Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Suara Dentuman Kerap Dilaporkan Akhir-akhir Ini?

Kompas.com - 31/01/2021, 12:47 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

 

KOMPAS.com - Sejumlah laporan adanya suara dentuman misterius kerap dilaporkan oleh masyarakat dari sejumlah wilayah di Indonesia.

Baru-baru ini, terdengar suara dentuman yang belum diketahui dari mana suara itu muncul di Bali. Peristiwa yang sama juga terjadi di Lampung.

Mengapa suara dentuman itu beberapa kali terjadi akhir-akhir ini?

Peneliti Astronomi dari Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (Lapan) Rhorom Priyatikanto mengatakan, jika suara dentuman itu berasal dari adanya benda langit yang jatuh atau melintas di dekat Bumi, banyaknya laporan saat ini tidak ada kaitannya dengan kondisi atmosfer Bumi.

"Tidak ada kaitannya dengan kondisi atmosfer Bumi. Ini lebih berkaitan dengan fluks meteor yang menghampiri Bumi atau faktor sosial, manusia makin mawas atau lebih mudah melaporkan (segala sesuatu). Bisa jadi dulu merasa ngeri bila mendengar ada suara dentuman," kata Rhorom saat dihubungi Kompas.com, Jumat (29/1/2021) petang.

Meski tidak semua suara dentuman misterius itu terbukti sebagai benda langit yang jatuh, menurut Rhorom, hal itu merupakan yang wajar.

"Setiap hari diperkirakan ada 10-50 meteor terang (fireball) yang masuk ke atmosfer Bumi. Meski menghasilkan jejak cahaya yang cukup terang, meteor dengan ukuran beberapa centimeter akan habis terbakar di atmosfer," jelas Rhorom.

Atmosfer yang jatuh di wilayah lautan atau pada siang hari juga sulit terdeteksi oleh manusia.

Benda langit berupa meteor yang jatuh, khususnya yang memiliki ukuran lebih dari 1 meter (acoustic bolide) bisa masuk ke atmosfer bagian bawah dan menghasilkan dentuman atau yang disebut dengan sonic boom.

Meteor dengan ukuran ini diperkirakan jatuh ke Bumi sekitar 10 kali dalam satu tahun, tetapi akan trfragmentasi atau mengalami pecah.

"Semakin besar ukuran meteor, semakin sedikit jumlahnya dan semakin jarang pula menimpa Bumi," ujar Rhorom.

Ia mencontohkan, meteor yang jatuh dan menimbulkan suara dentuman di Bone pada 2009 diperkirakan berukuran sekitar 20 meter. Meteor seperti itu jatuh ke Bumi dalam kurun waktu 100 tahun sekali.

Peristiwa seperti ini bisa terjadi di belahan Bumi bagian mana pun, tidak selalu di Indonesia.

Dan sebesar apa pun ukuran asli meteor tersebut, saat mendekati Bumi ukurannya sudah jauh terreduksi dan menyisakan sekian persen ukuran serta massa aslinya saja.

Baca juga: Lapan: Suara Dentuman di Bali Diduga karena Asteroid Besar yang Jatuh

Penjelasan BMKG

Sementara itu, BMKG juga menjelaskan suara-suara dentuman yang terjadi bisa saja bersumber dari kejadian gempa bumi dengan kriteria tertentu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com