Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspada Penyakit Saat Musim Hujan, Perhatikan Ini untuk Kesehatan Anda

Kompas.com - 02/11/2020, 12:03 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Memasuki musim hujan, sejumlah wilayah di Indonesia dilanda bencana banjir akibat tingginya curah hujan.

Pekan lalu, misalnya, terjadi banjir di beberapa daerah seperti Bandung, Bekasi, dan Jakarta Timur.

Hujan deras yang mengguyur Kota Bandung, Jawa Barat, mengakibatkan sejumlah sungai di beberapa titik meluap dan mengakibatkan banjir bandang.

Dalam situasi pandemi, penting mengetahui bagaimana menjaga kondisi tubuh dan ancaman penyakit yang mungkin muncul di musim hujan, terutama jika terjadi banjir.

Saat dihubungi Kompas.com, 26 Oktober 2020, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Ari Fahrial Syam, mengingatkan masyarakat untuk waspada terhadap berbagai setelah banjir.

Merujuk tulisannya di laman Yayasan Gastroenterologi Indonesia pada 6 Januari 2020, Ari menjelaskan, jumlah kasus beberapa penyakit biasanya meningkat setelah banjir dan musim hujan.

"Secara umum peningkatan kasus penyakit ini didasarkan pada penyebaran 3 kelompok penyakit, yaitu penyebaran melalui makanan dan minuman, penyebaran melalui nyamuk, dan penyebaran melalui tikus," kata Ari.

Baca juga: Waspadai Munculnya Penyakit Akibat Kelelahan Usai Libur Panjang, Apa Itu?

Ia menyebutkan, beberapa penyakit yang ditularkan melalui makanan dan minuman antara lain, infeksi kolera, rotavirus, disentri, demam tifoid, dan diare.

Kemudian, penyakit yang ditularkan oleh nyamuk adalah Demam Berdarah Dengue (DBD) yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti.

Sementara, penyakit yang ditularkan oleh tikus adalah leptospirosis yang dibawa melalui kencing dan kotoran tikus dalam genangan banjir.

Ari mengatakan, kelompok yang paling rentan terkena penyakit tersebut adalah anak-anak.

"Anak-anak merupakan kelompok rentan yang mudah terkena penyakit setelah banjir," ujar dia.

Penyebab timbulnya penyakit

Ari memaparkan, gangguan kesehatan akibat banjir terjadi karena adanya gangguan pada tiga faktor penting, yaitu faktor daya tahan tubuh, lingkungan, dan bakteri.

1. Faktor daya tahan tubuh

Ketika banjir, masyarakat yang terkena banjir akan mengungsi ke tempat yang lebih aman. Kondisi kebersihan lingkungan serta makanan dan minuman yang tidak memadai akan berpengaruh pada daya tahan tubuh para pengungsi.

Selain itu, para pengungsi pun tidur dengan alas yang tidak memadai. Kondisi ini meningkatkan kerentanan para pengungsi terhadap penyakit-penyakit setelah banjir.

"Cuaca yang tidak mendukung saat ini juga dapat menurunkan daya tahan tubuh seseorang yang tidak terkena dampak langsung banjir," kata Ari.

2. Faktor lingkungan

Faktor lingkungan yang dapat memperburuk kondisi masyarakat adalah faktor cuaca, yaitu hujan dan angin kencang melanda.

Dampak buruk ini terutama dialami oleh bayi, anak-anak, dan orang tua. Belum lagi lingkungan sekitar banjir yang kotor dengan sampah bertebaran di mana-mana.

"Genangan air akan mengundang lalat dan kecoa, yang berpotensi mencemari makanan dan minuman kita jika lalat dan kecoa tersebut hinggap di makanan ataupun air yang akan kita konsumsi," ujar dia.

3. Faktor bakteri

Faktor agen pembawa penyakit yang banyak dijumpai akibat bencana banjir adalah lalat, tikus, bakteri, dan kotoran yang menyebabkan tercemarnya air bersih.

Ari menyebut, tikus merupakan agen pembawa penyakit leptospirosis yang ditularkan melalui kotoran dan kencing tikus yang bercampur dengan genangan banjir.

Cara mencegah

Untuk mencegah timbulnya penyakit setelah banjir maupun akibat curah hujan yang tinggi, Ari menyebut ada beberapa cara yang bisa dilakukan, antara lain:

1. Memerhatikan makanan yang dikonsumsi

Selalu pastikan makanan dan minuman yang dikonsumsi higienis. Perhatikan tanggal kedaluwarsa dari makanan yang dikonsumsi baik makanan jadi maupun makanan yang dibuat sendiri, dan usahakan makanan yang dikonsumsi dalam keadaan segar.

2. Cuci tangan menggunakan sabun atau hand antiseptic

Hal ini dilakukan untuk menghindari infeksi usus. Ari menyebut, anak-anak harus diajari untuk selalu mencuci tangan menggunakan sabun, serta orang dewasa pun harus memberi contoh kapan dan bagaimana mencuci tangan dengan baik.

3. Menjaga kebersihan lingkungan

Setelah bajir, Ari mengingatkan untuk segera membersihkan lokasi banjir dengan menggunakan antiseptik. Selain itu, alat pelindung diri juga wajib dipakai oleh orang yang bertugas membersihkan kotoran, khususnya lumpur.

Pelindung diri meliputi masker, sarung tangan, dan memakai sepatu boot. Hindari luka yang dapat berpotensi masuknya kuman ke dalam tubuh

4. Konsumsi suplemen vitamin

Untuk kelompok rentan seperti anak-anak dan orang tua sebaiknya diberikan suplemen yang berisi multivitamin dan mineral apabila terjadi keterbatasan makanan dan minuman dengan zat gizi yang lengkap akibat rumah dan lingkungan yang terkena banjir

5. Sedia obat

Menyiapkan stok obat-obatan untuk penyakit ringan, seperti obat penurun panas, obat anti diare, obat sakit kepala, dan oralit.

6. Jangan bermain air banjir

Anak-anak harus dicegah untuk tidak bermain-main di air banjir. Hal ini karena adanya potensi gangguan kesehatan maupun risiko terbawa arus atau tenggelam karena banjir.

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: 8 Cara Menjaga Kesehatan Ginjal

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Calon Pengantin Wajib Ikut Bimbingan Perkawinan Mulai Akhir Juli 2024

Calon Pengantin Wajib Ikut Bimbingan Perkawinan Mulai Akhir Juli 2024

Tren
Jepang Tarik Produk Suplemen Penurun Kolesterol Usai Sebabkan 2 Orang Meninggal

Jepang Tarik Produk Suplemen Penurun Kolesterol Usai Sebabkan 2 Orang Meninggal

Tren
Peran Harvey Moeis dalam Kasus Dugaan Korupsi Timah

Peran Harvey Moeis dalam Kasus Dugaan Korupsi Timah

Tren
Pengumuman SNBP ITB Berubah dari Tak Lolos Menjadi Lolos, Ini Kata ITB

Pengumuman SNBP ITB Berubah dari Tak Lolos Menjadi Lolos, Ini Kata ITB

Tren
Mengenang Sopyan Dado, Aktor Sinetron Tukang Ojek Pengkolan yang Meninggal Hari Ini

Mengenang Sopyan Dado, Aktor Sinetron Tukang Ojek Pengkolan yang Meninggal Hari Ini

Tren
Es Teh Vs Teh Hangat, Mana yang Lebih Baik Diminum Saat Buka Puasa?

Es Teh Vs Teh Hangat, Mana yang Lebih Baik Diminum Saat Buka Puasa?

Tren
Berapa Lama Bumi Akan Gelap Saat Gerhana Matahari Total 8 April 2024?

Berapa Lama Bumi Akan Gelap Saat Gerhana Matahari Total 8 April 2024?

Tren
Alasan Timnas Amin Ingin Sri Mulyani dan Tri Rismaharini Dihadirkan dalam Sidang Sengketa Pilpres 2024

Alasan Timnas Amin Ingin Sri Mulyani dan Tri Rismaharini Dihadirkan dalam Sidang Sengketa Pilpres 2024

Tren
Gunung Marapi Meletus Lagi, Waspada Lontaran Batu Pijar di Radius 4,5 Kilometer

Gunung Marapi Meletus Lagi, Waspada Lontaran Batu Pijar di Radius 4,5 Kilometer

Tren
Profil Nicole Shanahan, Cawapres AS yang Digandeng Robert F. Kennedy Jr

Profil Nicole Shanahan, Cawapres AS yang Digandeng Robert F. Kennedy Jr

Tren
Cara Cek NISN Online untuk Keperluan Pendaftaran UTBK SNBT 2024

Cara Cek NISN Online untuk Keperluan Pendaftaran UTBK SNBT 2024

Tren
Fakta Kasus Korupsi PT Timah, Seret Harvey Moeis dan 'Crazy Rich' PIK Helena Lim

Fakta Kasus Korupsi PT Timah, Seret Harvey Moeis dan "Crazy Rich" PIK Helena Lim

Tren
Han Kwang-Song, Mantan Pemain Juventus asal Korea Utara yang Pernah Hilang Misterius

Han Kwang-Song, Mantan Pemain Juventus asal Korea Utara yang Pernah Hilang Misterius

Tren
Apa Itu Karbohidrat? Berikut Pengertian, Jenis, dan Manfaatnya

Apa Itu Karbohidrat? Berikut Pengertian, Jenis, dan Manfaatnya

Tren
Profil PT Timah, Anak Perusahaan BUMN yang Terseret Korupsi Ratusan Triliun Rupiah

Profil PT Timah, Anak Perusahaan BUMN yang Terseret Korupsi Ratusan Triliun Rupiah

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com