Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Cara Menukar Elpiji 12 Kg dengan Bright Gas dan Harganya

Kompas.com - 12/11/2020, 17:06 WIB
Nur Fitriatus Shalihah,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - PT Pertamina (Persero) sedang melakukan skema penukaran tabung elpiji 12 kilogram (kg) secara natural.

Selama ini tersedia berbagai jenis tabung gas di masyarakat, di antaranya adalah elpiji 3 kg, elpiji 5,5 kg, elpiji 12 kg, Bright Gas 5,5 kg, dan Bright Gas 12 kg.

Pertamina diketahui sedang melakukan pergantian seluruh tabung gas elpiji 12 kg berwarna biru ke tabung Bright Gas untuk meningkatkan pelayanan kepada konsumen.

Baca juga: Pertamina Tukar Tabung Elpiji 12 Kg dengan Bright Gas, Apa Istimewanya?

Meski begitu, Pertamina menegaskan tidak ada penarikan tabung elpiji 12 kg.

"Tidak ada penarikan, yang ada adalah penggantian secara alamiah atau natural," kata Unit Manager Communication Relations & CSR Pertamina MOR III Eko Kristiawan, sebagaimana dikutip dari Kompas.com, Rabu (11/11/2020).

Baca juga: Viral Video Petugas SPBU Layani Pembelian BBM dengan Tandon Air

Lalu bagaimana cara menukar elpiji 12 kg dengan Bright Gas 12 kg?

Corporat Sekretary Subholding Comersial and Trading PT Pertamina Patra Niaga, Putut Andriatno, menjelaskan penukaran bisa dilakukan di outlet resmi Pertamina.

"Dalam rangka peningkatan pelayanan dengan program re-branding tabung elpiji 12 kg warna biru menjadi 12 kg Bright Gas warna pink. Bagi konsumen penukaran bisa langsung ke outlet resmi pertamina," katanya pada Kompas.com, Kamis (12/11/2020).

Lanjutnya, masyarakat bisa membawa tabung elpiji kosong 12 kg berwarna biru untuk ditukar dengan Bright Gas warna pink seperti saat pembelian gas pada umumnya.

"Tidak ada biaya untuk penukaran tabungnya, hanya beli isinya saja," kata Putut.

Baca juga: Viral 2 Pria Unboxing Gas Elpiji 3 Kg dan Terbakar, Seperti Apa Kejadiannya?

Dia mengungkapkan untuk harganya sama seperti tabung elpiji 12 kg, yaitu Rp 139.000 per tabung.

Putut mengatakan akan ada banyak promo yang diberikan lewat Bright Gas.

"Di Bright Gas kita akan banyak berikan program promo. dan tampilan lebih segar dan menarik. Untuk kualitas isi dan tabung sama antara biru dan pink," ujarnya.

Eko menambahkan, tabung Bright Gas lebih aman dalam penggunaannya.

Baca juga: Mengenal Apa Itu Gas Air Mata, Efek, dan Cara Mengurangi Dampaknya...

Masih berlaku

Eko juga menjelaskan dengan adanya potensi masyarakat yang belum menerima tabung Bright Gas, pelanggan masih bisa menggunakan tabung gas elpiji 12 kg.

"Jadi bukan tabung 12 kg yang biru ditarik terus otomatis tidak berlaku," kata Eko dikutip Kompas.com, Rabu (11/11/2020).

Dia juga mengatakan penukaran kedua tabung gas tersebut juga memperhatikan ketersediaan di lapangan.

Dikatakan terpisah, penukaran tabung gas berwarna biru dengan pink dilakukan untuk menyetarakan produk gas Pertamina yang ada di pasaran.

"Ini untuk implementasi single brand elpiji. Karena saat ini Pertamina manage dua merek dagang, elpiji dan Bright Gas," kata Vice President Corporate Communivation Pertamina Fajriyah Usman pada Kompas.com, Kamis (12/11/2020).

Baca juga: 10 BUMN yang Miliki Bisnis Hotel, dari Pertamina hingga Krakatau Steel

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Jasa Raharja Beri Santunan untuk Korban Kecelakaan Maut di Subang, Ini Besarannya

Jasa Raharja Beri Santunan untuk Korban Kecelakaan Maut di Subang, Ini Besarannya

Tren
Media Asing Soroti Penampilan Perdana Timnas Sepak Bola Putri Indonesia di Piala Asia U17 2024

Media Asing Soroti Penampilan Perdana Timnas Sepak Bola Putri Indonesia di Piala Asia U17 2024

Tren
Seorang Bocah Berusia 7 Tahun Meninggal Setelah Keracunan Mi Instan di India

Seorang Bocah Berusia 7 Tahun Meninggal Setelah Keracunan Mi Instan di India

Tren
Apa Itu KRIS? Pengganti Kelas BPJS Kesehatan per 30 Juni 2025

Apa Itu KRIS? Pengganti Kelas BPJS Kesehatan per 30 Juni 2025

Tren
Kata Media Asing soal Kecelakaan di Subang, Soroti Buruknya Standar Keselamatan di Indonesia

Kata Media Asing soal Kecelakaan di Subang, Soroti Buruknya Standar Keselamatan di Indonesia

Tren
Pendaftaran STIS 2024 Dibuka 15 Mei, Total 355 Kuota, Lulus Jadi CPNS

Pendaftaran STIS 2024 Dibuka 15 Mei, Total 355 Kuota, Lulus Jadi CPNS

Tren
Mencari Bus Pariwisata yang Layak

Mencari Bus Pariwisata yang Layak

Tren
DNA Langka Ditemukan di Papua Nugini, Disebut Bisa Kebal dari Penyakit

DNA Langka Ditemukan di Papua Nugini, Disebut Bisa Kebal dari Penyakit

Tren
Duduk Perkara Komika Gerallio Dilaporkan Polisi atas Konten yang Diduga Lecehkan Bahasa Isyarat

Duduk Perkara Komika Gerallio Dilaporkan Polisi atas Konten yang Diduga Lecehkan Bahasa Isyarat

Tren
Arab Saudi Bangun Kolam Renang Terpanjang di Dunia, Digantung 36 Meter di Atas Laut

Arab Saudi Bangun Kolam Renang Terpanjang di Dunia, Digantung 36 Meter di Atas Laut

Tren
Penjelasan Pertamina soal Pegawai SPBU Diduga Intip Toilet Wanita

Penjelasan Pertamina soal Pegawai SPBU Diduga Intip Toilet Wanita

Tren
Kelas BPJS Kesehatan Dihapus Diganti KRIS Maksimal 30 Juni 2025, Berapa Iurannya?

Kelas BPJS Kesehatan Dihapus Diganti KRIS Maksimal 30 Juni 2025, Berapa Iurannya?

Tren
Penjelasan Polisi dan Dinas Perhubungan soal Parkir Liar di Masjid Istiqlal Bertarif Rp 150.000

Penjelasan Polisi dan Dinas Perhubungan soal Parkir Liar di Masjid Istiqlal Bertarif Rp 150.000

Tren
Apa yang Terjadi jika BPJS Kesehatan Tidak Aktif Saat Membuat SKCK?

Apa yang Terjadi jika BPJS Kesehatan Tidak Aktif Saat Membuat SKCK?

Tren
Uji Coba Implan Otak Neuralink Pertama untuk Manusia Alami Masalah, Ini Penyebabnya

Uji Coba Implan Otak Neuralink Pertama untuk Manusia Alami Masalah, Ini Penyebabnya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com