Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konsumsi Vitamin D, Berapa Banyak yang Dibutuhkan Tubuh?

Kompas.com - 29/11/2020, 19:11 WIB
Retia Kartika Dewi,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kesehatan yang prima dan imunitas tubuh yang kuat menjadi kunci di tengah pandemi virus corona seperti saat ini.

Berbagai vitamin dikonsumsi untuk menjaga kesehatan, termasuk vitamin D. Namun, penting mengetahui berapa banyak tubuh membutuhkan vitamin tersebut.

Konsumsi berlebihan justru membawa dampak negatif.

Berapa batasan konsumsi vitamin D untuk tubuh?

Dokter yang juga ahli gizi komunitas, dr Tan Shot Yen, mengatakan, dosis atau angka kecukupan vitamin D bergantung pada usia seseorang.

"Untuk anak-anak, orang dewasa, lansia, ibu hamil, dan ibu menyusui memiliki angka kecukupan vitamin D yang berbeda-beda," ujar Tan saat dihubungi Kompas.com, Minggu (29/11/2020).

Berikut rincian angka kecukupan vitamin D, seperti dibagikan dokter Tan:

  • Anak-anak dan remaja membutuhkan vitamin D sebanyak 15 mcg per hari dan 600 IU per hari.
  • Orang dewasa yang berusia sampai 71 tahun membutuhkan vitamin D sebanyak 15 mcg per hari dan 600 IU per hari.
  • Orang dewasa yang berusia lebih dari 71 tahun membutuhkan vitamin D sebanyak 20 mcg per hari dan 800 IU per hari.
  • Ibu hamil membutuhkan vitamin D sebanyak 15 mcg per hari dan 600 IU per hari.
  • Ibu menyusui membutuhkan vitamin D sebanyak 15 mcg per hari dan 600 IU per hari.

Baca juga: Studi Terbaru Covid-19 Terkait Golongan Darah O dan Vitamin D

Peran vitamin D menjaga imunitas tubuh

Tan mengungkapkan, vitamin D memiliki berbagai peran dalam menjaga kekebalan tubuh atau imunitas.

"Vitamin D dalam imunitas bekerja sebagai anti peradangan dan regulasi kekebalan tubuh, meningkatkan kinerja limfosit T dan makrofag, menurunkan lama rawat inap rumah sakit," ujar Tan.

Kekurangan vitain D bisa menyebabkan tubuh rentan terhadap infeksi dan kelainan yang berkaitan dengan imunitas. 

 

Vitamin D bisa diperoleh melalui sinar matahari (pro vitamin D3) yang baik untuk kulit, hati, dan ginjal.

Pada sumber hewani, vitamin D3 bersumber dari ikan berlemak, hati, kuning telur, dan mentega.

Sedangkan sumber nabati, vitamin D2 bisa didapatkan dengan mengonsumsi jamur (dengan pencahayaan ultraviolet), dan pangan terfortifikasi.

Ada pula faktor penurunan produksi vitamin D yang perlu diketahui. Penurunan terjadi karena faktor usia.

"Produksi vitamin D akan turun karena faktor usia, yakni kulit menipis, konsentrasi 7-dehidro-kolesterol menurun dalam epidermis, pigmentasi kulit (kulit berwarna lebih gelap), dan penggunaan tabir surya," ujar Tan.

Konsumsi suplemen vitamin D

Meski ada beberapa upaya untuk memenuhi kebutuhan vitamin D, orang-orang cenderung memilih jalan pintas dengan mengonsumsi suplemen vitamin D.

Menurut dia, mereka yang mengonsumsi suplemen vitamin D melewatkan kesempatan yang mudah dalam mendapatkan vitamin tersebut.

"Saya sih punya prinsip, jika kita punya Matahari, orangnya sehat, enggak uzur-uzur amat, lha ngapain minum suplemen? Ini kayak punya dapur, kulkas isi bahan makanan, punya peralatan masak, tapi catering setiap hari," ujar Tan.

Ia mengingatkan agar tak sembarangan mengonsumsi suplemen vitamin D, sebaiknya tidak asal-asalan mengonsumsi. 

"Harus dicek dulu kategori vitamin D dalam plasma itu insufisiensi atau defisiensi, karena kita enggak bisa ambil tindakan jika belum tahu kondisi saat ini gimana," lanjut dia.

Oleh karena itu, Tan mengimbau agar berkonsultasi terlebih dahulu kepada dokter ahli gizi sebelum mengonsumsi suplemen vitamin D.

Sebab, vitamin D tidak hanya berperan dalam kekuatan dan kesehatan tulang, melainkan berperan dalam metabolisme ginjal dan organ dalam lainnnya.

Dampak Kelebihan Vitamin D

Melansir Healthline, ada enam efek samping jik mengonsumsi vitamin D terlalu banyak.

1. Peningkatan kadar darah

Sebuah studi menemukan, seorang wanita memiliki kadar vitamin D 476 ng/ml (1.171 nmol /l) setelah mengonsumsi suplemen yang memberinya 186.900 IU vitamin D3 per hari selama dua bulan.

Kadar vitamin D yang di atas 100 ng/ml dinilai berbahaya.

Akibatnya, wanita tersebut dirawat di rumah sakit setelah dia mengalami kelelahan, pelupa, mual, muntah, bicara cadel, dan gejala lainnya.

2. Peningkatan kadar kalsium darah

Asupan vitamin D yang berlebihan menyebabkan kalsium darah yang mengakibatkan gejala hiperkalsemia atau kadar kalsium darah tinggi, seperti:

  • Gangguan pencernan, seperti muntah, mual dan sakit perut
  • Kelelahan dan pusing
  • Haus yang berlebihan
  • Sering buang air kecil

3. Nafsu makan buruk

Efek samping lain dari terlalu banyak mengonsumsi vitamin D yakni nafsu makan buruk atau tidak nafsu makan.

Meski demikian, gejala ini tidak terjadi pada semua orang dengan peningkatan kadar kalsium.

4. Sakit perut, sembelit, dan diare

Sakit perut, sembelit, dan diare adalah keluhan pencernaan umum yang sering dikaitkan dengan intoleransi makanan atau sindrom iritasi usus besar.

Namun, kondisi tersebut juga bisa menjadi tanda peningkatan kadar kalsium yang berkaitan dengan konsumsi vitamin D.

Gejala-gejala ini dapat terjadi pada mereka yang menerima vitamin D dosis tinggi untuk memperbaiki kekurangan vitamin D dalam tubuh.

5. Keropos tulang

Terlalu banyak vitamin D dapat mengganggu kesehatan tulang.

Beberapa penelitian menyebutkan, konsumsi vitamin D dosis tinggi dapat menyebabkan rendahnya kadar vitamin K2 dalam darah.

Salah satu fungsi vitamin K2 yang terpenting adalah menjaga kalsium di dalam tulang dan keluar dari darah. Kadar vitamin D yang sangat tinggi diyakini dapat mengurangi aktivitas vitamin K2.

6. Gagal ginjal

Asupan vitamin D yang berlebihan juga disebut  menyebabkan cedera ginjal.

Dalam sebuah studi, seorang pria dirawat di rumah sakit karena gagal ginjal, peningkatan kadar kalsium darah, dan gejala lain yang terjadi setelah dia menerima suntikan vitamin D.

Gagal ginjal sendiri dapat diobati dengan mengisi cairan tubuh (hidrasi) dan pengobatan oral atau intravena. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Seorang Bocah Berusia 7 Tahun Meninggal Setelah Keracunan Mi Instan di India

Seorang Bocah Berusia 7 Tahun Meninggal Setelah Keracunan Mi Instan di India

Tren
Apa Itu KRIS? Pengganti Kelas BPJS Kesehatan per 30 Juni 2025

Apa Itu KRIS? Pengganti Kelas BPJS Kesehatan per 30 Juni 2025

Tren
Kata Media Asing soal Kecelakaan di Subang, Soroti Buruknya Standar Keselamatan di Indonesia

Kata Media Asing soal Kecelakaan di Subang, Soroti Buruknya Standar Keselamatan di Indonesia

Tren
Pendaftaran STIS 2024 Dibuka 15 Mei, Total 355 Kuota, Lulus Jadi CPNS

Pendaftaran STIS 2024 Dibuka 15 Mei, Total 355 Kuota, Lulus Jadi CPNS

Tren
Mencari Bus Pariwisata yang Layak

Mencari Bus Pariwisata yang Layak

Tren
DNA Langka Ditemukan di Papua Nugini, Disebut Bisa Kebal dari Penyakit

DNA Langka Ditemukan di Papua Nugini, Disebut Bisa Kebal dari Penyakit

Tren
Duduk Perkara Komika Gerallio Dilaporkan Polisi atas Konten yang Diduga Lecehkan Bahasa Isyarat

Duduk Perkara Komika Gerallio Dilaporkan Polisi atas Konten yang Diduga Lecehkan Bahasa Isyarat

Tren
Arab Saudi Bangun Kolam Renang Terpanjang di Dunia, Digantung 36 Meter di Atas Laut

Arab Saudi Bangun Kolam Renang Terpanjang di Dunia, Digantung 36 Meter di Atas Laut

Tren
Penjelasan Pertamina soal Pegawai SPBU Diduga Intip Toilet Wanita

Penjelasan Pertamina soal Pegawai SPBU Diduga Intip Toilet Wanita

Tren
Kelas BPJS Kesehatan Dihapus Diganti KRIS Maksimal 30 Juni 2025, Berapa Iurannya?

Kelas BPJS Kesehatan Dihapus Diganti KRIS Maksimal 30 Juni 2025, Berapa Iurannya?

Tren
Penjelasan Polisi dan Dinas Perhubungan soal Parkir Liar di Masjid Istiqlal Bertarif Rp 150.000

Penjelasan Polisi dan Dinas Perhubungan soal Parkir Liar di Masjid Istiqlal Bertarif Rp 150.000

Tren
Apa yang Terjadi jika BPJS Kesehatan Tidak Aktif Saat Membuat SKCK?

Apa yang Terjadi jika BPJS Kesehatan Tidak Aktif Saat Membuat SKCK?

Tren
Uji Coba Implan Otak Neuralink Pertama untuk Manusia Alami Masalah, Ini Penyebabnya

Uji Coba Implan Otak Neuralink Pertama untuk Manusia Alami Masalah, Ini Penyebabnya

Tren
BPOM Rilis 76 Obat Tradisional Tidak Memenuhi Syarat dan BKO, Ini Daftarnya

BPOM Rilis 76 Obat Tradisional Tidak Memenuhi Syarat dan BKO, Ini Daftarnya

Tren
Update Banjir Sumbar: Korban Meninggal 41 Orang, Akses Jalan Terputus

Update Banjir Sumbar: Korban Meninggal 41 Orang, Akses Jalan Terputus

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com