Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

OTT KPK, Edhy Prabowo, dan Temuan Barang Mewah...

Kompas.com - 27/11/2020, 15:05 WIB
Retia Kartika Dewi,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

Siti mengungkapkan, bagi orang-orang tersebut, nilai tanda dan nilai tukar akan mampu memperkuat dan memperkokoh status dan kedudukan mereka dalam masyarakat.

Baca juga: Mengenal Sejarah dan Asal-usul Rolex, Jam Tangan Mewah yang Dibeli Edhy Prabowo

Akibatnya, demi mengejar status dan pengakuan tersebut, maka sejumlah upaya pun mereka lakukan.

"Perilaku tersebut tidak luput dari dorongan sosial yang mendorong mereka untuk berperilaku yang dianggap 'ideal' oleh kelompok masyarakat tertentu," kata dia.

Hal ini juga didorong dengan adanya iklan dan media. Sehingga demi mengejar tuntutan tersebut maka hal-hal yang tidak benar pun dilakukan.

Baca juga: Mengenal Sejarah dan Asal-usul Rolex, Jam Tangan Mewah yang Dibeli Edhy Prabowo

Hidup menjadi tontonan

Selain itu, Siti juga menjelaskan mengenai teori dari Guy Debord tentang "the society of the spectacle" yang menyebut bahwa pada masyarakat modern telah menjadikan semua hal dalam hidupnya sebagai komoditas yang kemudian disulap menjadi tontonan (spectacle) dan ditampilkan dan disebar oleh media massa.

"Tontonan adalah produksi utama dalam masyarakat kekinian yang tidak hanya dipahami sebagai kumpulan gambar-gambar, melainkan yang lebih penting tontonan itu adalah relasi sosial di antara masyarakat modern dan dimediasi oleh citra atau simbol," kata Siti.

Kendati demikian, realitas akan menjadi tontonan jika mengenakan simbol dan tanda tertentu sehingga ia menjadi obyek, demikian pula para konsumen akan memilih tanda dan simbol yang melekat pada suatu barang agar iapun bisa menjadi tontonan.

"Demikianlah, maka telah kabur batas-batas antara manusia yang seharusnya menjadi subyek dengan barang-barang yang dia konsumsi atau dia pakai yang seharusnya menjadi obyek," lanjut dia.

Akibatnya, kedua hal ini menjadi lebur dan kabur sehingga sulit untuk dibedakan, mana yang obyek dan mana yang subjek.

Baca juga: Edhy Prabowo dan Mengapa Masih Ada Pejabat yang Doyan Korupsi?

Peran gaya hidup bermewah-mewah

Siti mengungkapkan, peran gaya hidup dapat digambarkan sebagai representasi dunia simulasi.

Menurutnya, dengan simulasi, identitas sesorang tidak lagi ditentukan oleh dan dari dalam dirinya sendiri, akan tetapi ditentukan oleh konstruksi tanda, citra dan kode yang membentuk cermin bagaimana seorang individu memahami diri mereka dan hubungannya dengan orang lain.

Adapun peran media sosial juga turut mendorong perilaku konsumtif dengan nilai simbol dan nilai tanda tertentu.

"Media sosial ini yang mempengaruhi cara berpikir dan menstimulasi pilihan-pilihan gaya hidup seseorang," katanya lagi.

Baca juga: Hari Diabetes Sedunia 14 November: Makna, Simbol, dan Sejarahnya...

"Kondisi inilah lalu yang mendorong seseorang semakin besar kamauannya untuk mengikuti trend dan perilaku konsumsi yang dianggap layak dan umum," lanjut dia.

Hal ini dikarenakan, yang bersangkutan adalah pejabat publik, berperilaku yang mengikuti gaya hidup juga dianggap sebagai kewajiban "sosial" mereka agar tetap dianggap menjadi bagian dari kelas sosial tertentu.

Siti mengingkan, jika para pejabat berperilaku biasa, tidak mengikuti cara dan gaya hidup kelompoknya, maka ada ketakutan pada diri mereka bahwa mereka mungkin akan tidak diakui, pun demikian masyarakat.

Baca juga: Sederet Pejabat yang Dicopot karena Disebut Abaikan Protokol Kesehatan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com