KOMPAS.com – Pemerintah Denmark melaporkan adanya penemuan kasus mutasi virus corona pada tubuh cerpelai.
Setidaknya sebanyak 17 juta cerpelai dimusnahkan secara massal usai virus ditemukan bermutasi pada hewan tersebut.
Mengutip Kompas.com (9/11/2020) terkait mutasi pada cerpelai di Denmark, WHO menyarankan agar dilakukan studi virologi lebih lanjut guna memahami mutasi spesifik pada apa yang terjadi di Denmark.
Baca juga: Saran WHO Terkait Mutasi Virus Corona dari Cerpelai ke Manusia
Cerpelai dalam bahasa Inggris disebut dengan Mink. Melansir Britanica, binatang ini masih masuk dalam keluarga musang (Mustelidae).
Terdapat dua jenis umum Mink yakni Cerpelai Eropa (Mustela lutreola) dan Cerpelai Amerika (Neovison vison).
Keduanya sama-sama digunakan untuk proses produksi bulu mewah.
Baca juga: Muncul Bulu Halus di Wajah, Amankah jika Dicukur?
Di alam liar, cerpelai berukuran kecil, bergerak di malam hari dan tinggal di dekat wilayah perairan.
Cerpelai memiliki ukuran tubuh sekitar 30-50 cm. Adapun panjang ekornya umumnya sekitar 13-23 m, serta berat 2 kg.
Ia memiliki kaki yang pendek, leher panjang, tebal, kepala lebar dengan telinga pendek dan bulat.
Baca juga: Mengenal 9 Kandidat Vaksin Virus Corona
Sedangkan bulunya tebal, berwarna cokelat dan kadang memiliki titik putih pada bagian tenggorokan dan leher.
Bulu cerpelai terkenal padat, lembut dan mengkilap.
Cerpelai merupakan binatang semiaquatic di mana ia mendapatkan sebagian besar makanannya di dekat tepi air.
Baca juga: Selain Udang Asal Sulawesi, Ini 5 Hewan di Indonesia yang Terancam Punah
Sehingga ketika di alam liar, ia tinggal di dekat garis pantai lalu membuat lubang dan kolam air untuk mencari tempat persembunyian mangsa.
Ia adalah binatang karnivora dan memakan katak, salamander, ikan, udang karang, dan tikus.
Terkadang ia juga memangsa kelinci.
Baca juga: Saat Populasi Hewan di Dunia Turun 68 Persen dalam 50 Tahun...