Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Agnes Setyowati
Akademisi

Dosen di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya Universitas Pakuan, Bogor, Jawa Barat. Meraih gelar doktor Ilmu Susastra dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia. Aktif sebagai tim redaksi Jurnal Wahana FISIB Universitas Pakuan, Ketua Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia (HISKI) Komisariat  Bogor, dan anggota Manassa (Masyarakat Pernaskahan Nusantara). Meminati penelitian di bidang representasi identitas dan kajian budaya.

Musik dan Kritik Sosial

Kompas.com - 03/02/2021, 09:55 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Sebagai seorang musisi, Iwan Fals dikenal sebagai seniman yang berani mengkritik rezim politik. Ia banyak mengkritik tentang budaya korupsi, kolusi, dan nepotisme (terutama di era Orde Baru, bahkan hingga saat ini).

Iwan banyak mengkritik kebijakan rezim pemerintah yang kerap memprioritaskan pertumbuhan ekonomi namun abai terhadap distribusi ekonomi dan pemerataan kesejahteraan.

Kebijakan tersebut melahirkan kesenjangan sosial antara kelompok elite yang diuntungkan dan rakyat kecil yang tertinggal maupun ditinggalkan dalam proses pembangunan.

Ia juga banyak melemparkan sindiran kepada sejumlah konglomerat, pengusaha, birokrat, dan pejabat yang memanfaatkan kedekatannya dengan penguasa untuk menikmati kue pembangunan.

Hal ini mengakibatkan hidup rakyat kecil tertekan sehingga teori yang mengatakan bahwa kemakmuran di kalangan atas pada akhirnya akan mengalir ke bawah (trickle-down effect) dan dinikmati oleh kalangan bawah ternyata tidak terbukti.

Kekuatan liriknya yang mampu menyentuh hati berbagai kalangan masyarakat inilah yang membuatnya dikenal sebagai musisi istimewa yang dikenal mewakili suara rakyat kecil, mengingat pada zamannya tidak banyak seniman yang memiliki keberanian untuk mengkritik pemerintah.

Lagu-lagu Iwan Fals merupakan salah satu karya seni penting dalam sejarah musik Indonesia. Melalui lirik-liriknya yang kritis dan satir, ia banyak bercerita tentang kehidupan sosial kehidupan sosial di Indonesia pada tahun 1970-an.

Kebanyakan lagu-lagunya bertemakan kemanusiaan, kritik atas kinerja pemerintahan Orde Baru, dan ketidakadilan sosial yang merugikan rakyat baik secara moral maupun materi.

Selain musiknya tidak pernah lekang oleh waktu (all time hits), lirik yang termuat dalam lagu-lagu Iwan Fals sangat relevan dengan keadaan Indonesia, seperti Guru Oemar Bakri, Pesawat Tempurku, Aji MumpungBento, dan masih banyak lagi 

Selain Iwan Fals, ada Guruh Soekarnoputra. Lagu gubahan Guruh yang sempat menjadi hits di era 80-an ini diarasemen ulang oleh musisi-musisi muda, Oni dan Ariel Nidji dan dinyanyikan kembali secara duet dengan Ubay Nidji pada tahun 2020.

Pesan dalam lagu ini bercerita tentang kritik terhadap kondisi sosial ketika banyak orang mengabaikan kejujuran demi mendapatkan keuntungan pribadi, seperti dalam potongan lirik berikut:

Di suatu zaman orang pada gila-gilaan
Saling cari kesempatan dalam kesempitan
Memupuk kekayaan, mengejar kedudukan
Berlomba mumpung ada kesempatan, kesempatan
Semua orang ingin mendapat kemuliaan
Sayang banyak yang telah melupakan kebajikan
Korbankan harga diri, menjadi lupa diri
Demi keuntungannya pribadi, pribadi
Tiada tempat bagimu, orang jujur
Tempat hanyalah bagimu yang mujur
Tiada tempat bagimu, orang jujur
Tempat hanyalah bagimu yang mujur

Pesan lagu sarat akan kritik terhadap kelompok penguasa yang memprioritaskan kepentingan pribadi dan kelompok serta memanfaatkan kesempatan serta kekuasaan yang dimilikinya untuk mencari keuntungan sebanyak-banyaknya.

Tema lagu ini juga bercerita tentang hiprokrasi kelompok elite penguasa yang mengabaikan kualitas diri yang positif seperti kemanusiaan, kejujuran, dan kerja keras yang seharusnya dimiliki oleh mereka yang memiliki kekuasaan untuk menjadi contoh kepada masyarakat.

***

Melalui lirik dalam lagu-lagu Iwan Fals, kita dapat melihat bahwa musik bukan hanya sekadar hiburan remeh-temeh yang dinikmati dalam waktu senggang saja, namun sebagai artefak budaya populer musik juga bisa digunakan untuk mengulirkan kritik sosial terhadap rezim politik yang telah menciptakan kesenjangan dan ketidakadilan sosial.

Kemampuannya untuk secara praktis menjangkau publik memungkinkan kelompok musisi sebagai agen sosial-budaya untuk menyampaikan pesan, edukasi, dan pengetahuan kepada masyarakat tentang segala bentuk hegemoni politik yang melahirkan ketidakadilan sosial, khususnya terhadap rakyat kecil sebagai kelompok yang lemah.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com