Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[KLARIFIKASI] Vaksin Covid-19 AstraZeneca Disebut Gunakan Jaringan Janin Aborsi

Kompas.com - 22/11/2020, 15:56 WIB
Tim Cek Fakta

Penulis

klarifikasi

klarifikasi!

Berdasarkan verifikasi Kompas.com sejauh ini, ada yang perlu diluruskan terkait informasi ini.

KOMPAS.com - Tersiar informasi di media sosial bahwa vaksin virus Covid-19 AstraZeneca mengandung jaringan dari janin manusia yang diaborsi atau MRC-5.

Informasi itu keliru.

Juru bicara AstraZeneca mengonfirmasi bahwa perusahaan tidak menggunakan sel MRC-5 dalam pengembangan vaksinnya.

Sel yang digunakan AstraZeneca saat ini dalam memproduksi vaksin Covid-19 yakni kloning sel TREX 293 Ginjal Embrio Manusia yang berasal dari tahun 1973, bukan jaringan janin asli.

Narasi yang Beredar

Akun Facebook Yustinus Tapobali pada Kamis (19/11/2020) menulis status bahwa vaksin virus AstraZeneca mengandung jaringan janin manusia yang diaborsi.

Beredar pula narasi yang sama, tetapi menjelaskan lebih rinci kandungan sel manusia MRC-5 dan A549 dalam vaksin AstraZeneca. Salah satunya diedarkan Mohamed Ali. Berikut nukilan statusnya pada Rabu (18/11/2020):

"3. Mereka menggunakan 2 sel manusia untuk membiakkan virus. Virus perlu dibiakkan so mereka boleh masukkan ke dalam berbillion vaksin, so sel yg sesuai adalah sel manusia, iaitu yg diberi nama MRC-5 dan A549. Sel apa tu? Okay google pula apa itu MRC-5 dan A549.
4. A549 ni adalah sel paru-paru manusia yg dibekukan dan boleh dibeli di internet. Tempat menjual sel2 mcm ni ada dalam website ATTC. Sel ini diambil oleh badan seorang lelaki berumur 58 tahun yg mempunyai penyakit carcinoma (kanser)????
*Paru2 ini hendaklah diambil dalam keadaan yg hidup, maksudnya bukan diambil drp org yg dah mati. Okay ni org dewasa, dah dpt consent drp empunya badan so takpa lah. Kita tgk apa itu MRC-5 pulak.
5. MRC-5 adalah sel paru-paru janin dalam perut yg berumur 14 minggu. So maksudnya dia keluarkan janin hidup2 untuk dibedah dan diambil paru2nya. Paru2 ini diambil pd tahun 1966. Paru-paru janin ni bukan hanya 1 janin ya, banyak janin digugurkan dgn cara yg sama sehingga jumpa paru2 yg sesuai utk virus dibiakkan, termasuk virus covid."

Status Facebook keliru soal kandungan jaringan janin aboris dalam vaksin Covid-19.Facebook Status Facebook keliru soal kandungan jaringan janin aboris dalam vaksin Covid-19.

Akun Facebook Firdaus Hassim pada Kamis (19/11/2020) juga melayangkan narasi yang sama.

Penjelasan

Dilansir dari AP, juru bicara AstraZeneca mengonfirmasi bahwa perusahaan tidak menggunakan sel MRC-5 dalam pengembangan vaksinnya.

Sel MRC-5 dikenal sebagai garis sel yang diabadikan, yang dapat bereproduksi tanpa batas. Garis sel itu digunakan dalam produksi vaksin untuk menumbuhkan virus agar tidak mereplikasi.

Para peneliti pertama kali menggunakan jalur sel janin standar pada 1960-an. Pakar imunisasi Rumah Sakit Anak Philadelphia sekalikgus komite penasehat FDA Dr. Paul Offit mengatakan, sebelumnya peneliti menggunakan sel ginjal monyet.

Namun, ketika sel-sel itu ditemukan telah terkontaminasi virus monyet, para peneliti beralih ke sel manusia karena sel manusia lebih steril dan lebih baik dalam menumbuhkan virus manusia.

Garis sel standar termasuk WI-38 dan MRC-5 berasal dari janin yang diaborsi secara elektif pada 1960-an dan 1970-an. Sejak itu, garis sel tersebut menjadi penting bagi penelitian vaksin.

Presiden Gladstone Institutes dan mantan presiden International Society for Stem Cell Research Deepak Srivastava mengatakan, garis sel janin sangat penting dalam mengembangkan vaksin hepatitis, campak, dan cacar air.

"Mereka digunakan pada banyak aspek dalam ilmu biomedis karena sangat efektif," katanya.

Vaksin AstraZeneca dan Oxford mengandalkan virus flu simpanse yang tidak berbahaya untuk membawa protein lonjakan virus corona ke dalam tubuh untuk menciptakan respons imun.

AstraZeneca tidak menggunakan sel MRC-5, tetapi menggunakan sel TREX 293 Ginjal Embrio Manusia yang berasal dari garis sel manusia yang berbeda.

Menurut tim pengembangan Universitas Oxford, sel 293 Ginjal Embrio Manusia yang asli diambil dari ginjal janin yang diaborsi pada tahun 1973. Namun, sel yang digunakan sekarang adalah kloning dari sel asli dan bukan jaringan janin asli.

"Apa yang penting diketahui publik bahkan jika mereka menentang penggunaan sel janin untuk terapi, obat-obatan yang dibuat dan vaksin tidak mengandung aspek sel apa pun di dalamnya,” kata Srivastava.

Dia menjelaskan bahwa sel-sel tersebut digunakan sebagai pabrik untuk produksi.

Dikutip dari Reuters, profesor imunologi molekuler di London Metropolitan University Gary McLean menuturkan, vaksin Covid-19 juga akan "dimurnikan" dari semua kontaminan sebelum digunakan pada manusia.

"Vaksin AstraZeneca membutuhkan vektor adenoviral untuk diproduksi di sel-sel ini dan kemudian dimurnikan sebelum diberikan kepada manusia," ujar McLean.

Tidak akurat menyebut bahwa garis sel MRC-5 adalah sel yang sama dari janin yang diaborsi. MRC-5 adalah garis sel yang telah ditumbuhkan di laboratorium dari kultur sel primer yang awalnya diambil dari janin.

Kesimpulan

Dari penelusuran tim Cek Fakta Kompas.com, klaim vaksin virus Covid-19 AstraZeneca mengandung jaringan janin manusia yang diaborsi tidak tepat.

Vaksin tersebut mengandung kloning sel TREX 293 Ginjal Embrio Manusia, bukan jaringan janin asli.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Daftar Terbaru Kereta Ekonomi New Generation dan Stainless Steel New Generation, Terbaru KA Lodaya

Daftar Terbaru Kereta Ekonomi New Generation dan Stainless Steel New Generation, Terbaru KA Lodaya

Tren
Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Tren
Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Tren
Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Tren
Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Tren
Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Tren
BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

Tren
Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Tren
Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Tren
Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Tren
Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Tren
Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Tren
ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

Tren
Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Tren
Daftar Harga Sembako per Awal Mei 2024, Beras Terendah di Jawa Tengah

Daftar Harga Sembako per Awal Mei 2024, Beras Terendah di Jawa Tengah

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com