Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: Kelahiran Mahatma Gandhi, Pemimpin Kemerdekaan India

Kompas.com - 02/10/2020, 09:30 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Jihad Akbar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - 2 Oktober 1869, Mahatma Gandhi, tokoh spiritual dan pemimpin gerakan kemerdekaan India lahir ke dunia. Gandhi dikenal karena kecintaannya pada perdamaian.

Dilansir dari Britannica, 28 September 2020, dengan menggunakan cara non-kekerasan atau satyagraha, Gandhi memimpin berbagai pergerakan masyarakat di India.

Dia menentang pemberlakuan pajak garam oleh Inggris, penguasa India saat itu.

Gandhi juga memelopori aksi protes massal yang menuntut Inggris untuk keluar dari India. Karena itu, dia dianggap sebagai salah satu founding father atau bapak negara India.

Gelar Mahatma yang ia sandang, diberikan oleh jutaan orang India yang mengaguminya.

Di mata jutaan orang itu, Gandhi adalah Mahatma, artinya "Jiwa yang Agung".  

Baca juga: Tak Disangka, Kacamata Mahatma Gandhi Laku Terjual Rp 5 Miliar

Kehidupan awal

Gandhi lahir dengan nama lengkap Mohandas Karamchand Gandhi di negara bagian Porbandar, India.

Gandhi berasal dari keluarga pejabat. Ayahnya, Karamchand Uttamchand Gandhi, adalah seorang diwan atau menteri utama di negara bagian Porbandar.

Ibunya, Putlibai, adalah istri keempat ayahnya. Sang ibu, memperkenalkan Gandhi dengan ajaran Jainisme, yang mengajarkan pemeluknya untuk tidak melakukan kekerasan dalam bentuk apa pun.

Pada usia 13 tahun, Gandhi dijodohkan dengan Kasturba Makanji yang merupakan putri seorang pedagang, dan kemudian menikah. Kala itu usia Kasturba baru menginjak 14 tahun.

Dia dikaruniai lima orang anak, namun salah satunya meninggal dunia. Sang istri juga menjadi aktivis sosial sepertinya.

Pada 1888, saat berusia 18 tahun, Gandhi mendapat kesempatan untuk belajar ilmu hukum ke Inggris.

Dua tahun kemudian, Gandhi kembali ke India, tetapi tak bisa mendapatkan pekerjaan tetap.

Baca juga: Politisi India Sebut Pembunuh Mahatma Gandhi sebagai Pahlawan

Merantau ke Afrika Selatan

Karena gagal mendapat pekerjaan tetap di India, Gandhi kemudian menerima kontrak kerja selama satu tahun di Afrika Selatan. Pada saat itu, dia berusia 24 tahun.

Di sana, dia menjadi pengacara untuk keponakan Dada Abdullah, seorang saudagar Muslim kenalannya yang memiliki perusahaan perkapalan di Afrika Selatan.

Di Afrika Selatan, yang juga merupakan koloni Inggris, Gandhi bekerja di kota Natal. Di sana dia menjadi korban rasialisme dan aturan negeri itu yang membatasi hak-hak pekerja asal India.

Salah satu peristiwa mengenaskan yang diingat Gandhi adalah diusir dari dalam gerbong kelas satu dan tak diizinkan menggunakan kereta api.

Peristiwa tersebut amat membekas di dalam hati Gandhi dan sejak saat itu dia bertekad untuk berjuang melawan ketidakadilan dan mempertahankan haknya sebagai orang India.

Saat kontrak kerjanya di Afrika Selatan habis, dia memutuskan tetap tinggal di negara itu dan menggelar kampanye menentang undang-undang yang membuat warga keturunan India tak memiliki hak memilih.

Dia kemudian membentuk kongres warga India di Natal dan aktivitasnya ini menarik perhatian internasional yang mulai memerhatikan perjuangan warga India di Afrika Selatan.

Setelah 21 tahun berada di Afrika Selatan, Gandhi akhirnya memutuskan untuk kembali ke India pada 1914.

Baca juga: Di Ulang Tahun Ke-150, Abu Jenazah Mahatma Gandhi Dicuri

Menentang pajak garam

Salah satu aksi Gandhi paling terkenal terjadi pada 1930 yakni menentang pajak garam yang diterapkan pemerintah kolonial Inggris di India, karena mengakibatkan rakyat India terpuruk dalam kemiskinan.

Dilansir dari Kompas.com, 30 Januari 2018, dalam aksinya ini, Gandhi dan para pengikutnya berjalan kaki menuju Laut Arab, dan di sana mereka membuat garam sendiri.

Aksi jalan kaki itu membuat Gandhi dan 60.000 pengikutnya dijebloskan ke penjara. Tetapi sekali lagi, Gandhi mendapatkan perhatian dan dukungan dari dunia internasional.

Pada 1931, Gandhi dibebaskan dari penjara dan menghadiri Konferensi Meja Bundar di London sebagai satu-satunya perwakilan dari Kongres Nasional India, kekuatan politik yang ia dirikan.

Namun, pertemuan di Inggris itu membuahkan kekecewaan bagi Gandhi dan saat kembali ke India. Gandhi ditangkap dan kembali dijebloskan ke penjara.

Selama di dalam penjara, Gandhi memimpin aksi mogok makan untuk memprotes perlakuan pemerintah Inggris terhadap warga kasta terendah dan paling miskin di India.

Kemerdekaan India

Saat Perang Dunia II pecah, Gandhi menyerukan agar India bekerja sama dengan Inggris untuk memenangkan perang. Namun, Gandhi meminta imbalan, yakni Inggris harus memberikan kemerdekaan bagi India.

Tawaran Gandhi ditolak Inggris. Di sisi lain, pihak kolonial justru melakukan upaya adu domba di tengah masyarakat India dengan menciptakan konflik antara kelompok konservatif Hindu dan berbagai organisasi Muslim.

Sebagai respons, pada 1942 Gandhi memulai gerakan yang menyerukan agar Inggris segera meninggalkan India. Akibat gerakan ini Gandhi kembali dipenjara bersama sejumlah tokoh nasional India.

Pada 1945, negosiasi untuk kemerdekaan India akhirnya bisa dimulai. Gandhi menginginkan sebuah negara India bersatu, tetapi Liga Muslim yang sukses menumbuhkan pengaruh selama masa perang, menentang gagasan Gandhi.

Setelah melalui negosiasi alot, Inggris akhirnya memutuskan untuk membagi tanah India menjadi dua negara Independen, yaitu India (mayoritas Hindu) dan Pakistan (mayoritas Muslim) pada 15 Agustus 1947.

Gandhi merasa amat kecewa dengan terpecahnya India menjadi dua negara. Terlebih, setelah pemisahan ini kekerasan berdarah antara umat Hindu dan Muslim akhirnya pecah.

Baca juga: Terjadi Lagi, dalam Seminggu 2 Gadis Kasta Rendah Tewas Diperkosa di India

Meninggal ditembak

Dalam upayanya untuk mengakhiri kekerasan di India, Gandhi melakukan aksi mogok makan dan mengunjungi kawasan-kawasan yang bermasalah.

Pada sore hari, 30 Januari 1948, Gandhi yang berusia 78 tahun berjalan bersama dua cucu perempuannya dari kediamannya di Birla House, New Delhi, menuju acara pertemuan doa.

Namun, di dalam perjalanan, Nathuram Godse seorang anggota kelompok ekstremis Hindu yang tidak setuju dengan toleransi yang ditunjukkan Gandhi, menembak mati sang pejuang kemerdekaan.

Dia menembak Gandhi dalam jarak sangat dekat sebanyak tiga kali. Godse dan rekan konspiratornya, Narayan Apye, kemudian diadili dan dihukum mati pada 15 November 1949.

Gandhi meninggal dunia dan meninggalkan warisan berupa metode perjuangan tanpa kekerasan.

Metode ini banyak dicontoh para pemimpin gerakan sipil di seluruh dunia, termasuk Martin Luther King Jr yang memperjuangkan hak warga kulit hitam Amerika Serikat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com