KOMPAS.com - Jumlah kasus harian virus corona yang dilaporkan pemerintah Indonesia mencapai rekor baru pada Jumat (13/11/2020).
Kasus harian Covid-19 yang dilaporkan di Indonesia pada Sabtu (14/11/2020) adalah 5.272 kasus. Sehari sebelumnya, berdasarkan data Worldometers pada Jumat (13/11/2020), kasus harian yang dilaporkan adalah 5.444 kasus.
Kasus harian virus corona yang dilaporkan sebelum 13 November tidak pernah mencapai angka 5.000 kasus.
Kasus pertama virus corona dilaporkan pada 2 Maret 2020. Saat itu, terdapat dua WNI yang dinyatakan positif Covid-19.
Berikut riwayat lonjakan kasus harian Covid-19 di Tanah Air:
Baca juga: Lebih dari 5.000 Kasus Covid-19 dalam 2 Hari, Epidemiolog: Ini Belum yang Terburuk
Namun, apakah lonjakan kasus harian Indonesia sudah mencerminkan angka sebenarnya?
Epidemiolog dari Universitas Griffith, Dicky Budiman, mengatakan penambahan kasus Covid-19 harian yang mencapai 5.000 kasus belum mencerminkan angka sesungguhnya.
"Angka 5.000 ini bukan sesuatu yang mengagetkan, sudah bisa diprediksi dari awal, karena sebagaimana kita ketahui ada beberapa hal yang menyebabkan angka yang ditemukan sekarang masih jauh dari angka sesungguhnya," kata Dicky pada Kompas.com, Minggu (15/11/2020).
Dia menjelaskan hal itu terlihat dari test positivity rate di Indonesia selama lebih dari 4 bulan yang berada di angka 10 persen ke atas.
Baca juga: 63 Persen Tempat Tidur Pasien Covid-19 di DKI Jakarta Telah Terisi
Positivity rate adalah perbandingan antara jumlah kasus positif Covid-19 dengan jumlah tes yang dilakukan.
Dicky menjelaskan angkanya dikatakan tinggi jika berada di atas 5 persen. Sementara, di Indonesia berada di atas 10 persen selama 4 bulan lebih.
"Di atas 10 persen selama lebih dari 4 bulan itu bukan hanya tinggi, tapi artinya itu tinggi sekali," kata Dicky.
Menurutnya, itu mengartikan pemerintah mempunyai "pekerjaan rumah" menggali lebih banyak kasus agar dapat diketahui berapa jumlah total kasus Covid-19 yang sesungguhnya.
Dicky menilai caranya pemerintah harus lebih menggencarkan testing dan tracing.
Tetapi karena kapasitas testing rendah, menurut Dicky, pemerintah bisa menggunakan pemodelan kasus estimasi dengan bantuan epidemiolog.