KOMPAS.com - Dalam rangka merayakan ulang tahun pernikahan yang kedua dengan Reino Barack, Syahrini mengunggah foto dengan riasan ala Geisha pada Minggu (28/2/2021).
Selebriti Indonesia ini bersanding dengan pasangannya mengenakan pakaian khas Jepang.
Geisha merupakan ikon budaya Jepang. Sosok Geisha menampilkan gambaran perempuan yang pandai dalam seni rupa, menari, menyanyi, memainkan alat musik shamisen, memiliki tata krama makan, dan tutur kata yang lembut.
Foto Syahrini mendapat berbagai komentar dari warganet, terutama soal riasan ala Geisha.
Dis ! udah liat belum foto syahrini yg ini? banyak banget netijen yang ngatain dandanannya. itu budaya jepang loh, kita marah saat dibilang gak sopan sama m*icrosoft, tapi dengan bangga ngehina budaya orang ? pic.twitter.com/9NRSl18969
— AREA JULID (@AREAJULID) February 27, 2021
Baca juga: Dandan Ala Geisha, Wajah Syahrini Buat Salah Fokus
Mengapa Geisha menjadi ikon budaya Jepang? Mengapa riasannya identik dengan cat putih yang menutupi seluruh wajah?
Dilansir dari Jpninfo.com, Geisha telah ada sejak awal 600 M. Mereka tampil sebagai penghibur dan teman minum.
Akan tetapi, tampilan ikonik yang kita lihat saat ini mulai populer pada abad ke-17.
Secara tradisional, mereka Geisha tampil untuk dan menjamu bangsawan Jepang yang kaya, dan mencapai status mereka setelah proses pelatihan yang melelahkan yang memakan waktu bertahun-tahun.
Terdapat hierarki dalam dunia Geisha. Geisha dengan kasta tertinggi biasanya tinggal di Gion Kobu, Pontocho, distrik Kamishichiken di Kyoto.
Sebelum menjadi Geisha, semua perempuan harus menjadi Maiko selama bertahun-tahun sebelum mencapai pangkat yang lebih tinggi dari seorang Geisha.
Pada masa itu, jadi hal yang umum bagi perempuan untuk mulai berlatih menjadi Maiko pada usia 15 tahun.
Mereka diajari cara menari, bernyanyi, memainkan alat musik, dan cara berbicara dan menghibur pelanggan.
Pada masa terkelamnya, kelompok Geisha pernah dianiaya, dipenjara, atau dipekerjakan sebagai selir. Di masa kini, komunitas Geisha profesional tradisional telah melewati semua itu.
Kini, mereka lebih menawarkan pertunjukan seni dan tradisi khas Jepang.
Bedak putih yang melapisi seluruh wajah dan leher, jadi karakteristik riasan Geisha. Lapisan putih ini membuat warna merah pada bibir dan warna hitam pada rambut lebih mencolok.
Asal muasal riasan unik ini bermula pada Periode Heian (794 hingga 1185 M), di mana budaya China masih sangat berpengaruh di Jepang.
Salah satunya di bidang kecantikan. Pekerja seks di China memakai riasan putih tebal agar terlihat lebih baik dalam cahaya, terutama jika mereka tampil atau menghibur bangsawan.
Sebagian besar kerja mereka dilakukan pada malam hari. Pencahayaan zaman dahulu tidak sebagus sekarang. Hanya ada api dan cahaya dari lilin.
Pekerja seks China dan Geisha memakai riasan putih untuk menciptakan tampilan porselen, agar ekspresi wajah lebih menonjol yang bisa terlihat jelas. Sangat penting bagi wajah mereka untuk terlihat dan dikenali.
Praktik ini dapat dikatakan tidak lagi relevan untuk zaman sekarang, di mana sumber cahaya melimpah dari lampu dan kecanggihan teknologi lainnya.
Akan tetapi, Geisha modern masih melanjutkan tradisi ini, disertai dengan aspek tradisional penampilan Geisha, seperti kimono dan aksesoris lainnya.
Ada langkah atau tata cara dalam menggunakan riasan Geisha.
Mai-ko.com, situs yang menyoroti budaya dan seni di Jepang, merangkum cara berdandan ala Geisha, meliputi:
Khusus Maiko tahun pertama (kecuali distrik Pontocho), warna merah hanya dapat diaplikasikan pada bibir bawah.
Untuk Maiko dan Geiko lainnya, kedua lapisan bibir dicat. Bibir dicat lebih kecil dari yang sebenarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.