Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Konten Sensasi Laku di Media Sosial dan Siapa Saja yang Diuntungkan?

Kompas.com - 28/12/2020, 12:45 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Platform media sosial seiring perkembangan waktu terus mengalami perkembangan. 

Seperti Facebook yang awalnya hanya untuk berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain, kini mulai menjadi media menyebar ide dan informasi. 

Instagram yang dulu digunakan untuk mengunggah foto-foto pribadi atau galeri, kini banyak digunakan untuk berjualan produk secara online.

Baca juga: Facebook Hapus Konten Palsu Vaksin Virus Corona di Israel

 

Atau, TikTok, yang pada awal kemunculannya digunakan untuk membuat video berbagai macam tarian, kini banyak digunakan untuk berbagi cerita dalam format video.

Baik cerita nyata maupun yang dibuat-buat hanya untuk mendapat perhatian.

Hal yang sama juga terjadi pada Twitter yang kini banyak dimanfaatkan untuk menuliskan cerita kronologi juga menunjukkan besarnya kekuatan suatu kelompok melalui penggunaan tagar.

Namun di sisi lain, banyak juga konten yang cenderung bernilai negatif, misalnya menampilkan hal-hal sensitif seperti tindak kekerasan, pornografi, konten kontroversial seperti menceritakan aib diri sendiri maupun orang lain. 

Juga konten yang berisi kisah-kisah fiktif atau yang sengaja direka-reka. Kita mengenalnya sebagai konten "settingan".

Pertanyaannya, mengapa konten-konten seperti ini marak dibuat oleh pengguna media sosial?

Baca juga: Viral Spanduk Promosi Diri untuk Temani Malam Tahun Baru, Ini Penjelasannya...

Mendapat perhatian

Pakar media sosial sekaligus pendiri Drone Emprit, Fahmi Ismail menyebut semua itu karena satu hal, yaitu adanya keinginan orang untuk mendapatkan perhatian.

"Sebetulnya ada Economy of Attention. Teorinya Attention Economy, Ekonomi Perhatian," kata Fahmi saat dihubungi melalui telepon, Minggu (27/12/2020).

Ia menjelaskan "perhatian" adalah sesuatu yang dicari dan dijual di media sosial. Hal itu disenangi baik oleh pengguna maupun penyedia platform.

Konten-konten yang sensasional berpotensi mendapat atensi yang lebih besar dibandingkan konten yang biasa-biasa saja.

Oleh karena itu, para pengguna tidak segan untuk berkreasi melahirkan konten-konten sensasional.

"Perhatian itu didapat oleh user dalam bentuk like, comment, share. Mereka (pengguna) suka di situ, Selama user mendapat perhatian, selama itu pula platform akan untung. Kenapa? User akan lama di platform itu," jelas Fahmi.

Baca juga: Viral Kisah Unik Pemancing Temukan Handphone Saat Mancing, Ini Cerita Lengkapnya

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Dortmund Panen Kecaman setelah Disponsori Rheinmetall, Pemasok Senjata Perang Israel dan Ukraina

Dortmund Panen Kecaman setelah Disponsori Rheinmetall, Pemasok Senjata Perang Israel dan Ukraina

Tren
Murid di Malaysia Jadi Difabel setelah Dijemur 3 Jam di Lapangan, Keluarga Tuntut Sekolah

Murid di Malaysia Jadi Difabel setelah Dijemur 3 Jam di Lapangan, Keluarga Tuntut Sekolah

Tren
Sosok Calvin Verdonk, Pemain Naturalisasi yang Diproyeksi Ikut Laga Indonesia Vs Tanzania

Sosok Calvin Verdonk, Pemain Naturalisasi yang Diproyeksi Ikut Laga Indonesia Vs Tanzania

Tren
Awal Kemarau, Sebagian Besar Wilayah Masih Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang, Mana Saja?

Awal Kemarau, Sebagian Besar Wilayah Masih Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang, Mana Saja?

Tren
Mengenal Gerakan Blockout 2024 dan Pengaruhnya pada Palestina

Mengenal Gerakan Blockout 2024 dan Pengaruhnya pada Palestina

Tren
Korea Utara Bangun 50.000 Rumah Gratis untuk Warga, Tanpa Iuran seperti Tapera

Korea Utara Bangun 50.000 Rumah Gratis untuk Warga, Tanpa Iuran seperti Tapera

Tren
Menggugat Moralitas: Fenomena Perselingkuhan di Kalangan ASN

Menggugat Moralitas: Fenomena Perselingkuhan di Kalangan ASN

Tren
5 Fakta Kasus Mobil Mewah Pakai Pelat Dinas Palsu DPR, Seret Pengacara Berinisial HI

5 Fakta Kasus Mobil Mewah Pakai Pelat Dinas Palsu DPR, Seret Pengacara Berinisial HI

Tren
Beli Elpiji Wajib Pakai KTP, Pertamina: Masyarakat yang Belum Daftar Masih Dilayani

Beli Elpiji Wajib Pakai KTP, Pertamina: Masyarakat yang Belum Daftar Masih Dilayani

Tren
Kata PBB, Uni Eropa, Hamas, dan Israel soal Usulan Gencatan Senjata di Gaza

Kata PBB, Uni Eropa, Hamas, dan Israel soal Usulan Gencatan Senjata di Gaza

Tren
Beda Kemenag dan MUI soal Ucapan Salam Lintas Agama

Beda Kemenag dan MUI soal Ucapan Salam Lintas Agama

Tren
Orang dengan Gangguan Kesehatan Ini Sebaiknya Tidak Minum Air Kelapa Muda

Orang dengan Gangguan Kesehatan Ini Sebaiknya Tidak Minum Air Kelapa Muda

Tren
BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 2-3 Juni 2024

BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 2-3 Juni 2024

Tren
[POPULER TREN] Harga BBM Pertamina per 1 Juni 2024, Asal-usul Kata Duit

[POPULER TREN] Harga BBM Pertamina per 1 Juni 2024, Asal-usul Kata Duit

Tren
Bagaimana Cahaya di Tubuh Kunang-kunang Dihasilkan? Berikut Penjelasan Ilmiahnya

Bagaimana Cahaya di Tubuh Kunang-kunang Dihasilkan? Berikut Penjelasan Ilmiahnya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com