Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Update Corona Dunia 8 Oktober: Gali Lubang, Pria Indonesia Kabur dari Karantina di Seoul

Kompas.com - 08/10/2020, 08:06 WIB
Nur Rohmi Aida,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Penyebaran virus corona masih terus terjadi di seluruh dunia.

Data Worldometers, Kamis (8/10/2020) pagi, menunjukkan, ada 36.346.499 kasus Covid-19 di dunia.

Dari angka itu, 1.059.193 orang meninggal dunia, dan 27.371.416 orang sembuh.

Amerika Serikat masih menjadi negara dengan kasus terbanyak. 

Berikut negara-negara yang masuk dalam 10 besar kasus Covid-19 tertinggi di dunia: 

  1. Amerika Serikat: 7.767.336 kasus, 216.596 orang meninggal dunia, dan 4.970.744 orang sembuh
  2. India: 6.832.988 kasus, 105.554 orang meninggal dunia, dan 5.824.462 orang sembuh
  3. Brazil: 5.000.694 kasus, 148.228 orang meninggal dunia, dan 4.391.424 orang sembuh
  4. Rusia: 1.248.619 kasus, 21.865 orang meninggal dunia, dan 995.275 orang sembuh
  5. Kolombia: 877.683 kasus, 27.180 orang meninggal dunia, dan 773.973 orang sembuh
  6. Spanyol: 872.276 kasus, 32.562 orang meninggal dunia
  7. Peru: 832.929 kasus, 32.914 orang meninggal dunia, dan 718.065 orang sembuh
  8. Argentina: 824.468 kasus, 21.827 orang meninggal dunia, dan 660.272 orang sembuh
  9. Meksiko: 794.608 kasus, 82.348 orang meninggal dunia, dan 557.478 orang sembuh
  10. Afrika Selatan: 685.155 kasus, 17.248 orang meninggal dunia, dan 618.127 orang sembuh.

Baca juga: Singapura Akan Beri Insentif ke Warga yang Ingin Punya Anak Selama Pandemi Corona

Ini sejumlah perkembangan terkait virus corona di sejumlah negara di dunia:

Korea Selatan

Seorang pegawai terlihat memakai masker untuk melindungi diri dari virus corona, saat membersihkan jendela toko sepatu di pusat perbelanjaan Seoul, ibu kota Korea Selatan, pada 12 Juni 2020.AP/AHN YOUNG-JOON Seorang pegawai terlihat memakai masker untuk melindungi diri dari virus corona, saat membersihkan jendela toko sepatu di pusat perbelanjaan Seoul, ibu kota Korea Selatan, pada 12 Juni 2020.
Seorang pria Indonesia melarikan diri dari dari lokasi karantina di Korea Selatan.

Ia kabur dengan menggali lubang di dinding fasilitas karantina pemerintah sehari sebelum selesai menjalani karantina.

Hal tersebut disampaikan oleh seorang pejabat kesehatan Korea Selatan dalam jumpa pers pada Rabu (7/10/2020).

"Ada kasus seorang warga negara Indonesia melarikan diri dari fasilitas karantina di Seoul. Dia melarikan diri dari fasilitas tersebut dengan menggali lubang di samping dinding pada 4 Oktober," kata Son Young-rae dikutip dari CNN.

Son menyebutkan, pria Indonesia itu masuk ke Korea Selatan dengan visa pelaut dan mulai karantina pada 21 September 2020.

Ia dijadwalkan selesai menjalani karantina pada 5 Oktober 2020. Hasil tes pria itu negatif dan tak menunjukkan gejala apa pun. 

Polisi Korea Selatan tengah mencari orang tersebut dan fasilitas kamera keamanan di lokasi karantina itu ditambah setelah peristiwa ini. 

Baca juga: Korea Selatan Hadapi Lonjakan Kasus Corona Gara-gara Aksi Demo

Amerika Serikat

Untuk pertama kalinya, sebuah jurnal medis populer, New England Journal of Medicine  menerbitkan kolom editorial mengutuk pemerintahan Trump atas tanggapannya terhadap pandemi Covid-19.

Editorial di jurnal medis tersebut juga menyerukan agar kepemimpinan yang ada saat ini tak dipilih lagi.

"Kami jarang menerbitkan editorial yang ditandatangani oleh semua editor," kata Dr. Eric Rubin, Pemimpin Redaksi Jurnal Medis dan penulis editorial, seperti dikutip dari CNN.

The New England Journal of Medicine mulai terbit pada tahun 1812.

Hingga saat ini, hanya ada empat editorial yang ditandatangani secara kolektif oleh editornya di masa lalu.

Editorial tersebut, menurut Rubin, telah dirancang sejak Agustus 2020 dengan merinci bagaimana AS memimpin jumlah kasus Covid-19 dan jumlah kematian.

"Siapa pun yang dengan sembrono menyia-nyiakan nyawa dan uang dengan cara ini akan mendapatkonsekuensi hukum. Pemimpin kami sebagian besar telah mengklaim kekebalan atas tindakan mereka. Tapi pemilihan ini memberi kami kekuatan untuk memberikan penilaian," demikian bagian dari isi editorial itu.

Baca juga: Vaksin Covid-19 Inovio dari Amerika Dihentikan Sementara, Apa Penyebabnya?

WHO

Direktur Eksekutif Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Mike Ryan saat menghadiri konferensi pers di PBB di Jenewa, Swiss 3 Mei 2019. REUTERS/Denis Balibouse Direktur Eksekutif Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Mike Ryan saat menghadiri konferensi pers di PBB di Jenewa, Swiss 3 Mei 2019.
Pejabat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendesak agar orang-orang yang sakit tinggal di rumah.

Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Eksekutif untuk Program Kedaruratan Kesehatan  WHO, Dr. Mike Ryan.

“Jika orang-orang yang sakit tetap tinggal di rumah dan kita mendukungnya untuk itu. Jika mereka yang melakukan kontak erat tetap tinggal di rumah, kita mendukungnya untuk melakukan itu. Kita seperti mematahkan punggung penyakit ini,” kata Ryan

“Kami tahu bahwa untuk lockdown yang sangat besar dan berjangka lama bukanlah solusi terbaik,” lanjut dia.

Ia mengatakan, lockdown memiliki konsekuensi dan tidak melakukannya juga bukan berarti tidak memiliki konsekuensi.

Menurut dia, harus ditemukan keseimbangan cara mengatasi Covid-19.

“Hidup tidak pernah seperti itu. Ini bukan biner, benar dan salah, atau kiri dan kanan serta baik dan buruk," kata dia.

Baca juga: Update Covid-19 di Dunia 7 Oktober: 36 Juta Orang Terinfeksi | Perkiraan WHO soal Populasi yang Terpapar

Inggris

Para pengunjuk rasa menggelar aksi menentang aturan pembatasan yang dikeluarkan pemerintah PM Inggris terkait penyebaran Covid-19, di Trafalgar Square di London, Inggris, Sabtu (26/9/2020). Aksi yang diikuti ribuan warga tersebut di antaranya menolak kebijakan lockdown, vaksinasi, dan kewajiban penggunaan masker.AFP/JUSTIN TALLIS Para pengunjuk rasa menggelar aksi menentang aturan pembatasan yang dikeluarkan pemerintah PM Inggris terkait penyebaran Covid-19, di Trafalgar Square di London, Inggris, Sabtu (26/9/2020). Aksi yang diikuti ribuan warga tersebut di antaranya menolak kebijakan lockdown, vaksinasi, dan kewajiban penggunaan masker.
Pemerintah Inggris berencana untuk mengurangi masa karantina mandiri bagi pelancong internasional.

Hal tersebut disampaikan oleh Sekertaris Transportasi Inggris Grant Shapps.

Saat ini, pendatang dari negara-negara yang diperbolehkan datang ke Inggris, harus melakukan karantina mandiri selama 14 hari.

“Mengikuti kesepakatan dari para ahli medis, kami bergerak maju dengan langkah selanjutnya yakni mengurangi periode karantina perjalanan dan meluncurkan Global Travel Taskforce saat membuka perjalanan internasional dan meningkatkan bisnis,” kata Shapps.

Ia menyebutkan, satgas akan memperbanyak pengujian untuk mengurangi masa isolasi mandiri serta tindakan lain.

Dengan demikian, perjalanan tetap mungkin dilakukan tetapi tingkat virus dapat ditekan

Meski demikian, Shapps belum memberikan detil masa isolasi yang akan dilakukan.

Baca juga: Studi: Kematian akibat Kardiovaskular di Inggris Meningkat Selama Pandemi Corona 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Perjalanan Sashya Subono, Animator Indonesia di Balik Film Avatar, She-Hulk, dan Hawkeye

Perjalanan Sashya Subono, Animator Indonesia di Balik Film Avatar, She-Hulk, dan Hawkeye

Tren
Ramai soal Mobil Diadang Debt Collector di Yogyakarta padahal Beli 'Cash', Ini Faktanya

Ramai soal Mobil Diadang Debt Collector di Yogyakarta padahal Beli "Cash", Ini Faktanya

Tren
Pria di India Ini Memiliki Tumor Seberat 17,5 Kg, Awalnya Mengeluh Sakit Perut

Pria di India Ini Memiliki Tumor Seberat 17,5 Kg, Awalnya Mengeluh Sakit Perut

Tren
Daftar 10 Ponsel Terlaris di Dunia pada Awal 2024

Daftar 10 Ponsel Terlaris di Dunia pada Awal 2024

Tren
Ramai soal Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Ini Kata Kemenhub

Ramai soal Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Ini Kata Kemenhub

Tren
Beredar Penampakan Diklaim Ular Jengger Bersuara Mirip Ayam, Benarkah Ada?

Beredar Penampakan Diklaim Ular Jengger Bersuara Mirip Ayam, Benarkah Ada?

Tren
Warganet Sambat ke BI, Betapa Susahnya Bayar Pakai Uang Tunai di Jakarta

Warganet Sambat ke BI, Betapa Susahnya Bayar Pakai Uang Tunai di Jakarta

Tren
Daftar Bansos yang Cair Mei 2024, Ada PKH dan Bantuan Pangan Non-tunai

Daftar Bansos yang Cair Mei 2024, Ada PKH dan Bantuan Pangan Non-tunai

Tren
8 Catatan Prestasi Timnas Indonesia Selama Dilatih Shin Tae-yong

8 Catatan Prestasi Timnas Indonesia Selama Dilatih Shin Tae-yong

Tren
Promo Tiket Ancol Sepanjang Mei 2024, Ada Atlantis dan Sea World

Promo Tiket Ancol Sepanjang Mei 2024, Ada Atlantis dan Sea World

Tren
Viral, Video Drone Diterbangkan di Kawasan Gunung Merbabu, TNGM Buka Suara

Viral, Video Drone Diterbangkan di Kawasan Gunung Merbabu, TNGM Buka Suara

Tren
Daftar 19 Wakil Indonesia dari 9 Cabor yang Sudah Pastikan Tiket ke Olimpiade Paris 2024

Daftar 19 Wakil Indonesia dari 9 Cabor yang Sudah Pastikan Tiket ke Olimpiade Paris 2024

Tren
Warga Bandung “Menjerit” Kepanasan, BMKG Ungkap Penyebabnya

Warga Bandung “Menjerit” Kepanasan, BMKG Ungkap Penyebabnya

Tren
Medan Magnet Bumi Melemah, Picu Kemunculan Makhluk Aneh 500 Juta Tahun Lalu

Medan Magnet Bumi Melemah, Picu Kemunculan Makhluk Aneh 500 Juta Tahun Lalu

Tren
Jadwal Keberangkatan Haji 2024 dari Indonesia, Ini Cara Mengeceknya

Jadwal Keberangkatan Haji 2024 dari Indonesia, Ini Cara Mengeceknya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com