Didik mengatakan, Indonesia harus selalu waspada penyebaran virus dari babi di Malaysia melalui kelelawar pemakan buah.
Hal ini karena dari sejumlah penelitian kelelawar buah bergerak teratur dari Semenanjung Malaysia ke Pulau Sumatera khususnya Sumatera Utara yang berdekatan dengan negeri Jiran tersebut.
Baca juga: Indonesia sudah Datangkan Vaksin Sinovac, Bagaimana dengan Malaysia?
"Sehingga ada kemungkinan penyebaran virus nipah melalui kelelawar atau melalui perdagangan babi yang ilegal dari Malaysia ke Indonesia, " kata Didik.
Ia mengatakan pemerintah telah melakukan pengetatan ekspor dan impor komoditas babi dan produk antara Indonesia dan Malaysia.
"Menurut Kedutaan Besar Indonesia di Malaysia, pemerintah Indonesia hanya menerima kiriman yang disertai dengan sertifikat kesehatan dan dikeluarkan oleh Departemen Layanan Hewan Malaysia untuk menyatakan bahwa babi yang diekspor sehat," kata dia.
Baca juga: Mengenal Demam Babi Afrika dan Hog Cholera di Sumut
Mengutip Kompas.com (26/1/2021) virus nipah dimasukkan WHO dalam daftar panjang patogen yang dapat menyebabkan darurat kesehatan masyarakat.
Virus nipah adalah salah satu virus yang belum ada vaksinnya.
Ada sejumlah alasan yang membuat virus nipah begitu mengancam yakni:
Baca juga: Waspada Penyebarannya, Ini yang Perlu Diketahui soal Demam Babi Afrika
Virus nipah berasal dari inang kelelawar buah.
Virus ini disingkat dengan nama NiV dan dapat menyebabkan kematian di antara 40-75 persen orang yang terinfeksi
Sejumlah gejala mereka yang terinfeksi yakni infeksi saluran pernapasan akut, kejang, ensefalitis fatal hingga koma dalam waktu 24-48 jam.
Adapun gejala umumnya adalah demam, sakit kepala, nyeri otot, muntah dan sakit tenggorokan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.