KOMPAS.com - Perayaan Tahun Baru Imlek 2021 jatuh pada Jumat, (12/2/2021). Tahun Baru Imlek adalah satu perayaan yang penting bagi warga Tionghoa, termasuk di Indonesia.
Meski suasana berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, karena masih terdampak pandemi Covid-19, Imlek tetap dirayakan penuh sukacita dan khidmat bagi masyarakat Tionghoa.
Diketahui, perayaan Imlek identik dengan pernak-pernik berwarna merah dan kuning, seperti lampion, pakaian, dan hiasan lain.
Tak hanya itu, adanya kue keranjang dan jeruk mandarin juga mengisi kemeriahan Imlek.
Lalu, apa saja hal-hal yang perlu diketahui dari perayaan Imlek? Berikut ini daftaranya:
Saat Imlek, masyarakat Tionghoa umumnya memakai pakaian dan menghias rumah mereka dengan warna bernuansa merah dan kuning emas.
Dilansir dari Kompas.com, (19/1/2019), Rohaniawan Tionghoa asal Surakarta, Ws. Adjie Chandra menjelaskan, warna merah bagi orang China memiliki makna sebagai lambang kebahagiaan.
Sedangkan warna kuning keemasan merupakan lambang keagungan. Selain itu, warna merah juga bisa memiliki arti sebagai kewibawaan.
Adjie menjelaskan, dua warna ini pada zaman dulu hanya dapat dgunakan oleh keluarga kerajaan, seperti kaisar, pangeran, dan anak raja.
"Maka harapannya keluarga tersebut mendapatkan kebahagiaan dan kemuliaan," ujar Adjie.
Di sisi lain, seseorang yang mempraktikkan fengshui tradisional, Suhana Lim menyampaikan, warna merah menjadi simbol dari kebaikan hati, kebenaran, dan ketulusan hati.
Menurutnya, bunyi karakter "merah" atau "hung" identik dengan karakter "makmur".
Lantaran, warna merah dan kuning emas dianggap sebagai lambang kemakmuran, harapannya dua warna ini dapat membawa aura positif bagi masyarakat.
Sementara itu, makanan yang sering dijumpai ketika Imlek yakni kue keranjang dan jeruk mandarin.
Kue keranjang merupakan kue yang terbuat dari tepung ketan dan gula yang dicampur, mirip seperti kue dodol.
Dikutip dari Kompas.com, (25/1/2020), kue keranjang dalam bahasa Mandarin disebut sebagau Nian Gao atau dalam dialek Hokkian disebut dengan Ti Kwe.
Ti Kwe memiliki arti sebagai kue manis yang sering disusun tinggi bertingkat dengan penyusunan dari bawah hingga ke atas semakin sedikit. Penyusunan ini memiliki arti sebagai peningkatan rejeki atau kemakmuran.
Selain itu ada dua makna dari kehadiran kue keranjang saat perayaan Imlek, yakni kebersamaan dan pantang menyerah.
Karena terbuat dari tepung ketan, kue keranjang bersifat lengket, dan dimaknai sebagai arti persaudaraan yang sangat erat dan menyatu.
Rasa kue keranjang yang manis juga menggambarkan rasa suka cita, menikmati keberkatan, dan memberikan yang terbaik dalam hidup.
Bentuk kue keranjang yang bulat dan tidak memiliki sudut mewakili makna keutuhan keluarga. Dalam hal ini, keluarga menjadi hal yang penting dan akan selalu bersama tanpa batas waktu.
Selain itu, tekstur pada kue keranjang memiliki arti sebuah kegigihan, keuletan, daya juang, dan pantang menyerah dalam meraih tujuan hidup.
Proses pembuatan kue keranjang pun memakan waktu 11-12 jam. Dari proses inilah mewakili rasa sabar, keteguhan hati, dan cita-cita untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Dikutip dari Kompas.com, (5/2/2019), angpau atau angpao berasal dari bahasa Hokkien, sedangkan dalam Bahasa Mandarin disebut Hongbao yang maknanya amplop merah.
Diketahui, pemberian angpao juga diadopsi oleh masyarakat Tionghoa di Asia Tenggara dan beberapa negara yang memiliki populasi keturunan Tionghoa yang besar.
Tradisi pemberian angpao biasanya diberikan oleh orang yang sudah menikah kepada mereka yang belum menikah.
Sementara, beberapa daerah di China Utara dan Selatan, angpao diberikan oleh orangtua kepada mereka yang berusia di bawah 25 tahun.
Uniknya, jumlah angpao yang diberikan tidak ditentukan, namun biasanya angkanya genap, selain angka 4.
Sebab, angka empat dalam Bahasa Mandarin pelafalannya mirip dengan kata "mati".
Dalam setiap perayaannya, Imlek biasanya identik dengan hujan deras.
Bagi sebagian masyarakat Tionghoa, turunnya hujan diyakini sebagai tanda ada keberuntungan yang jatuh ke bumi.
Namun, penjelasan lain menyebutkan bahwa memang setiap perayaan Imlek terjadi pada bulan-bulan yang termasuk dalam musim penghujan.
Tak hanya itu, ada juga pantangan yang sebaiknya tidak dilakukan ketika tiba perayaan Imlek, yakni membersihkan rumah atau menyapu rumah.
Sebab, membersihkan rumah ketika Imlek akan menghapus segala keberuntungan seseorang, alih-alih keberuntungan tersebut ikut dikeluarkan dari dalam rumah.
Oleh karena itu, masyarakat Tionghoa akan membersihkan rumah sebelum perayaan Imlek.
Pantangan lain dalam perayaan Imlek yakni menangis, mengucapkan kata kotor, berkata kasar, berpakaian hitam, makan bubur, meminjam uang, dan lainnya. Kebiasaan menangis didefinisikan sebagai lambang kesedihan.
Sementara, mengucapkan kata-kata kotor dipercaya sebagai doa yang bisa menjadi kenyataan.
Sedangkan makan bubur didefinisikan menghalangi rezeki dan mendekatkan diri pada kemiskinan. Karen itu di meja makan biasanya tersedia nasi padat agar rezeki lancar.
(Sumber: Kompas.com, Aswab Nanda Pratama | Editor: Serafica Gischa, Bayu Galih, Rizal Setyo Nugroho)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.