Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Vaksinasi Mundur Desember, Ini Update Uji Klinis Vaksin di Bandung

Kompas.com - 05/11/2020, 18:30 WIB
Nur Fitriatus Shalihah,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Rencana vaksinasi Covid-19 pada masyarakat Indonesia mundur dari jadwal semula.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan, rencana vaksinasi Covid-19 di Indonesia kemungkinan baru dapat dilaksanakan pada minggu ketiga Desember 2020.

Hal itu sebagaimana diberitakan Kompas.com, Rabu (4/11/2020),

Baca juga: Mengenal 9 Kandidat Vaksin Virus Corona

Rencana ini mundur bila dibandingkan rencana awal yang disebut akan dimulai pada November 2020.

Lalu bagaimana perkembangan uji klinis fase ketiga terhadap vaksin yang dikembangkan Sinovac dan Bio Farma di Bandung?

Juru Bicara Tim Uji Klinis Vaksin Covid-19 Fakultas Kedokteran Unpad Rodman Tarigan menjelaskan sejauh ini tidak ada efek samping yang berbahaya.

"Sampai saat ini, so far so good, relawan semua dalam keadaan sehat tidak ada yang mengalami sakit berat yang sampai mengganggu aktivitas mereka," katanya pada Kompas.com, Kamis (5/11/2020).

Baca juga: 3 Efek Samping Mengonsumsi Daging Anjing

Dia melanjutkan, adapun efek samping yang mayoritas dialami para relawan antara lain sebagai berikut:

  1. keluhan sebagian besar
  2. timbul nyeri di bekas suntikan
  3. bengkak
  4. kemerahan, dan
  5. demam

Baca juga: Studi: Urutan Gejala Covid-19, Dimulai dari Demam

Tarigan mengatakan demam tersebut sudah hilang dalam 24 jam.

Efek samping yang disebutkan di atas, menurutnya termasuk golongan ringan.

"Jadi bisa dikatakan keamanannya baik," katanya.

Baca juga: Profil AstraZeneca, Penyedia 100 Juta Vaksin Corona untuk Indonesia

Dia menjelaskan, saat ini uji klinis di Bandung masih dalam fase ketiga. Sebanyak 1.620 orang relawan sudah disuntik satu kali.

Akan tetapi belum semua disuntik untuk kedua kalinya.

"Penyuntikan kedua kali hampir selesai. Kita harapkan berjalan lancar," kata Tarigan.

Baca juga: Bagaimana Vaksin Flu dapat Membantu Melawan Covid-19?

Tahapan vaksinasi

Ilustrasi uji klinis vaksin corona pada anak. Dokter pediatrik menilai uji vaksin Covid-19 pada anak juga perlu segera dimulai.SHUTTERSTOCK/Tatevosian Yana Ilustrasi uji klinis vaksin corona pada anak. Dokter pediatrik menilai uji vaksin Covid-19 pada anak juga perlu segera dimulai.

Tahap selanjutnya, setelah penyuntikan kedua adalah pengambilan darah pasca-vaksinasi kedua.

Kemudian petugas melakukan pemantauan. Hal itu dilakukan hingga 6 bulan.

"Setelah penyuntikan kedua kita pantau mereka selama dua minggu kemudian satu bulan, sampai 6 bulan pemantauannya. Dari penyuntikan yang kedua itu 6 bulan pemantauannya," katanya lagi.

Baca juga: Ramai Tagar Indonesia Terserah, Apakah Tenaga Medis Menyerah?

Dalam pemantauan itu pihaknya akan menelepon para relawan untuk memantau kesehatannya. Jika ada relawan yang sakit, diharapkan segera menghubungi petugas.

"Vaksin itu beda dengan obat. Vaksinasi diberikan kepada orang yang sehat. Jadi ketika akan divaksin kondisi orang tersebut dalam keadaan sehat," katanya.

Dia berharap para relawan tetap menjaga kesehatannya dengan menjaga pola makan, menerapkan 3M, dan sebagainya.

Baca juga: Penumpang KRL Kini Wajib Pakai Baju Lengan Panjang, Memangnya Efektif?

Protokol kesehatan

Pelajar berjalan masuk ke sekolah dengan menjaga jarak saat kegiatan Simulasi Adaptasi Kebiasaan Baru Sekolah di SMP Negeri 4 Solo, Jawa Tengah.MOHAMMAD AYUDHA Pelajar berjalan masuk ke sekolah dengan menjaga jarak saat kegiatan Simulasi Adaptasi Kebiasaan Baru Sekolah di SMP Negeri 4 Solo, Jawa Tengah.

Selain itu dia mengatakan, ada juga beberapa relawan yang drop out.

Mereka tidak mengundurkan diri tapi tidak memenuhi persyaratan. Kendati demikian, pihaknya tidak menyebutkan jumlahnya.

Misalnya mereka yang sakit namun telah melewati batas waktu vaksinasi, sehingga tidak dapat dilakukan penyuntikan.

Baca juga: 5 Hal yang Perlu Diketahui soal OTG pada Covid-19

Dia juga berharap kepada masyarakat agar tidak lengah jika vaksin nanti sudah siap.

Saat ini, menjalankan protokol kesehatan merupakan cara efektif untuk pencegahan.

"Jadi jangan beranggapan kalau sudah divaksin beres segala-galanya. Karena yang divaksin itu minimal harus 80 persen dari populasi penduduk. 20 persen akan terlindungi itu yang kita sebut herd immunity," tutupnya.

Baca juga: Berikut 5 Gejala Virus Corona Ringan yang Tak Boleh Diabaikan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Tren
Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Tren
Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Tren
BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

Tren
Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Tren
Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Tren
Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Tren
Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Tren
Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Tren
ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

Tren
Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Tren
Daftar Harga Sembako per Awal Mei 2024, Beras Terendah di Jawa Tengah

Daftar Harga Sembako per Awal Mei 2024, Beras Terendah di Jawa Tengah

Tren
Menakar Peluang Timnas Indonesia Vs Guinea Lolos ke Olimpiade Paris

Menakar Peluang Timnas Indonesia Vs Guinea Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Berapa Suhu Tertinggi di Asia Selama Gelombang Panas Terjadi?

Berapa Suhu Tertinggi di Asia Selama Gelombang Panas Terjadi?

Tren
Menyusuri Ekspedisi Arktik 1845 yang Nahas dan Berujung Kanibalisme

Menyusuri Ekspedisi Arktik 1845 yang Nahas dan Berujung Kanibalisme

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com