Selain itu, para pengungsi pun tidur dengan alas yang tidak memadai. Kondisi ini meningkatkan kerentanan para pengungsi terhadap penyakit-penyakit setelah banjir.
"Cuaca yang tidak mendukung saat ini juga dapat menurunkan daya tahan tubuh seseorang yang tidak terkena dampak langsung banjir," kata Ari.
2. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan yang dapat memperburuk kondisi masyarakat adalah faktor cuaca, yaitu hujan dan angin kencang melanda.
Dampak buruk ini terutama dialami oleh bayi, anak-anak, dan orang tua. Belum lagi lingkungan sekitar banjir yang kotor dengan sampah bertebaran di mana-mana.
"Genangan air akan mengundang lalat dan kecoa, yang berpotensi mencemari makanan dan minuman kita jika lalat dan kecoa tersebut hinggap di makanan ataupun air yang akan kita konsumsi," ujar dia.
3. Faktor bakteri
Faktor agen pembawa penyakit yang banyak dijumpai akibat bencana banjir adalah lalat, tikus, bakteri, dan kotoran yang menyebabkan tercemarnya air bersih.
Ari menyebut, tikus merupakan agen pembawa penyakit leptospirosis yang ditularkan melalui kotoran dan kencing tikus yang bercampur dengan genangan banjir.
Untuk mencegah timbulnya penyakit setelah banjir maupun akibat curah hujan yang tinggi, Ari menyebut ada beberapa cara yang bisa dilakukan, antara lain:
1. Memerhatikan makanan yang dikonsumsi
Selalu pastikan makanan dan minuman yang dikonsumsi higienis. Perhatikan tanggal kedaluwarsa dari makanan yang dikonsumsi baik makanan jadi maupun makanan yang dibuat sendiri, dan usahakan makanan yang dikonsumsi dalam keadaan segar.
2. Cuci tangan menggunakan sabun atau hand antiseptic
Hal ini dilakukan untuk menghindari infeksi usus. Ari menyebut, anak-anak harus diajari untuk selalu mencuci tangan menggunakan sabun, serta orang dewasa pun harus memberi contoh kapan dan bagaimana mencuci tangan dengan baik.
3. Menjaga kebersihan lingkungan