Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Epidemiolog: Tiket Promo Bukti Tak Terintegrasinya Penanganan Pandemi

Kompas.com - 26/12/2020, 07:36 WIB
Nur Fitriatus Shalihah,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Cuti bersama pada akhir tahun ini telah dimulai sejak Kamis (24/12/2020).

Untuk mencegah penularan virus corona, pemerintah pusat berusaha membatasi pergerakan masyarakat saat libur Natal dan Tahun Baru (Nataru).

Yaitu dengan mengeluarkan sederet kebijakan, seperti kewajiban melakukan rapid test antigen sebagai syarat perjalanan.

Baca juga: KAI Beri Promo Tiket Kereta Akhir Tahun, Cek Daftarnya...

Namun di sisi lain dinilai terjadi kontradiksi saat beberapa moda transportasi justru membagikan diskon atau promo tiket. Salah satunya tiket kereta.

Promo KAI Big Sale terdapat pada tanggal 20 Desember 2020 hingga 6 Januari 2021.

Tidak terintegrasi

Menanggapi kondisi tersebut, epidemiolog Indonesia di Universitas Griffith Australia Dicky Budiman mengatakan, hal ini menunjukkan tidak adanya integrasi penanganan pandemi antara pemerintah pusat dan daerah.

Selain itu menjadi bukti untuk kesekian kalinya bahwa regulasi pemerintah tidak mendukung pengendalian pandemi terutama dalam membatasi mobillisasi dan interaksi penduduk

"Adanya diskon ini kontradiktif dengan kebijakan atau imbauan. Menurut saya ini adalah bukti nyata dari temuan intra-action review dari WHO yang menyatakan bahwa salah satunya tidak adanya integrasi yang efektif dalam pengelolaan pandemi di Indonesia," katanya pada Kompas.com, Rabu (23/12/2020).

Baca juga: Jelang Libur Nataru 2021, Ini Tanggal dan Tujuan Terbanyak Pemesanan Tiket Kereta Api

Temuan ini menurut Dicky sangat memprihatinkan. Sebab saat kasus positif virus corona telah menembus angka 700.000 kasus, pemerintah tetap mendorong orang untuk akhirnya bepergian.

Perbandingan

Dicky memberikan perbandingan kondisi di Indonesia dengan negara lain. Di China, saat Imlek dan kasus Covid-19 belum setinggi Indonesia, pemerintah setempat melakukan pembatasan hingga lockdown.

China membatasi pergerakan masyarakat yang biasanya terjadi saat Imlek karena orang-orang pulang kampung.

"Kasus kita jauh lebih buruk tapi pendekatan kita kontradiktif. Itu sebabnya gelombang pertama tidak kunjung turun, karena kebijakan tidak satu suara," tuturnya.

Baca juga: Indonesia Tak akan Lockdown Wilayah Terjangkit Corona

Di negara bagian Quensland, dia mengatakan juga terjadi pembatasan ketat pada awal pandemi, seperti kapasitas angkutan umum sangat dibatasi, pergerakan massa dibatasi, dan sebagainya.

Dicky mengatakan saat ini mereka telah memetik buah dari kesabaran mereka sekitar 9 bulan. Di Quensland sudah tidak ditemui kasus Covid-19 dan kematian.

Di sana sekarang masyarakat sudah bisa berpindah meski di dalam negara bagian. Tapi walau tidak ada kasus lagi, mereka tetap membatasi perjalanan keluar negara bagian.

Dia berharap Indonesia juga bisa menerapkan pembatasan pergerakan masyarakat antar daerah.

Selain itu dia juga menyarankan, agar kebijakan antara pemerintah pusat harus didukung oleh pemerintah daerah, kementerian, atau lembaga.

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Macam-macam Penularan Virus Corona

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Pajak Makanan Dibayar Restoran atau Pembeli? Ini Penjelasan Ekonom

Pajak Makanan Dibayar Restoran atau Pembeli? Ini Penjelasan Ekonom

Tren
Alasan Komisi X soal Anggota DPR Dapat Kuota KIP Kuliah

Alasan Komisi X soal Anggota DPR Dapat Kuota KIP Kuliah

Tren
Kebun Binatang di China Ubah Anjing Menyerupai Panda, Tuai Kecaman Pengunjung

Kebun Binatang di China Ubah Anjing Menyerupai Panda, Tuai Kecaman Pengunjung

Tren
Buntut Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Kemenhub Tuntut ASN Jaga Etika

Buntut Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Kemenhub Tuntut ASN Jaga Etika

Tren
Pekerjaan untuk Juru Parkir Liar Minimarket

Pekerjaan untuk Juru Parkir Liar Minimarket

Tren
Benarkah Kenaikan UKT Belakangan karena Campur Tangan Pemerintah?

Benarkah Kenaikan UKT Belakangan karena Campur Tangan Pemerintah?

Tren
Demonstran Israel Blokir Jalan dengan Batu, Truk Bantuan ke Gaza Tak Bisa Lewat

Demonstran Israel Blokir Jalan dengan Batu, Truk Bantuan ke Gaza Tak Bisa Lewat

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 11-12 Mei 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 11-12 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Media Asing Soroti Indonesia Vs Guinea | Ikan Tinggi Vitamin D

[POPULER TREN] Media Asing Soroti Indonesia Vs Guinea | Ikan Tinggi Vitamin D

Tren
Perjalanan Sashya Subono, Animator Indonesia di Balik Film Avatar, She-Hulk, dan Hawkeye

Perjalanan Sashya Subono, Animator Indonesia di Balik Film Avatar, She-Hulk, dan Hawkeye

Tren
Ramai soal Mobil Diadang Debt Collector di Yogyakarta padahal Beli 'Cash', Ini Faktanya

Ramai soal Mobil Diadang Debt Collector di Yogyakarta padahal Beli "Cash", Ini Faktanya

Tren
Pria di India Ini Memiliki Tumor Seberat 17,5 Kg, Awalnya Mengeluh Sakit Perut

Pria di India Ini Memiliki Tumor Seberat 17,5 Kg, Awalnya Mengeluh Sakit Perut

Tren
Daftar 10 Ponsel Terlaris di Dunia pada Awal 2024

Daftar 10 Ponsel Terlaris di Dunia pada Awal 2024

Tren
Ramai soal Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Ini Kata Kemenhub

Ramai soal Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Ini Kata Kemenhub

Tren
Beredar Penampakan Diklaim Ular Jengger Bersuara Mirip Ayam, Benarkah Ada?

Beredar Penampakan Diklaim Ular Jengger Bersuara Mirip Ayam, Benarkah Ada?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com