Sementara itu, makanan yang sering dijumpai ketika Imlek yakni kue keranjang dan jeruk mandarin.
Kue keranjang merupakan kue yang terbuat dari tepung ketan dan gula yang dicampur, mirip seperti kue dodol.
Dikutip dari Kompas.com, (25/1/2020), kue keranjang dalam bahasa Mandarin disebut sebagau Nian Gao atau dalam dialek Hokkian disebut dengan Ti Kwe.
Ti Kwe memiliki arti sebagai kue manis yang sering disusun tinggi bertingkat dengan penyusunan dari bawah hingga ke atas semakin sedikit. Penyusunan ini memiliki arti sebagai peningkatan rejeki atau kemakmuran.
Selain itu ada dua makna dari kehadiran kue keranjang saat perayaan Imlek, yakni kebersamaan dan pantang menyerah.
Karena terbuat dari tepung ketan, kue keranjang bersifat lengket, dan dimaknai sebagai arti persaudaraan yang sangat erat dan menyatu.
Rasa kue keranjang yang manis juga menggambarkan rasa suka cita, menikmati keberkatan, dan memberikan yang terbaik dalam hidup.
Bentuk kue keranjang yang bulat dan tidak memiliki sudut mewakili makna keutuhan keluarga. Dalam hal ini, keluarga menjadi hal yang penting dan akan selalu bersama tanpa batas waktu.
Selain itu, tekstur pada kue keranjang memiliki arti sebuah kegigihan, keuletan, daya juang, dan pantang menyerah dalam meraih tujuan hidup.
Proses pembuatan kue keranjang pun memakan waktu 11-12 jam. Dari proses inilah mewakili rasa sabar, keteguhan hati, dan cita-cita untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Dikutip dari Kompas.com, (5/2/2019), angpau atau angpao berasal dari bahasa Hokkien, sedangkan dalam Bahasa Mandarin disebut Hongbao yang maknanya amplop merah.
Diketahui, pemberian angpao juga diadopsi oleh masyarakat Tionghoa di Asia Tenggara dan beberapa negara yang memiliki populasi keturunan Tionghoa yang besar.
Tradisi pemberian angpao biasanya diberikan oleh orang yang sudah menikah kepada mereka yang belum menikah.
Sementara, beberapa daerah di China Utara dan Selatan, angpao diberikan oleh orangtua kepada mereka yang berusia di bawah 25 tahun.