Dikutip dari Newworldencyclopedia, Cheoljong adalah cucu keponakan Raja Jeongjo, Raja ke-22 Dinasti Joseon, dan cicit Raja Yeongjo raja ke-21 Joseon.
Ayah Cheoljong, Pangeran Agung Jeonggye, adalah salah satu dari tiga putra yang lahir dari Pangeran Eunyeon, adik dari Raja Jeongjo.
Kedua saudara laki-laki Jeonggye tewas dalam pemberontakan politik, dan hanya menyisakan Pangeran Agung Jeongye.
Jeonggye juga memiliki tiga putra, di antaranya yang tertua terlibat dan terbunuh dalam perebutan kekuasaan dan yang kedua meninggal karena penyakit, hanya menyisakan putra ketiga, Cheoljong.
Baca juga: Resep Kentang Tornado, Jajanan Korea yang Muncul di Drama Mr. Queen Episode 12
Sebelum ditemukan dan diangkat sebagai raja, Cheoljong banyak menghabiskan waktunya di Pulau Ganghwa sebagai petani dan nelayan miskin.
Ibu dan nenek Cheoljong dibunuh karena beragama Katolik.
Dalam buku sejarah Korea tulisan James Scarth Gale, terbitan tahun 1920-an, disebutkan bahwa perdana menteri Korea saat itu, Jeong Won-yong mengatakan bahwa ia memberi tahu gubernur keberadaan Yi Won-beom di Pulau Ganghwa.
Ia pun berencana memboyong calon raja tersebut ke Istana.
Saat ditelusuri, Yi Won-beom sedang membajak ladang. Rambutnya panjang menutupi punggungnya dan wajahnya kecoklatan karena sering terkena sinar matahari.
Baca juga: Tim Produksi Mr. Queen Buka Suara soal Kontroversi yang Dianggap Lecehkan Sejarah Korea
Pada tahun 1893, seorang misionaris Perancis, Charles-Antoine Pourthie mengklaim bahwa awalnya Yi Won-beom ditemukan dengan keadaan kotor seluruh tubuh.
Wajahnya penuh sisa-sisa buah melon, karena ia menyantapnya dengan penuh semangat dan sesuak hati.
Namun, sumber lain menjelaskan bahwa Yi Won-beom ditemukan tidak sedang membajak ladang, melainkan sedang beristirahat di bukti terdekat, tempat ia mengumpulkan kayu.
Rumah Yi Won-beom atau Raja Cheoljong selama di Pulau Ganghwa dapat dilihat di sini.
Meskipun sejak awal Dinasti Joseon, raja-raja Korea telah memberikan prioritas utama pada pendidikan, namun hal itu berbeda pada Cheoljong.
Pada usia 18 tahun, Cheoljong belum dapat membaca, termasuk pada saat pengangkatannya ke takhta kerajaan.
Bagi Andong Kim, buta huruf Cheoljong adalah aset. Kurangnya pendidikan membuatnya dapat dimanipulasi dan rentan terhadap kendali mereka.
Buktinya dapat ditemukan dalam laporan-laporan bahwa meskipun Cheoljong memerintah negara itu selama 13 tahun, sampai hari-hari terakhirnya dia belum bisa membaca.
Baca juga: Fakta Menarik & Kontroversi Drakor Mr. Queen yang Mencuri Perhatian