Nantinya kelompok belajar tersebut bisa dibimbing oleh mentor-mentor tertentu.
Terkait dengan para mentor ini, Darmaningtyas menilai bisa dengan memanfaatkan orang-orang di desa yang memang memiliki kemampuan untuk mengajar, misalnya mahasiswa yang telah lulus kuliah dan masih menganggur.
“Saya menguslkan program organisasi penggerak dibatalkan saja. Lebih baik dananya untuk menunjang proses pembelajaran yang lebih sistematik. Termasuk untuk membayar mentor-mentor tadi,” jelas dia.
Baca juga: Berikut Syarat Pembukaan Kembali Sekolah di Tengah Pandemi
Ia mengatakan, PJJ yang selama ini sudah berjalan, sepenuhnya dilakukan online di mana anak-anak di bawah bimbingan orang tua.
Akan tetapi jika menggunakan model kelompok belajar maka, pembelajaran dapat dilakukan dengan setengah online dan setengah dengan pembimbingan.
Menurutnya jika model ini diterapkan, maka kelompok belajar tersebut bisa bekerja sama dengan sekolah supaya pembelajaran lebih terarah.
Baca juga: Melihat Risiko dan Hasil Pembukaan Sekolah di Tengah Pandemi Corona...
Ia menyebut, model kelompok belajar ini bisa meniru seperti halnya dalam pembelajaran pogram kejar paket di mana juga melakukan pendampingan dari para tutor.
Lantas apa bedanya dengan belajar di sekolah?
Darmaningtyas mengatakan, jika di sekolah, maka siswa akan berkumpul di satu tempat padahal mereka berasal dari banyak lingkungan.
Akan tetapi, model kelompok belajar ini hanya dilakukan dalam satu lingkungan misal hanya lingkungan RW saja.
Harapannya, dengan cara ini protokol menjaga jarak mudah diwujudkan.
Baca juga: Viral soal Dangdutan Dipenuhi Warga di Masa Pandemi, Masyarakat Jenuh?