Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[HOAKS] Tes Covid-19 Lewat Hidung Bisa Merusak Otak

Kompas.com - 19/09/2020, 14:29 WIB
Tim Cek Fakta

Penulis

hoaks

hoaks!

Berdasarkan verifikasi Kompas.com sejauh ini, informasi ini tidak benar.

KOMPAS.com - Beredar informasi di media sosial bahwa tes Covid-19 lewat hidung dapat membahayakan otak.

Kerusakan otak dapat mengganggu sirkulasi darah dan penglihatan.

Dokter menegaskan pengujian Covid-19 lewat hidung tidak membahayakan otak.

Sementara, Centers for Disease Control and Prevention menyarankan perlunya tes swab untuk mendiagnosa seseorang terinfeksi Covid-19 atau tidak.

Narasi yang Beredar

Akun Facebook Sandy Ashmore pada Selasa (8/9/2020) menulis status yang menyatakan tes Covid-19 adalah tes yang berbahaya, menurut dokter.

Memasukkan alat tes jauh ke dalam hidung menyebabkan kerusakan penghalang haematoencephal dan juga bisa merusak kelenjar endokrin, seperti hipofisis.

Tujuan dari tes ini yakni memecahkan penghalang dan membuat jalan masuk ke otak untuk setiap infeksi.

Rusaknya kelenjar endokrin dapat menyebabkan kelemahan otak, gangguan pada sirkulasi darah, gangguan penglihatan, dan sebagainya.

Di akhir statusnya, tertulis bahwa tidak ada dasar hukum atas intervensi fisik ini dan tes Covid-19 tersebut merupakan pelanggaran masal terhadap kekebalan fisik.

Berikut isi lengkap statusnya:
"can ANYONE share more info on this?

"Covid 19 test is a dangerous test!! This information comes from doctors! Brain access is through the nose! The test has another purpose than what the test supporters say! Inserting a test bar deeply into the nose causes haematoencephal barrier damage and can also damage endocrine glands (e.g. hypophysis). That's why testing hurts so much! The purpose of this deep test is to break the barrier and create an entry into the brain for every infection. When wearing a mouth and nose mask, bacteria and CO2 mask are collected and transported to the brain through the nose channel. Barrier's task is to protect from brain neurotoxins, heavy metals, bacteria and other toxins. If endocrine glands are damaged, symptoms such as muscle weakness, blood circulation, visual disturbances etc. may develop. This text cannot be shared often enough - there is no legal basis for this physical intervention and it is a mass violation of physical immunity!"

Akun Sandy Ashmore juga membagikan gambar tes Covid-19.

Tes Covid-19 disebut dapat merusak otak, menurut sejumlah status di Facebook. Facebook Tes Covid-19 disebut dapat merusak otak, menurut sejumlah status di Facebook.

Selain akun tersebut, informasi soal bahaya tes Covid-19 tersebar di sejumlah akun di Facebook, antara lain Peggy Harris Kies, Susan Garolacan, dan Aurys Vaišvila.

Penjelasan

Informasi bahwa tes Covid-19 dapat merusak otak pernah muncul pada Juli 2020, juga di media sosial.

Saat itu, narasinya adalah alat tes Covid-19 kemungkinan terkontaminasi dengan sesuatu yang berbahaya, seperti virus. Selain itu, tes PCR membayakan penghalang darah ke otak manusia.

Dokter spesialis THT Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada (UGM), dr. Anton Sony Wibowo, menegaskan, tes swab atau usap hidung tidak akan menyebabkan kerusakan otak seperti yang dinarasikan di media sosial.

Ia menekankan, tes swab aman dilakukan dan tidak membahayakan atau merusak otak. Sebab, tes usap tidak akan mencapai penghalang darah otak.

Lokasi penghalang darah otak relatif jauh dari lokasi anatomi tempat swab dilakukan. Anton mengatakan, penghalang darah otak dilindungi tulang dasar otak yang relatif kuat.

"Tidak benar narasi itu (swab test merusak otak). Tes swab hanya dilakukan sampai nasofaring atau dinding paling belakang hidung dan rongga mulut," kata Anton dikutip Kompas.com.

Tes swab, lanjut Anton, tidak akan merusak penghalang darah otak kecuali pada kondisi tertentu. Misal, pecahnya dinding dasar otak akibat tumor atau trauma.

Ia mengatakan, informasi mengenai tes swab disebut dapat merusak otak tersebut tidak memiliki dasar ilmiah dan bukti yang mendukung.

Sebaliknya, swab test sangat direkomendasikan dalam mendeteksi keberadaan virus corona penyebab Covid-19 pada manusia.

"Justru yang direkomendasikan itu swab test. Kalau rapid test kan hanya mendeteksi antibodi yang ada di tubuh," papar Anton.

Tes usap yang merupakan salah satu metode pengujian Covid-19 direkomendasikan oleh Centers for Disease Control and Prevention (CDC).

CDC menyatakan untuk menentukan apakah seseorang terinfeksi SARS-CoV-2 perlu pemeriksaan dari sistem pernapasan, seperti usapan hidung atau mulut atau air liur.

SARS-CoV-2 adalah virus penyebab Covid-19.

Tes virus disarankan untuk mendiagnosa infeksi akut pada individu yang bergejala dan tanpa gejala, memandu pelacakan kontak, pilihan pengobatan, dan persyaratan isolasi.

Kesimpulan

Berdasarkan penelusuran tim Cek Fakta Kompas.com, narasi di media sosial bahwa tes untuk mendiagnosa infeksi Covid-19 lewat hidung dapat merusak otak tidak benar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Alasan Semua Kereta Harus Berhenti di Stasiun Cipeundeuy, Bukan untuk Menaikturunkan Penumpang

Alasan Semua Kereta Harus Berhenti di Stasiun Cipeundeuy, Bukan untuk Menaikturunkan Penumpang

Tren
Indonesia Vs Guinea, Berikut Perjalanan Kedua Tim hingga Bertemu di Babak Playoff Olimpiade Paris 2024

Indonesia Vs Guinea, Berikut Perjalanan Kedua Tim hingga Bertemu di Babak Playoff Olimpiade Paris 2024

Tren
Pelatih Guinea soal Laga Lawan Indonesia: Harus Menang Bagaimanapun Caranya

Pelatih Guinea soal Laga Lawan Indonesia: Harus Menang Bagaimanapun Caranya

Tren
8 Pencetak Gol Terbaik di Piala Asia U23 2024, Ada Dua dari Indonesia

8 Pencetak Gol Terbaik di Piala Asia U23 2024, Ada Dua dari Indonesia

Tren
WHO Temukan 3 Kasus di Riyadh, Ketahui Penyebab dan Pencegahan MERS- CoV Selama Ibadah Haji

WHO Temukan 3 Kasus di Riyadh, Ketahui Penyebab dan Pencegahan MERS- CoV Selama Ibadah Haji

Tren
Pertandingan Indonesia Vs Guinea Malam Ini, Pukul Berapa?

Pertandingan Indonesia Vs Guinea Malam Ini, Pukul Berapa?

Tren
Benarkah Antidepresan Bisa Memicu Hilang Ingatan? Ini Penjelasan Ahli

Benarkah Antidepresan Bisa Memicu Hilang Ingatan? Ini Penjelasan Ahli

Tren
WHO Peringatkan Potensi Wabah MERS-CoV di Arab Saudi Saat Musim Haji

WHO Peringatkan Potensi Wabah MERS-CoV di Arab Saudi Saat Musim Haji

Tren
Mengapa Lumba-lumba Berenang Depan Perahu? Ini Alasannya Menurut Sains

Mengapa Lumba-lumba Berenang Depan Perahu? Ini Alasannya Menurut Sains

Tren
Cara Cek NIK KTP Jakarta yang Non-Aktif dan Reaktivasinya

Cara Cek NIK KTP Jakarta yang Non-Aktif dan Reaktivasinya

Tren
Berkaca dari Kasus Mutilasi di Ciamis, Mengapa Orang dengan Gangguan Mental Bisa Bertindak di Luar Nalar?

Berkaca dari Kasus Mutilasi di Ciamis, Mengapa Orang dengan Gangguan Mental Bisa Bertindak di Luar Nalar?

Tren
3 Bek Absen Melawan Guinea, Ini Kata Pelatih Indonesia Shin Tae-yong

3 Bek Absen Melawan Guinea, Ini Kata Pelatih Indonesia Shin Tae-yong

Tren
Alasan Israel Tolak Proposal Gencatan Senjata yang Disetujui Hamas

Alasan Israel Tolak Proposal Gencatan Senjata yang Disetujui Hamas

Tren
Pendaftaran Komcad 2024, Jadwal, Syaratnya, dan Gajinya

Pendaftaran Komcad 2024, Jadwal, Syaratnya, dan Gajinya

Tren
Studi Baru Ungkap Penyebab Letusan Dahsyat Gunung Tonga pada 2022

Studi Baru Ungkap Penyebab Letusan Dahsyat Gunung Tonga pada 2022

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com