfake MyHeritage

Konten palsu deepfake sudah banyak beredar

Melansir The Guardian, pada September 2019, dari hasil penelusuran firma AI Deeptrace, ditemukan sedikitnya 15.000 video deepfake beredar di internet.

Sebanyak 96 persen video tersebut merupakan video porno, dan 99 persen di antaranya menampilkan wajah selebritis terkenal yang ditempelkan ke sosok artis porno.

Salah satu video porno tersebut dibuat dengan memanipulasi wajah Gal Gadot, pemeran film Wonder Woman, dan menempelkannya pada wajah seorang artis porno.

Hasilnya adalah video porno yang memperlihatkan Gal Gadot sebagai bintang utamanya.

Tidak hanya digunakan untuk manipulasi video, deepfake juga diketahui dapat digunakan untuk menciptakan identitas yang sangat meyakinkan, namun sebenarnya palsu.

Seorang jurnalis Bloomberg "Maisy Kinsley", yang memiliki profil di LinkedIn dan Twitter, diduga adalah identitas fiktif yang diciptakan menggunakan deepfake.

Akun LinkedIn palsu lainnya, "Katie Jones", mengaku bekerja di Pusat Studi Strategis dan Internasional, tetapi diduga sebagai deepfake yang dibuat untuk operasi mata-mata asing.

Audio juga bisa dipalsukan menggunakan deepfake, untuk membuat tiruan suara dari tokoh masyarakat.

Pada Maret 2019, seorang kepala cabang perusahaan energi Jerman yang berada di Inggris, mentransfer hampir 200.000 poundsterling ke rekening bank Hungaria setelah ditelepon oleh penipu yang meniru suara bosnya di Jerman.

Perusahaan asuransi percaya bahwa suara itu palsu, tetapi buktinya tidak jelas. Penipuan serupa juga dilaporkan terjadi menggunakan fitur pesan suara WhatsApp.

Baca juga: 5 Fakta MyHeritage, Unggah 10 Juta Gambar hingga Cara Menggunakannya

Menjaga data pribadi

Yerry mengatakan, sudah banyak pengamat keamanan siber yang mengingatkan tentang potensi bahaya dari teknologi deepfake.

"Sejauh ini cara antisipasinya hanya masing-masing kita menjadi data pribadi masing-masing agar tidak banyak tersebar," ujar dia.

Ia menyebutkan, AI yang digunakan untuk memproses deepfake saat ini masih dalam tahap pengembangan, namun sebagian sudah mulai digunakan di China dalam bentuk sejumlah aplikasi.

Potensi bahaya dari deepfake juga sudah mulai menjadi perhatian beberapa negara di dunia, salah satunya Inggris.

Diberitakan Kompas.com, Senin (8/3/2021) pemerintah Inggris tengah mempertimbangkan untuk merumuskan undang-undang tentang teknologi deepfake.

Tujuannya untuk menghindari munculnya identitas palsu dari deepfake.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com