Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penelitian Terbaru Pastikan Varian Baru Virus Corona Lebih Menular

Kompas.com - 28/12/2020, 11:28 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sekelompok peneliti Inggris merilis hasil penelitian terbaru mereka pada Rabu (23/12/2020) mengenai varian baru virus corona yang teridentifikasi di Inggris.

Melansir New York Times, Rabu (23/12/2020), hasil penelitian itu menegaskan bahwa varian baru VUI-202012/01 memiliki kemampuan penularan lebih tinggi, sehingga tindakan pengendalian perlu diberlakukan.

Tindakan-tindakan tersebut antara lain menutup sekolah-sekolah dan universitas. Tindakan pengendalian itu dibutuhkan agar kecepatan distribusi vaksin tidak kalah dari kecepatan penularan virus.

Epidemiolog dari London School of Hygiene and Tropical Medicine, Nicholas Davies, mengatakan, hasil penelitian itu perlu menjadi perhatian bagi negara-negara lain.

"Temuan awal cukup meyakinkan bahwa vaksinasi yang lebih cepat akan menjadi hal yang sangat penting bagi negara mana pun yang harus berurusan dengan varian ini atau yang serupa," kata Davies, yang merupakan Ketua Tim Peneliti.

Hasil penelitian itu dirilis oleh Center for Mathematical Modeling of Infectious Diseases, London School of Hygiene and Tropical Medicine. Hasil penelitian tersebut masih belum ditinjau oleh jurnal ilmiah.

Baca juga: Ada Varian Baru Virus Corona, Warga Asing Dilarang Masuk Jepang

 

Penelitian itu membandingkan serangkaian model sebagai prediktor data tentang infeksi, rawat inap dan variabel lain.

Hasilnya, tidak ditemukan bukti bahwa varian baru itu lebih mematikan dibandingkan varian yang lain.

Akan tetapi, para peneliti memperkirakan bahwa varian itu 56 persen lebih menular. Pada Senin (21/12/2020), Pemerintah Inggris merilis perkiraan awal bahwa varian itu 70 persen lebih menular.

Dipastikan lebih menular

Para peneliti membuat model matematika yang berbeda dan menguji masing-masing model. Mereka menganalisis model penyebaran mana yang paling tepat memprediksi jumlah kasus baru yang benar-benar dikonfirmasi, serta rawat inap dan kematian.

Para peneliti menyimpulkan bahwa varian tersebut mampu menyebar ke lebih banyak orang secara rata-rata dibandingkan varian lainnya.

Davies memperingatkan, perkiraan mereka tentang varian baru 56 persen lebih menular masih hitungan kasar karena mereka masih mengumpulkan data tentang penyebaran varian terbaru.

"Saya pikir ketika kami mendapatkan lebih banyak data kurva itu, kami akan lebih yakin," kata Davies.

Davies mengatakan, dengan data yang mereka miliki sejauh ini, pihaknya yakin varian baru itu harus ditanggapi dengan sangat serius.

"Saya merasa bahwa dengan totalitas bukti yang ditemukan, ini adalah kasus yang kuat," ujar Davies.

Baca juga: Cek Fakta Sepekan: Hoaks Jokowi Tolak Divaksin Pertama Hingga PCR Tak Bisa Deteksi Varian Baru Virus

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com