Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Epidemiolog Nilai Kasus Harian Covid-19 Capai 5.000 Masih Belum Angka Sebenarnya

Kompas.com - 15/11/2020, 11:38 WIB
Nur Fitriatus Shalihah,
Jihad Akbar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Jumlah kasus harian virus corona yang dilaporkan pemerintah Indonesia mencapai rekor baru pada Jumat (13/11/2020).

Kasus harian Covid-19 yang dilaporkan di Indonesia pada Sabtu (14/11/2020) adalah 5.272 kasus. Sehari sebelumnya, berdasarkan data Worldometers pada Jumat (13/11/2020), kasus harian yang dilaporkan adalah 5.444 kasus.

Kasus harian virus corona yang dilaporkan sebelum 13 November tidak pernah mencapai angka 5.000 kasus.

Kasus pertama virus corona dilaporkan pada 2 Maret 2020. Saat itu, terdapat dua WNI yang dinyatakan positif Covid-19.

Berikut riwayat lonjakan kasus harian Covid-19 di Tanah Air:

  • Lonjakan kasus harian Covid-19 pertama terjadi pada 9 Juli dengan kasus harian yang dilaporkan 2.657 kasus, sebelumnya kasus harian berkisar di angka 1.000-an.
  • Pada 29 Juli, kasus harian yang dilaporkan melewati angka 2.000.
  • Sebulan kemudian, tepatnya 28 Agustus, kasus harian yang dilaporkan mencapai rekor dengan 3.003 kasus.
  • Pada 19 September, kasus harian yang dilaporkan mencapai rekor lagi dengan angka 4.168 kasus.
  • Jumat, 13 November 2020, kasus harian Covid-19 di Indonesia dilaporkan tembus 5.444 kasus.

Baca juga: Lebih dari 5.000 Kasus Covid-19 dalam 2 Hari, Epidemiolog: Ini Belum yang Terburuk

Namun, apakah lonjakan kasus harian Indonesia sudah mencerminkan angka sebenarnya?

Epidemiolog dari Universitas Griffith, Dicky Budiman, mengatakan penambahan kasus Covid-19 harian yang mencapai 5.000 kasus belum mencerminkan angka sesungguhnya.

"Angka 5.000 ini bukan sesuatu yang mengagetkan, sudah bisa diprediksi dari awal, karena sebagaimana kita ketahui ada beberapa hal yang menyebabkan angka yang ditemukan sekarang masih jauh dari angka sesungguhnya," kata Dicky pada Kompas.com, Minggu (15/11/2020).

Dia menjelaskan hal itu terlihat dari test positivity rate di Indonesia selama lebih dari 4 bulan yang berada di angka 10 persen ke atas.

Baca juga: 63 Persen Tempat Tidur Pasien Covid-19 di DKI Jakarta Telah Terisi

Positivity rate adalah perbandingan antara jumlah kasus positif Covid-19 dengan jumlah tes yang dilakukan.

Dicky menjelaskan angkanya dikatakan tinggi jika berada di atas 5 persen. Sementara, di Indonesia berada di atas 10 persen selama 4 bulan lebih.

"Di atas 10 persen selama lebih dari 4 bulan itu bukan hanya tinggi, tapi artinya itu tinggi sekali," kata Dicky.

Menurutnya, itu mengartikan pemerintah mempunyai "pekerjaan rumah" menggali lebih banyak kasus agar dapat diketahui berapa jumlah total kasus Covid-19 yang sesungguhnya.

Dicky menilai caranya pemerintah harus lebih menggencarkan testing dan tracing.

Tetapi karena kapasitas testing rendah, menurut Dicky, pemerintah bisa menggunakan pemodelan kasus estimasi dengan bantuan epidemiolog.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

NASA Perbaiki Chip Pesawat Antariksa Voyager 1, Berjarak 24 Miliar Kilometer dari Bumi

NASA Perbaiki Chip Pesawat Antariksa Voyager 1, Berjarak 24 Miliar Kilometer dari Bumi

Tren
Profil Brigjen Aulia Dwi Nasrullah, Disebut-sebut Jenderal Bintang 1 Termuda, Usia 46 Tahun

Profil Brigjen Aulia Dwi Nasrullah, Disebut-sebut Jenderal Bintang 1 Termuda, Usia 46 Tahun

Tren
Jokowi Teken UU DKJ, Kapan Status Jakarta sebagai Ibu Kota Berakhir?

Jokowi Teken UU DKJ, Kapan Status Jakarta sebagai Ibu Kota Berakhir?

Tren
Ini Daftar Gaji PPS, PPK, KPPS, dan Pantarlih Pilkada 2024

Ini Daftar Gaji PPS, PPK, KPPS, dan Pantarlih Pilkada 2024

Tren
Pengakuan Ibu yang Paksa Minta Sedekah, 14 Tahun di Jalanan dan Punya 5 Anak

Pengakuan Ibu yang Paksa Minta Sedekah, 14 Tahun di Jalanan dan Punya 5 Anak

Tren
Jadi Tersangka Korupsi, Ini Alasan Pendiri Sriwijaya Air Belum Ditahan

Jadi Tersangka Korupsi, Ini Alasan Pendiri Sriwijaya Air Belum Ditahan

Tren
Daftar Lokasi Nobar Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024

Daftar Lokasi Nobar Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024

Tren
Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Tren
Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Tren
La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

Tren
Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Tren
Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Tren
Hari Pendidikan Nasional 2024: Tema, Logo, dan Panduan Upacara

Hari Pendidikan Nasional 2024: Tema, Logo, dan Panduan Upacara

Tren
Beredar Kabar Tagihan UKT PGSD UNS Capai Rp 44 Juta, Ini Penjelasan Kampus

Beredar Kabar Tagihan UKT PGSD UNS Capai Rp 44 Juta, Ini Penjelasan Kampus

Tren
Semifinal Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024 Hari Ini, Pukul Berapa?

Semifinal Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024 Hari Ini, Pukul Berapa?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com