Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Satwa Langka Indonesia Ini Terancam Punah, Ternyata Ini Penyebabnya

Kompas.com - 20/12/2020, 17:21 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

2. Trenggiling Sunda

Trenggiling Sunda (Manis javanica) merupakan spesies trenggiling yang tersebar di wilayah Asia Tenggara, antara lain Myanmar, Kamboja, Vietnam, Thailand, Malaysia, dan Indonesia.

Spesies ini juga mendapat label CR dari IUCN, karena tren populasinya yang terus mengalami penurunan, hingga mencapai 80 persen, dalam 21 tahun terakhir.

IUCN mengatakan, populasi trenggiling Sunda sulit diperkirakan. Selain karena kelangkaannya, juga karena sifat dari spesies ini yang hidup bersembunyi sehingga sulit melakukan pemantauan.

Ancaman utama trenggiling Sunda adalah perburuan besar-besaran, baik untuk konsumsi pribadi maupun diperdagangkan di pasar internasional.

Baca juga: 5 Aktivitas Seru di TWA Sibolangit, Lihat Rangkong dan Trenggiling

Ramuan obat

Tingginya perburuan trenggiling, sebagian besar didorong oleh permintaan di China dan Vietnam, serta nilai jualnya yang mahal. 

Di kedua negara itu, daging trenggiling dijadikan santapan mewah di restoran, dan sisiknya digunakan sebagai bahan ramuan obat tradisional.

Diperkirakan, lebih dari 280.000 trenggiling diperdagangkan di pasar Asia sepanjang tahun 2001 hingga 2018. Sebagian besar merupakan spesies trenggiling Sunda.

Para penyelundup Indonesia secara ilegal mengekspor trenggiling hidup serta daging dalam jumlah besar, terutama sejak tahun 2000, beberapa di antaranya berasal dari Kalimantan Timur.

Perburuan trenggiling Sunda merupakan ancaman terbesar di Indonesia, terutama di Sumatera, Kalimantan dan Jawa, terbukti dengan penyitaan yang melibatkan beberapa ribu trenggiling selama dua dekade terakhir.

Baca juga: Cegah Virus Corona, China Akhirnya Hapus Trenggiling dari Daftar Obat Tradisional

3. Badak Jawa

Ilustrasi anak badak jawa dan induknya.SHUTTERSTOCK/Evgheni Kim Ilustrasi anak badak jawa dan induknya.

Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) merupakan spesies badak yang tinggal di pulau Jawa, namun kini hanya bisa ditemukan di daerah Taman Nasional Ujung Kulon, Banten.

IUCN juga memberikan label CR untuk spesies ini, karena hanya 33 persen dari populasinya yang diketahui mampu melakukan reproduksi.

Dikutip dari Kompas.com, 20 September 2020, jumlah kumulatif Badak Jawa menurut data terakhir Kementerian LHK, mencapai 74 individu, masing-masing 40 jantan dan 34 betina.

Jumlah tersebut termasuk dua ekor badak Jawa yang baru lahir pada tahun 2020, yaitu anak badak jantan Luther dan anak badak betina Helen.

Baca juga: Kisah Badak Sumatera, Menghindari Teroris, Melawan Punah

Untuk komposisi umur populasi badak, terdiri dari 15 ekor berusia anak-anak dan 59 ekor merupakan usia remaja-dewasa.

Direktur Jenderal Konservasi dan Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Wiratno mengatakan, ada harapan bahwa kelangsungan hidup badak Jawa bisa dilestarikan,

Meski demikian, Wiratno menyebut bahwa badak Jawa adalah spesies yang sensitif dan butuh perlindungan penuh.

Dia mengatakan, penyebab menyusutnya populasi badak Jawa di masa lalu adalah karena aktivitas perkebunan di era kolonial, perburuan untuk mengambil cula badak, dan sifat badak yang penyendiri sehingga menyulitkan terjadinya reproduksi alami.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com