Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jika Vaksin Ditemukan, Apakah Kehidupan Kembali Normal?

Kompas.com - 07/09/2020, 19:03 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Jihad Akbar

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Masyarakat dunia saat ini tengah menanti ditemukannya satu vaksin atau obat yang pasti untuk mengatasi virus corona.

Meski sejumlah pihak dari berbagai negara telah mengembangkan vaksin dan mengujinya melalui standar tahapan ilmiah tertentu, hingga saat ini belum ada satu pun yang dinyatakan ampuh mengatasi Covid-19.

Lalu, jika vaksin sudah ditemukan, apakah kehidupan kembali seperti sebelum pandemi?

Pakar epidemiologi dari Griffith University, Dicky Budiman, menyebut penemuan vaksin nantinya bukan tombol "off" bagi pandemi virus corona.

"Ada yang disebut dengan strategi pelengkap, penguat satu wilayah negara bahkan dunia untuk cepat keluar dari pandemi, yaitu adanya penemuan vaksin dan obat yang definitif. Ini artinya vaksin atau pun obat bukan solusi tunggal, bukan magic bullet," kata Dicky dihubungi Senin (7/9/2020).

"Dalam kaitan itulah maka vaksin atau pun obat sifatnya melengkapi strategi pengendalian satu pandemi dan juga mempercepat kita keluar dari krisis pandemi, sebagai exit strategy suatu pandemi," lanjutnya.

Baca juga: Uji Awal Vaksin Covid-19 Rusia Tunjukkan Respons Kekebalan Tubuh

Yang dimaksud dengan strategi pengendalian adalah dioptimalkannya pelaksanaan tes, pelacakan, isolasi, dan karantina baik secara kuantitas maupun kualitas.

Menurutnya, tanpa keempat upaya tersebut yang diperkuat dengan perubahan perilaku, virus akan terus menyebar meski sudah ada vaksin.

Dan, kata Dicky, pandemi virus corona bukan tidak mungkin akan berlangsung berkepanjangan meski vaksin telah ada.

Ia mencontohkan pada kasus epidemi Ebola yang terjadi di daratan Afrika.

"Ebola itu sudah ada vaksinnya, tapi ternyata itu tidak menyelesaikan epidemi. Tetap terjadi letupan klaster-klaster, artinya lagi ini sesuai dengan teori bahwa pengendalian pandemi itu strategi utamanya itu di aspek tracing, testing, isolasi, karantina, dan diperkuat dengan perubahan perilaku," jelas dia.

Menurut Dicky, ini sama saja dengan pandemi Covid-19, meski vaksin sudah ditemukan bukan berarti Covid-19 lenyap dari kehidupan.

Baca juga: [HOAKS] Vaksin Covid-19 Mengakibatkan Kemandulan

Ia menegaskan vaksin bukan benda ajaib yang dapat melenyapkan pandemi, bukan juga solusi tunggal.

"Dalam estimasi saya, setidaknya sampai akhir tahun depan kita harus menerapkan yang namanya social/physical distancing, dengan pemerintah menerapkan aspek testing dan lain-lain itu, walaupun sudah ada vaksin yang didiskusikan," ungkap Dicky.

Ia memperkirakan pandemi Covid-19 bisa terkendali tahun 2022, jika sudah ada vaksin dan strategi pengendalian dilakukan dengan baik.

"Mungkin akan benar-benar sangat terkendalinya di 2022, bisa jadi. (Estimasi) Ini sangat realistis," sebutnya.

Dicky oun mengingatkan agar masyarakat tidak berlebihan dalam menyambut kehadiran vaksin Covid-19 yang saat ini sudah banyak memasuki uji klinis terakhir atau fase 3.

"Sekali lagi, masyarakat, pemerintah, tidak (perlu) terlalu euforia terkait penemuan vaksin ini. Tidak juga dijadikan andalan, karena ini masih 50:50, riset uji klinis fase 3-nya tidak ada jaminan akan berhasil juga," ucap dia.

"Senjata yang saat ini kita miliki (adalah) 'vaksin' perubahan perilaku itu, diperkuat dengan testing dan lain sebagainya," pungkasnya.

Baca juga: Mutasi Virus Corona Lebih Menular di Indonesia, Apa Pengaruhnya pada Vaksin?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

WHO Peringatkan Potensi Wabah MERS-CoV di Arab Saudi Saat Musim Haji

WHO Peringatkan Potensi Wabah MERS-CoV di Arab Saudi Saat Musim Haji

Tren
Mengapa Lumba-lumba Berenang Depan Perahu? Ini Alasannya Menurut Sains

Mengapa Lumba-lumba Berenang Depan Perahu? Ini Alasannya Menurut Sains

Tren
Cara Cek NIK KTP Jakarta yang Non-Aktif dan Reaktivasinya

Cara Cek NIK KTP Jakarta yang Non-Aktif dan Reaktivasinya

Tren
Berkaca dari Kasus Mutilasi di Ciamis, Mengapa Orang dengan Gangguan Mental Bisa Bertindak di Luar Nalar?

Berkaca dari Kasus Mutilasi di Ciamis, Mengapa Orang dengan Gangguan Mental Bisa Bertindak di Luar Nalar?

Tren
3 Bek Absen Melawan Guinea, Ini Kata Pelatih Indonesia Shin Tae-yong

3 Bek Absen Melawan Guinea, Ini Kata Pelatih Indonesia Shin Tae-yong

Tren
Alasan Israel Tolak Proposal Gencatan Senjata yang Disetujui Hamas

Alasan Israel Tolak Proposal Gencatan Senjata yang Disetujui Hamas

Tren
Pendaftaran Komcad 2024, Jadwal, Syaratnya, dan Gajinya

Pendaftaran Komcad 2024, Jadwal, Syaratnya, dan Gajinya

Tren
Studi Baru Ungkap Penyebab Letusan Dahsyat Gunung Tonga pada 2022

Studi Baru Ungkap Penyebab Letusan Dahsyat Gunung Tonga pada 2022

Tren
Mengenal 7 Stadion yang Jadi Tempat Pertandingan Sepak Bola Olimpiade Paris 2024

Mengenal 7 Stadion yang Jadi Tempat Pertandingan Sepak Bola Olimpiade Paris 2024

Tren
Mengenal Alexinomia, Fobia Memanggil Nama Orang Lain, Apa Penyebabnya?

Mengenal Alexinomia, Fobia Memanggil Nama Orang Lain, Apa Penyebabnya?

Tren
Sunat Perempuan Dilarang WHO karena Berbahaya, Bagaimana jika Telanjur Dilakukan?

Sunat Perempuan Dilarang WHO karena Berbahaya, Bagaimana jika Telanjur Dilakukan?

Tren
UU Desa: Jabatan Kades Bisa 16 Tahun, Dapat Tunjangan Anak dan Pensiun

UU Desa: Jabatan Kades Bisa 16 Tahun, Dapat Tunjangan Anak dan Pensiun

Tren
Harga Kopi di Vietnam Melambung Tinggi gara-gara Petani Lebih Pilih Tanam Durian

Harga Kopi di Vietnam Melambung Tinggi gara-gara Petani Lebih Pilih Tanam Durian

Tren
Kasus Mutilasi di Ciamis dan Tanggung Jawab Bersama Menangani Orang dengan Gangguan Mental

Kasus Mutilasi di Ciamis dan Tanggung Jawab Bersama Menangani Orang dengan Gangguan Mental

Tren
Potensi Manfaat Tanaman Serai untuk Mengatasi Kecemasan Berlebih

Potensi Manfaat Tanaman Serai untuk Mengatasi Kecemasan Berlebih

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com