Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Vaksinasi Covid-19 Tak Berjalan Sesuai Rencana Awal, Apa Akibatnya?

Kompas.com - 01/02/2021, 09:32 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Program vaksinasi Covid-19 di Indonesia sudah dilakukan sejak 14 Januari 2021 dengan penerima prioritas di tahap satu ini adalah jajaran petugas dan tenaga medis.

Sesuai dengan aturan, pemberian vaksin Covid-19 harus memperhatikan sejumlah kondisi penerima.

Mereka harus dipastikan memiliki kondisi fisik dan kesehatan yang sesuai dengan persyaratan.

Baca juga: Pemerintah Gratiskan Vaksin Covid-19, Mengapa Diberikan Lewat Suntikan?

Vaksin diberikan 2 dosis, di mana antara suntikan dosis pertama dan kedua berjeda waktu 14 hari.

Namun, pada kenyataannya ada saja orang yang tidak bisa mengikuti vaksinasi sesuai jadwal yang ditentukan, misalnya dikarenakan sakit, ada keperluan lain yang tidak bisa ditinggalkan, atau alasan-alasan mendasar lainnya.

Terkait hal ini, Corporate Secretary Bio Farma, Bambang Heriyanto menyebut orang yang berhalangan tersebut masih bisa mendatangi layanan kesehatan tempatnya mendapat vaksinasi, sesegera mungkin.

"Sebetulnya merujuknya ke hasil uji klinis, di sana ada toleransi, tidak persis 14 hari. In case terjadi keterlambatan, tetap acceptable, (datang di keesokan harinya) suntik lagi enggak apa-apa," sebut Bambang saat dihubungi Kompas.com, belum lama ini.

"Nanti oleh tenaga kesehatan yang melakukan vaksinasi akan diberikan info (berapa lama keterlambatan itu bisa ditoleransi), tapi itu bukan justifikasi untuk terlambat," kata Bambang.

Baca juga: Simak 3 Gejala Baru Covid-19, dari Anosmia hingga Parosmia

Tujuan vaksinasi

Vaksin Sinovac tiba di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, Minggu (24/1/2021).KOMPAS.COM/DOK HUMAS PEMKAB KEBUMEN Vaksin Sinovac tiba di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, Minggu (24/1/2021).

Semua tetap diminta untuk mengikuti vaksinasi sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Hal ini demi lancarnya program vaksinasi yang diagendakan.

Untuk pengaruh pada efektivitas vaksin, Bambang menyebut vaksin masih sama-sama efektif selama yang bersangkutan menerimanya dalam rentang waktu yang direkomendasikan.

Mendapatkan vaksin sebanyak 2 dosis sebagaimana aturan, disebut Bambang sebagai suatu hal yang sangat penting.

Baca juga: Mengenal Vaksin Sinovac yang Telah Tiba di Indonesia

Tujuan vaksinasi adalah untuk membentuk antibodi di tubuh seseorang, sehingga pada akhirnya akan terbentuk kekebalan komunitas.

Namun, jumlah antibodi yang diharapkan itu baru akan muncul setelah penyuntikan dosis kedua dilakukan.

"Kan ini harus 2 dosis, kalau 1 dosis itu antibodi yang ditimbulkannya belum optimal. Makanya ada dosis kedua untuk meningkatkan antibodi sampai pada level proteksi," jelas Bambang.

"Vaksinasi ini bukan berarti kita langsung menjadi kebal terhadap penyakit, namanya penyakit kan kita belum tahu. Paparan virus (virus load), kita berhadapan dengan 1 ekor kah? 5 ekor kah? sementara nanti antibodi kita cuma berapa," tambahnya.

Baca juga: Melihat Perbedaan Vaksin Buatan AS dengan Vaksin Buatan China, Ini Rinciannya...

Paparan virus

Sejumlah warga negara asing (WNA) dengan menggunakan baju hazmat tiba di Bandara Internasional Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Sabtu (2/1/2021). Guna mencegah masuknya varian baru virus corona, Pemerintah Indonesia melarang seluruh WNA masuk wilayah Indonesia mulai 1 Januari hingga 14 Januari 2021 kecuali WNA yang memegang visa diplomatik, visa dinas yang terkait kunjungan resmi pejabat asing setingkat menteri ke atas, pemegang izin tinggal diplomatik dan izin tinggal dinas serta pemegang Kartu Izin Tinggal Terbatas (KITAS) dan Kartu Izin Tinggal Tetap (KITAP). ANTARA FOTO/Fauzan/wsj.ANTARA FOTO/FAUZAN Sejumlah warga negara asing (WNA) dengan menggunakan baju hazmat tiba di Bandara Internasional Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Sabtu (2/1/2021). Guna mencegah masuknya varian baru virus corona, Pemerintah Indonesia melarang seluruh WNA masuk wilayah Indonesia mulai 1 Januari hingga 14 Januari 2021 kecuali WNA yang memegang visa diplomatik, visa dinas yang terkait kunjungan resmi pejabat asing setingkat menteri ke atas, pemegang izin tinggal diplomatik dan izin tinggal dinas serta pemegang Kartu Izin Tinggal Terbatas (KITAS) dan Kartu Izin Tinggal Tetap (KITAP). ANTARA FOTO/Fauzan/wsj.

Ia mencontohkan, jika paparan virus (virus load) mencapai 10.000 sementara antibodi yang dimiliki hanya mampu menangani 3.000 paparan virus saja, maka dipastikan akan terinfeksi.

Sebaliknya, jika kapasitas antibodi yang dimiliki lebih besar daripada paparan virus, maka tubuh akan menang dan virus berhasil dimatikan.

Dan manfaat vaksinasi ini, jika pun jumlah kadar antibodi yang terbentuk tidak sebanyak yang dibutuhkan, setidaknya vaksinasi membuat seseorang memiliki antibodi untuk melawan virus corona.

"Cuma manifestasinya tidak terlalu berat, karena sudah ada antibodi," ucap Bambang.

Baca juga: Melihat Efektivitas Vaksin Covid-19 yang Telah Diumumkan, dari Pfizer-BioNTech hingga Sinovac

Sementara itu, untuk mereka penerima vaksin yang terpapar Covid-19 saat menanti jadwal vaksinasi kedua, Bambang menyebut mereka tidak akan mendapatkan dosis selanjutnya, seperti yang dialami oleh Bupati Sleman, DIY.

Hal itu dikarenakan yang bersangkutan akan memiliki antibodi setelah infeksi selesai.

"Penyintas kan sebetulnya enggak perlu lagi diberikan vaksinasi, rata-rata sudah memiliki antibodi, karena sudah pernah terinfeksi, walaupun kita enggak pernah tahu apakah kadarnya tinggi atau rendah, yang jelas yang bersangkutan punya (antibodi). Sekarang prioritasnya buat yang belum (terinveksi) dulu," ungkap dia.

Meski sudah menerima vaksin dosis pertama dan batal mendapatkan dosis kedua, Bambang memastikan tidak ada efek tertentu yang akan terjadi.

Baca juga: Simak, Berikut Tingkat Efikasi 7 Vaksin Covid-19

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: 9 Syarat Penerima vaksin Covid-19 di Indonesia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Shin Tae-yong, Dulu Jegal Indonesia di Piala Asia, Kini Singkirkan Korea Selatan

Shin Tae-yong, Dulu Jegal Indonesia di Piala Asia, Kini Singkirkan Korea Selatan

Tren
Alasan Anda Tidak Boleh Melihat Langsung ke Arah Gerhana Matahari, Ini Bahayanya

Alasan Anda Tidak Boleh Melihat Langsung ke Arah Gerhana Matahari, Ini Bahayanya

Tren
Jejak Karya Joko Pinurbo, Merakit Celana dan Menyuguhkan Khong Guan

Jejak Karya Joko Pinurbo, Merakit Celana dan Menyuguhkan Khong Guan

Tren
10 Hewan Endemik yang Hanya Ada di Indonesia, Ada Spesies Burung hingga Monyet

10 Hewan Endemik yang Hanya Ada di Indonesia, Ada Spesies Burung hingga Monyet

Tren
Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal 'Grammar'

Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal "Grammar"

Tren
Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Tren
Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Tren
Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Tren
Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Tren
Penelitian Ungkap Memelihara Anjing Bantu Pikiran Fokus dan Rileks

Penelitian Ungkap Memelihara Anjing Bantu Pikiran Fokus dan Rileks

Tren
Swedia Menjadi Negara Pertama yang Menolak Penerapan VAR, Apa Alasannya?

Swedia Menjadi Negara Pertama yang Menolak Penerapan VAR, Apa Alasannya?

Tren
Bisakah BPJS Kesehatan Digunakan di Luar Kota Tanpa Pindah Faskes?

Bisakah BPJS Kesehatan Digunakan di Luar Kota Tanpa Pindah Faskes?

Tren
BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia pada April 2024

BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia pada April 2024

Tren
Muncul Kabar Dita Karang dan Member SNSD Ditahan di Bali, Ini Penjelasan Imigrasi

Muncul Kabar Dita Karang dan Member SNSD Ditahan di Bali, Ini Penjelasan Imigrasi

Tren
10 Mata Uang Terkuat di Dunia 2024, Dollar AS Peringkat Terakhir

10 Mata Uang Terkuat di Dunia 2024, Dollar AS Peringkat Terakhir

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com