Berdasarkan verifikasi Kompas.com sejauh ini, ada yang perlu diluruskan terkait informasi ini.
Vaksin AstraZeneca dan Oxford mengandalkan virus flu simpanse yang tidak berbahaya untuk membawa protein lonjakan virus corona ke dalam tubuh untuk menciptakan respons imun.
AstraZeneca tidak menggunakan sel MRC-5, tetapi menggunakan sel TREX 293 Ginjal Embrio Manusia yang berasal dari garis sel manusia yang berbeda.
Menurut tim pengembangan Universitas Oxford, sel 293 Ginjal Embrio Manusia yang asli diambil dari ginjal janin yang diaborsi pada tahun 1973. Namun, sel yang digunakan sekarang adalah kloning dari sel asli dan bukan jaringan janin asli.
"Apa yang penting diketahui publik bahkan jika mereka menentang penggunaan sel janin untuk terapi, obat-obatan yang dibuat dan vaksin tidak mengandung aspek sel apa pun di dalamnya,” kata Srivastava.
Dia menjelaskan bahwa sel-sel tersebut digunakan sebagai pabrik untuk produksi.
Dikutip dari Reuters, profesor imunologi molekuler di London Metropolitan University Gary McLean menuturkan, vaksin Covid-19 juga akan "dimurnikan" dari semua kontaminan sebelum digunakan pada manusia.
"Vaksin AstraZeneca membutuhkan vektor adenoviral untuk diproduksi di sel-sel ini dan kemudian dimurnikan sebelum diberikan kepada manusia," ujar McLean.
Tidak akurat menyebut bahwa garis sel MRC-5 adalah sel yang sama dari janin yang diaborsi. MRC-5 adalah garis sel yang telah ditumbuhkan di laboratorium dari kultur sel primer yang awalnya diambil dari janin.
Dari penelusuran tim Cek Fakta Kompas.com, klaim vaksin virus Covid-19 AstraZeneca mengandung jaringan janin manusia yang diaborsi tidak tepat.
Vaksin tersebut mengandung kloning sel TREX 293 Ginjal Embrio Manusia, bukan jaringan janin asli.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.