Berdasarkan verifikasi Kompas.com sejauh ini, informasi ini tidak benar.
KOMPAS.com - Sebuah unggahan yang menyebut vaksin berisi robot nano yang dapat digabung dengan Chip RFID untuk ditanam di tubuh, beredar di media sosial Facebook.
Disebutkan pula, efek vaksin tersebut menyebabkan lumpuh dan meninggal serta bisa menjadi wabah penyakit baru.
Berdasarkan penelusuran yang dilakukan Kompas.com, postingan tersebut adalah tidak benar.
Sebuah postingan mengenai adanya robot nano yang bergabung dengan Chip RFID di dalam vaksin dan nantinya dijadian untuk dipakai alat transaksi beredar di media sosial Facebook.
Postingan tersebut salah satunya diunggah oleh akun Facebook James Bowie dengan narasi sebagai berikut:
"SEPERTI BIASA PASTI AKAN ADA YG NYINYIR DAN SINIS GA PERCAYA.. TAPI 100 % AKAN TERJADI..
Aku posting di sini untuk buktiin kalo sudah aku peringatin sebelum nya..
Kalian duduk aja manis sambil ngopi, ngerokok, ngerumpi, cipika cipiki.. ketawa ketiwi.. jalanin hidup seperti biasa..
suatu saat 100 % pasti terjadi.."
Pihaknya kemudian menyertakan tangkapan layar dengan narasi sebagai berikut:
"Efek samping vaksin ada yg jangka pendek. dan ada juga yg jangka panjang terjadi nya
Yg jangka pendek: LUMPUH DAN MENINGGAL
Yang jangka panjang : WABAH PENYAKIT JENIS BARU
(Tunggu saat robot nano di dalam vaksin di gabungin dengan CHIP RFID buat alat segala transaksi yg di tanam dalam tubuh dan Jaringan hape 5G udah mulai digunakan dengan menyeluruh)"
Terkait dari postingan adanya Chip RFID dalam vaksin tersebut Kompas.com kemudian melakukan penelusuran.
Hasilnya, teori mengenai mikrochip ini telah lama menyebar tak hanya di Indonesia namun juga di luar negeri.
Mengutip dari Business Insider, (22/12/2021) mitos microchip RFID ini kemungkinan mucul dari adanya ide terkait rencana pembuatan kemasan jarum suntik yang menggunakan teknologi.
Ide tersebut muncul dalam wawancara sebuah wawancara antara Jay Walker Ketua Eksekutif pembuat jarum suntik Apiject di stasiun TV CBN.
Dalam wawancara asli disebutkan bahwa perusahaan memiliki ide menempel chip RFID.
Namun penempelan itu dilakukan di bagian luar kemasan jarum suntik, bukan dimasukkan ke dalam vaksin.
Maksud dari ide penggunaan chip RFID adalah dirancang untuk membedakan vaksin asli dari yang palsu, atau dosis kedaluwarsa dan untuk mengetahui kapan suntikan dapat digunakan.
Steve Hofman yang merupakan Juru Bicara Apiject mengatakan sebagaimana dikutip dari Reuters, sejauh ini belum ada produsen vaksin yang meminta label menggunakan chip RFID demikian.
Efek vaksin
Sementara itu, terkait dengan penyebutan efek jangka pendek vaksin dalam tangkapan layar yang dapat menyebabkan lumpuh dan meninggal, serta efek jangka panjang menimbulkan wabah baru adalah tidak benar.
Hal ini karena vaksin sebelum disuntikkan kepada masyarakat luas telah melalui tahap pengujian.
Yakni dimulai dari uji pada hewan yang dilanjut dengan uji klinis tahap 1, 2, dan tahap 3 di mana tahapan tes tersebut memantau bagaimana keamanan vaksin sekaligus manfaat atau efikasinya.
Dari penelusuran Kompas.com informasi yang menyebut vaksin berisi robot nano dan chip RFID dan memiliki efek lumpuh, meninggal dan menyebabkan wabah adalah tidak benar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.