KOMPAS.com - Beragam kegiatan industri terpaksa terjeda atau bahkan terganggu selama pandemi Covid-19 melanda, demi menghindari atau meminimalisir potensi penularan virus di area pabrik.
Hal serupa juga terjadi pada industri pembuat sarung tangan lateks terbesar dunia, Top Glove, di pabrik yang ada di Malaysia.
Akibat infeksi virus corona yang terjadi hampir pada 2.500 karyawannya, perusahaan terpaksa menutup lebih dari setengah pabrik dari total 41 pabrik yang dimilikinya di Malaysia.
Baca juga: Malaysia Laporkan Lonjakan Kasus Covid-19, Dipicu oleh Pemilu Sabah
Melansir BBC, Selasa (24/11/2020), pihak berwenang menyatakan sebanyak 28 pabrik akan ditutup secara bertahap demi mengendalikan penularan yang terjadi.
Pada Senin (23/1/2020), Kementerian Kesehatan Malaysia melaporkan adanya peningkatan kasus infeksi dalam jumlah yang tajam di area pabrik dan asrama Top Glove berada.
Direktur Jenderal Kesehatan Malaysia, Noor Hisham Abdullah menyebut dari total 5.767 pekerja yang sudah diperiksa, 2.453 di antaranya dinyatakan positif mengidap Covid-19.
Hal ini sebagaimana diberitakan oleh Reuters, Senin (23/11/2020).
Baca juga: Saat Efektivitas Vaksin Pfizer Diklaim Mencapai 95 Persen...
Mayoritas pekerjanya berasal dari Nepal.
Selama ini mereka bekerja lebih keras melayani permintaan pasar akan sarung tangan lateks sebagai salah satu alat perlindungan diri, terutama sejak pandemi Covid-19 mendera.
Namun kondisi kerja mereka dikhawatirkan, karena sebagai pekerja imigran, mereka tinggal di kompleks asrama yang padat.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan