Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Api Abadi Mrapen Padam Total, Ini Pasang Surut dan Sejarahnya

Kompas.com - 03/10/2020, 12:14 WIB
Vina Fadhrotul Mukaromah,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Api abadi Mrapen di Desa Manggarmas, Kecamatan Godong, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, padam total sejak Jumat (25/9/2020). 

Kepala Seksi Energi Cabang Dinas ESDM Provinsi Jateng Wilayah Kendeng Selatan Sinung Sugeng Arianto mengatakan, pada Minggu (20/9/2020), nyala api di api abadi Mrapen sempat menurun dan padam sepenuhnya pada Jumat.

Ketiadaan suplai gas diduga menjadi penyebab. Salah satunya adalah terkait dengan aktivitas pengeboran oleh warga untuk mencari sumber air yang memicu semburan gas di sekitar lokasi. 

Sebenarnya, ini bukan kali pertama api abadi Mrapen meredup dan padam. Ada sejumlah catatan redup dan padamnya api abadi Mrapen, meskipun pada akhirnya bisa muncul kembali.

Baca juga: Ganjar Terjunkan Ahli Geologi Teliti Penyebab Padamnya Api Abadi Mrapen

Tidak terawat dan meredup

Melansir Harian Kompas, 9 Mei 1996, sumber api alam Mrapen yang digunakan untuk menyalakan obor pesta olahraga Ganefo tahun 1963 dan Pekan Olahraga Nasional X/1989 pernah padam di tahun 1996.

Namun, sekitar 75 cm dari titik api sebelumnya, ditemukan sumber api baru yang menyala lebih besar. 

Baik dari sumber api lama maupun yang baru, keduanya berada di lokasi obyek wisata api abadi Mrapen, yang ditutupi tumpukan batu.

Pemilik lahan tempat sumber api alam Mrapen, Parminah Soepradi menuturkan, nyala api alam itu semakin mengecil sejak Februari 1996.

Kemudian, pada akhir Maret 1996, nyala api padam meskipun tetap mengeluarkan uap panas.

Kliping Harian Kompas yang memberitakan padamnya Api Abadi Mrapenrepro Harian Kompas Kliping Harian Kompas yang memberitakan padamnya Api Abadi Mrapen

Api pun pernah meredup di tahun 2004. Saat itu, tidak diketahui apa sebabnya. Redupnya nyala api abadi ini seolah menggambarkan kondisinya yang kurang terawat.

Dikutip dari Harian Kompas, 22 Oktober 2004, salah seorang warga di sekitar api abadi Mrapen, Gunadi mengatakan, perbaikan dan perawatan obyek wisata hanya terjadi setiap ada acara.

Misalnya, saat akan dilakukan pengambilan api Pekan Olahraga Nasional (PON), dilakukan renovasi tahun 1996 silam.

"Setelah itu tidak pernah ada lagi perawatan, apalagi perbaikan," kata Gunadi saat itu.

Dengan semakin tidak terawatnya lokasi api abadi Mrapen, nyalanya pun semakin meredup dari tahun ke tahun.

"Ketika 15 tahun lalu, ketinggian nyala api dari permukaan tanah bisa mencapai 30-50 sentimeter, tetapi kini menyusut dan tinggal 15-20 sentimeter," kata juru kunci api abadi Mrapen, Muryo Prasetryo sebagaimana dikutip Harian Kompas, 24 Oktober 2011.

Bahkan, ketika hendak digunakan untuk acara besar seperti PON dan upacara agama Budha, api harus dipancing dengan kertas kemenyan, atau dupa, serta briket batubara agar nyalanya besar.

Kondisi lokasi pun berangsur-angsur memburuk. Meskipun tidak terlalu sulit dicapai, tidak mudah menemukan obyek wisata ini.

Pasalnya, hampir tidak ada petunjuk jalan yang bisa memandu wisatawan ke lokasi itu. Papan petunjuk ke lokasi obyek wisata pun telah rusak.

Baca juga: Soal Padamnya Api Abadi Mrapen di Grobogan, Ganjar Khawatirkan Hal Ini

Padam dan potensi muncul kembali

Terbaru, api abadi Mrapen pun padam. Adapun penyebabnya masih diselidiki. Namun, menurut dugaan awal, hal itu terjadi akibat pengeboran untuk mencari sumber air yang berjarak 150 meter dari lokasi lubang api abadi Mrapen. 

"Berkisar 150-200 meter dari api abadi Mrapen, muncul semburan gas bercampur air pada September lalu. Hingga kemarin siang, gas masih muncul di titik itu. Semburan gas terjadi setelah ada warga yang melakukan pengeboran untuk mencari air," kata Kepala Seksi Energi Cabang Dinas ESDM Jateng Wilayah Kendeng Selatan Sinung Sugeng Arianto sebagaimana dikutip Harian Kompas, Sabtu (3/10/2020).

"Kami masih memetakan titik-titik sumber gas. Ada warga yang mengebor (untuk mendapatkan air). Masih dikaji. Pada 1990-an, (nyala api abadi) menurun, tetapi kemudian dibor di sekitarnya dan ada api lagi," lanjutnya.

Dosen Teknik Geologi dan Pertambangan Institut Teknologi Adhi Tama, Surabaya, Jawa Timur, Handoko Teguh Wibowo memperkirakan adanya kaitan antara semburan gas hasil pengeboran sumber air dengan padamnya api in.

Dosen yang meneliti gas rawa di Grobogan ini menuturkan, solusi dan mitigasi yang bisa dilakukan ialah dengan memisahkan air serta gas yang keluar di sumur. Kemudian, gas yang keluar disalurkan kembali ke lubang api abadi Mrapen.

"Keluarnya gas ini menjadi indikasi ketersediaan gas yang melimpah," ujarnya. 

Untuk itu, pengeboran oleh masyarakat harus diperhatikan dan berizin.

Api abadi Mrapen

Melansir Harian Kompas, 26 Mei 1996, api alam Mrapen ini sendiri biasanya digunakan untuk berbagai acara penting, mulai dari melambangkan api Dharma dalam perayaan Tri Suci Waisak hingga menyalakan obor Pekan Olahraga Nasional (PON).

Obyek wisata ini terletak sekitar 45 kilometer arah timur kota Semarang, tepatnya sekitar 100 meter di tepi jalan raya Semarang-Grobogan, Kelurahan Manggarmas.

Pengembangan kawasan ini telah dilakukan secara nyata sejak masuk dalam kawasan wisata tahun 1960-an.

Tidak ada sejarah jelas tentang keberadaan api abadi ini. Tidak ada prasasti maupun peninggalan lain yang dapat menjelaskan tentang api alam tersebut.

Namun demikian, warga setempat meyakini bahwa api abadi Mrapen yang terus menyala dari dalam tanah itu merupakan peninggalan Sunan Kalijaga, salah seorang dari Wali Songo, penyebar agama Islam di Indonesia.

Sunan Kalijaga diyakini mampir di kawasan Mrapen pada 1447 dalam perjalanannya membawa tiang utama pembangunan Masjid Demak.

Api Abadi Mrapen dipercaya sebagai api yang dipakai Empu Supo, seorang pembuat keris ternama di Keraton Demak Bintoro, untuk membakar logam yang akan ditempanya.

Disebut api abadi karena api yang ditemukan tahun 1447 oleh Sunan Kalijaga itu tak pernah padam.

Selain api abadi, di lokasi itu juga ada watu bobot, batu untuk menilai niat seseorang yang diyakini sebagai peninggalan Sunan Kalijaga, dan Sendang Duda.

Danau di dekat api abadi itu berair keruh dan selalu mengeluarkan buih, seperti mendidih.

Air Sendang Duda diyakini bisa menyembuhkan beragam penyakit. Danau itu dahulu dipakai Empu Supa untuk mendinginkan keris yang ditempanya.

Baca juga: Tanda Tanya di Balik Padamnya Api Abadi Mrapen yang Baru Pertama Kali Terjadi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com