Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rekor Kasus Covid-19 Harian Lewati 10.000, Bagaimana Kondisi Pandemi di Indonesia?

Kompas.com - 09/01/2021, 11:25 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

Dicky mencontohkan apa yang terjadi di Pulau Jawa, sebagai pulau dengan penduduk terpadat di Indonesia.

"Banyak orang masuk rumah sakit, banyak orang meninggal, ini adalah dampak yang terjadi dan menunjukkan situasi semakin serius. Situasinya tidak kondusif, tidak ada data yang menunjukkan Indonesia kondusif," ungkapnya.

"Angka kematian trennya meningkat, ini yang harus dipahami. Kalau dibilang parah ya parah, sangat parah," tambahnya.

Baca juga: Kasus Harian Covid-19 Kembali Pecahkan Rekor 3 Kali Berturut-turut

Rendahnya jumlah tes

Alasan di balik banyaknya orang terinfeksi dan orang kontak erat yang tidak terlacak diakibatkan karena rendahnya kapasitas uji atau tes yang dilakukan di masing-masing wilayah di Indonesia.

Standar dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) pengujian minimal dilakukan kepada 1 dari 1.000 orang per minggunya.

Jika data terakhir yang dilaporkan Satgas Covid-19 ada 10.000 lebih kasus terkonfirmasi baru di Indonesia, Dicky mengatakan jumlah itu baru seperempat dari jumlah kasus yang semestinya terkonfirmasi.

Untuk itu masyarakat diharap tidak terkecoh dengan data laporan harian yang rutin dilaporkan Satgas Covid-19 setiap harinya.

"Karena tidak selalu kasus harian yang dilaporkan itu mendekati jumlah kasus sebenarnya, apalagi bila cakupan testing tracingnya rendah sekali, akan sangat jauh," jelas Dicky.

Menurut Dicky, untuk kondisi di Indonesia, kasus harian terendah sudah di kisaran 40.000 saat ini.

"Itu kasus terendah. Artinya kalau kasus terendah ya harusnya terdeteksi, harusnya ditemukan, kalau tidak ditemukan itu berarti kita kebobolan dan kita sangat tidak memadai dalam melakukan testing," lanjutnya.

Baca juga: 8.854, Rekor Kasus Harian Covid-19 di Indonesia, Ini Peta Sebarannya

Kasus bisa menumpuk

Apabila testing masih rendah, dampaknya maka akan ada banyak kasus infeksi yang tidak berhasil ditemukan, jumlahnya pun semakin hari akan semakin menumpuk.

"Ini berbahaya karena menumpuk terus, katakan sekarang ini mau 20.000 (kasus baru per hari) sekali pun itu baru setengah dari yang harus ditemukan," sebutnya.

Ia kembali menegaskan bahwa jumlah kasus yang banyak ditemukan tidak selamanya berarti buruk, karena itu menjadi indikator bahwa kita mampu menemukan infeksi-infeksi di tengah masyarakat dengan optimal.

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: PSBB Ketat Jawa-Bali

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

16 Negara yang Lolos Berlaga di Sepak Bola Olimpiade Paris 2024, Termasuk Guinea

16 Negara yang Lolos Berlaga di Sepak Bola Olimpiade Paris 2024, Termasuk Guinea

Tren
Duduk Perkara Rektor Unri Polisikan Mahasiswa yang Protes UKT, Berakhir Cabut Laporan

Duduk Perkara Rektor Unri Polisikan Mahasiswa yang Protes UKT, Berakhir Cabut Laporan

Tren
Jarang Diketahui, Ini 9 Manfaat Jalan Kaki Tanpa Alas Kaki di Pagi Hari

Jarang Diketahui, Ini 9 Manfaat Jalan Kaki Tanpa Alas Kaki di Pagi Hari

Tren
Muncul Fenomena ASI Bubuk, IDAI Buka Suara

Muncul Fenomena ASI Bubuk, IDAI Buka Suara

Tren
Ramai soal ASI Bubuk, Amankah Dikonsumsi Bayi?

Ramai soal ASI Bubuk, Amankah Dikonsumsi Bayi?

Tren
Prakiraan BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang 10-11 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang 10-11 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Pertandingan Indonesia Vs Guinea | Wacana Pembongkaran Separator Ring Road Yogyakarta

[POPULER TREN] Pertandingan Indonesia Vs Guinea | Wacana Pembongkaran Separator Ring Road Yogyakarta

Tren
Situs Panganku.org Beralih Fungsi Jadi Judi Online, Kemenkes dan Kemenkominfo Buka Suara

Situs Panganku.org Beralih Fungsi Jadi Judi Online, Kemenkes dan Kemenkominfo Buka Suara

Tren
Kapan Pengumuman Hasil Tes Online 1 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Kapan Pengumuman Hasil Tes Online 1 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Tren
Ramai soal Surat Edaran Berisi Pemkab Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik, Ini Kata DLH

Ramai soal Surat Edaran Berisi Pemkab Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik, Ini Kata DLH

Tren
Saat Penyambut Tamu Acara Met Gala Dipecat karena Lebih Menonjol dari Kylie Jenner...

Saat Penyambut Tamu Acara Met Gala Dipecat karena Lebih Menonjol dari Kylie Jenner...

Tren
Kronologi dan Motif Ibu Racuni Anak Tiri di Rokan Hilir, Riau

Kronologi dan Motif Ibu Racuni Anak Tiri di Rokan Hilir, Riau

Tren
Rumah Sakit di Rafah Kehabisan Bahan Bakar, WHO: Penutupan Perbatasan Halangi Bantuan

Rumah Sakit di Rafah Kehabisan Bahan Bakar, WHO: Penutupan Perbatasan Halangi Bantuan

Tren
Cerita Rombongan Siswa SD 'Study Tour' Pakai Pesawat Garuda, Hasil Nabung 5 Tahun

Cerita Rombongan Siswa SD "Study Tour" Pakai Pesawat Garuda, Hasil Nabung 5 Tahun

Tren
Viral, Video Kucing Menggonggong Disebut karena 'Salah Asuhan', Ini Kata Ahli

Viral, Video Kucing Menggonggong Disebut karena "Salah Asuhan", Ini Kata Ahli

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com