KOMPAS.com - Rencana vaksinasi Covid-19 pada masyarakat Indonesia mundur dari jadwal semula.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan, rencana vaksinasi Covid-19 di Indonesia kemungkinan baru dapat dilaksanakan pada minggu ketiga Desember 2020.
Hal itu sebagaimana diberitakan Kompas.com, Rabu (4/11/2020),
Baca juga: Mengenal 9 Kandidat Vaksin Virus Corona
Rencana ini mundur bila dibandingkan rencana awal yang disebut akan dimulai pada November 2020.
Lalu bagaimana perkembangan uji klinis fase ketiga terhadap vaksin yang dikembangkan Sinovac dan Bio Farma di Bandung?
Juru Bicara Tim Uji Klinis Vaksin Covid-19 Fakultas Kedokteran Unpad Rodman Tarigan menjelaskan sejauh ini tidak ada efek samping yang berbahaya.
"Sampai saat ini, so far so good, relawan semua dalam keadaan sehat tidak ada yang mengalami sakit berat yang sampai mengganggu aktivitas mereka," katanya pada Kompas.com, Kamis (5/11/2020).
Baca juga: 3 Efek Samping Mengonsumsi Daging Anjing
Dia melanjutkan, adapun efek samping yang mayoritas dialami para relawan antara lain sebagai berikut:
Baca juga: Studi: Urutan Gejala Covid-19, Dimulai dari Demam
Tarigan mengatakan demam tersebut sudah hilang dalam 24 jam.
Efek samping yang disebutkan di atas, menurutnya termasuk golongan ringan.
"Jadi bisa dikatakan keamanannya baik," katanya.
Baca juga: Profil AstraZeneca, Penyedia 100 Juta Vaksin Corona untuk Indonesia
Dia menjelaskan, saat ini uji klinis di Bandung masih dalam fase ketiga. Sebanyak 1.620 orang relawan sudah disuntik satu kali.
Akan tetapi belum semua disuntik untuk kedua kalinya.
"Penyuntikan kedua kali hampir selesai. Kita harapkan berjalan lancar," kata Tarigan.
Baca juga: Bagaimana Vaksin Flu dapat Membantu Melawan Covid-19?
Tahap selanjutnya, setelah penyuntikan kedua adalah pengambilan darah pasca-vaksinasi kedua.
Kemudian petugas melakukan pemantauan. Hal itu dilakukan hingga 6 bulan.
"Setelah penyuntikan kedua kita pantau mereka selama dua minggu kemudian satu bulan, sampai 6 bulan pemantauannya. Dari penyuntikan yang kedua itu 6 bulan pemantauannya," katanya lagi.
Baca juga: Ramai Tagar Indonesia Terserah, Apakah Tenaga Medis Menyerah?
Dalam pemantauan itu pihaknya akan menelepon para relawan untuk memantau kesehatannya. Jika ada relawan yang sakit, diharapkan segera menghubungi petugas.
"Vaksin itu beda dengan obat. Vaksinasi diberikan kepada orang yang sehat. Jadi ketika akan divaksin kondisi orang tersebut dalam keadaan sehat," katanya.
Dia berharap para relawan tetap menjaga kesehatannya dengan menjaga pola makan, menerapkan 3M, dan sebagainya.
Baca juga: Penumpang KRL Kini Wajib Pakai Baju Lengan Panjang, Memangnya Efektif?
Selain itu dia mengatakan, ada juga beberapa relawan yang drop out.
Mereka tidak mengundurkan diri tapi tidak memenuhi persyaratan. Kendati demikian, pihaknya tidak menyebutkan jumlahnya.
Misalnya mereka yang sakit namun telah melewati batas waktu vaksinasi, sehingga tidak dapat dilakukan penyuntikan.
Baca juga: 5 Hal yang Perlu Diketahui soal OTG pada Covid-19
Dia juga berharap kepada masyarakat agar tidak lengah jika vaksin nanti sudah siap.
Saat ini, menjalankan protokol kesehatan merupakan cara efektif untuk pencegahan.
"Jadi jangan beranggapan kalau sudah divaksin beres segala-galanya. Karena yang divaksin itu minimal harus 80 persen dari populasi penduduk. 20 persen akan terlindungi itu yang kita sebut herd immunity," tutupnya.
Baca juga: Berikut 5 Gejala Virus Corona Ringan yang Tak Boleh Diabaikan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.