Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

HUT Ke-73 Kopaskhas TNI AU, Ini Sejarah Terbentuknya Korps Baret Jingga

Kompas.com - 17/10/2020, 16:29 WIB
Dandy Bayu Bramasta,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

Karmanye Vadikaraste Mafalesu Kadatjana - melaksanakan tugas tanpa menghitung untung dan rugi...

KOMPAS.com - Itulah semboyan Korps Pasukan Khas (Kopaskhas) TNI AU yang memperingati hari jadinya ke-73 tahun pada Sabtu (17/10/2020).

Pasukan yang dikenal dengan baret jingga ini merupakan pasukan dari TNI dari matra udara, atau TNI AU.

Paskhas TNI AU merupakan pasukan tempur yang bersifat infantri dengan format organisasi tempur yang khas bagi kebutuhan matra udara.

Paskhas TNI AU menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari sistem senjata matra udara.

Seperti apa sejarah dari Kopaskhas TNI AU ini?

Pasukan penerjun payung

Pendaratan salah satu peterjun payung Paskhas TNI AU di Desa Sambi, Kabupaten Kotawaringin Barat, Selasa (17/10+2017)Kompas.com/Budi Baskoro Pendaratan salah satu peterjun payung Paskhas TNI AU di Desa Sambi, Kabupaten Kotawaringin Barat, Selasa (17/10+2017)

Pasukan ini terbentuk karena permintaan Gubernur Kalimantan yang ketika itu dijabat Mohammad Noor untuk menerjunkan pasukan dalam membantu perjuangan rakyat Kalimantan.

Pada 17 Oktober 1947, 13 orang dipersiapkan untuk terjun di Kotawaringin.

Mereka semuanya belum pernah mendapat pendidikan secara sempurna tentang terjun payung, kecuali teori dan latihan darat.

Melansir laman resmi Kopaskhas, paskhas.mil.id, penerjunan dilakukan dengan pesawat Dakota RI-002, pesawat sewaan milik Robert Earl Freeberg.

Freeberg merupakan seorang pilot berkebangsaan AS yang dikenal dengan julukan One Man Air Force. Dakota RI-002 lepas landas pada pukul 03.40 dan berhasil menerjunkan ke-13 orang tersebut di atas Kotawaringin.

Pada pukul 07.00 WIB kala itu, pesawat Dakota yang membawa 13 prajurit AURI berada di atas sasaran dan melakukan penerjunan di daerah Sambi, Kotawaringin, Kalimantan Tengah.

Mereka bertugas membentuk dan menyusun gerilyawan, membantu perjuangan rakyat di Kalimantan, membuka stasiun radio induk untuk menghubungkan Yogyakarta-Kalimantan, dan mengusahakan serta menyempurnakan dropping zone untuk penerjunan selanjutnya.

Operasi Kotawaringin ini menjadi catatan sejarah sebagai operasi pertama pasukan payung di Indonesia.

Dalam tahap awal perkembangannya, pasukan ini lebih mendekati bentuk satuan (batalyon) infantri lintas udara pada umumnya.

Kemudian, seiring dengan reorganisasi mutakhir TNI/ABRI pada 1984-1985, organisasi korps pasukan TNI AU dimantapkan dalam bentuk organisasi dan formatnya kini, dengan nama Paskhas TNI AU.

Pasukan infantri lintas udara

Prajurit Paskhas TNI AU saat unjuk kekuatan pada peringatan HUT ke-70 Paskhas di Lanud Adisutjipto Yogyakarta, 17 Oktober 2017.KOMPAS.com/ALBERTUS ADIT Prajurit Paskhas TNI AU saat unjuk kekuatan pada peringatan HUT ke-70 Paskhas di Lanud Adisutjipto Yogyakarta, 17 Oktober 2017.
Tanggal penerjunan ini dijadikan sebagai hari jadi Komando Pasukan Gerak Cepat (Kopasgat) yang nantinya berubah menjadi Paskhas TNI AU.

Keputusan ini dibuat berdasarkan Keputusan Men/Pangau Nomor 54 Tahun 1967 tanggal 12 Oktober 1967.

Tugas Paskhas hampir sama dengan Raider, sebagai pasukan infantri lintas udara yang mempertahankan dan mengamankan alat utama dan sistem persenjataan TNI-AU.

Paskhas juga mempunyai tugas dalam operasi pembentukan dan pengendalian pangkalan udara depan.

Paskhas mendirikan dan memasang fasilitas penerbangan, serta menghidupkan fasilitas yang di daerah pertempuran.

Mereka juga mampu mempertahankan pangkalan depan yang digunakan sebagai tumpuan udara.

Pada September 1999, dibentuk Satuan Wing Paskhas.

Untuk wilayah barat, Wing I Paskhas di Jakarta, membawahi tiga skuadron dan empat flight Paskhas bs.

Wilayah timur, Wing II Paskhas di Malang membawahi tiga skuadron dan dua flight Paskhas bs.

Sedangkan Wing III Diklat Paskhas di Bandung membawahi tiga satuan pendidikan.

Motto yang digunakan adalah "Karmanye Vadikaraste Mafalesu Kadatjana" yang bermakna menunaikan tugas tanpa menghitung untung dan rugi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com