Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Viral soal Dangdutan Dipenuhi Warga di Masa Pandemi, Masyarakat Jenuh?

Kompas.com - 31/08/2020, 08:05 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

Negara mengonstruksikan pandemi ini sebagai satu kondisi yang parah, berbahaya, dan terus meningkat, disampaikan melalui sosok juru bicara, dikeluarkan sejumlah kebijakan dan imbauan.

Medis menonstruksikan Covid-19 sebagai penyakit yang sangat membahayakan sampai-sampai merenggut jiwa para tenaga kesehatan.

Tapi masyarakat mengonstruksikannya dengan berbeda dan beragam.

"Di masyarakat yang beragam kelas sosialnya dan tingkat pengetahuannya, (Covid-19) ini juga mengalami konstruksi. Apa yang dikonstruksi mereka sekarang, faktanya sekarang ada gap, dan itu tidak hanya hari ini, sejak awal pemerintah mengumumkan pun ada gap," katanya lagi.

Baca juga: Segala Hal yang Perlu Kita Ketahui soal Pentingnya Penggunaan Masker

Tekanan hidup 

Terlebih pada hari ini, di mana tekanan hidup akibat pandemi sudah cukup lama dirasakan masyarakat.

"Gap ini memang akan selalu terjadi di masyarakat, hanya masalahnya gap ini gap negatif. Artinya arahnya itu pemerintah masih tetap konsiten ini bahaya, tetapi masyarakat mulai mendekonstruksi ini," jelas Drajat.

Baca juga: Virus Corona Menular Lewat Droplet dan Airborne, Apa Bedanya?

Menurutnya, masyarakat sudah mengartikan Covid-19 sebagai satu penyakit berbahaya yang sama saja dengan penyakit bahaya lainnya, seperti kanker, jantung, dan sebagainya.

"Siapa yang terinfeksi adalah dia yang kurang beruntung dan tengah mendapat musibah," kata Drajat.

Terkait tekanan yang dialami masyarakat, hidup yang dibatasi banyak aturan, keuangan yang terganggu, kehidupan sosial yang terkekang, dan lain-lain, Drajat mengatakan sesungguhnya masyarakat ingin keluar dari kondisi itu.

"Masyarakat ingin keluar dari sini. Selalu saja masyarakat punya mekanisme untuk kembali ke normal. Kondisi ekuilibrium namanya. Kalau saya lihat, terkait dangdut ini upaya pelepasan melalui hiburan ya," sebut Drajat.

Baca juga: Mengenal Kota Sharm el-Sheikh, Bali-nya Mesir

"Jalur pelepasan itu ia jelaskan biasanya melalui 4F: food, fashion, fun, dan faith.

"Itu yang membuat orang berkumpul, karena kalau enggak ngumpul enggak gayeng, kalau istilahnya di Jawa. Ini yang harusnya dikontrol, kontrolnya ya jangan hanya dilarang," ucapnya.

Cara mengontrol yang bisa dilakukan salah satunya dengan memanfaatkan orang yang ditokohkan atau dipercaya oleh masyarakat luas.

Bisa tokoh masyarakat, tokoh agama, dan lain-lain yang dalam sosiologi disebut sebagai reference actor.

"Cara ngontrolnya itu ya lewat penyanyinya, kalau musik. Penyanyinya yang diajak duduk dulu, bicara dulu, panitianya diajak duduk bagaimana strategi supaya ada musik tapi tidak bercampur, dan sebagainya," imbuh dia.

Baca juga: Sering Salah Arti, Ini Beda antara PNS dan ASN

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Pandemi Covid-19. Arti Zona Merah, Oranye, Kuning, dan Hijau

 

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Ramai soal Penggemar Ikuti Pemain Timnas karena FOMO, Apa Dampaknya?

Ramai soal Penggemar Ikuti Pemain Timnas karena FOMO, Apa Dampaknya?

Tren
Diikuti 6 Kandidat, Bagaimana Sistem Pemilihan Presiden Iran Digelar?

Diikuti 6 Kandidat, Bagaimana Sistem Pemilihan Presiden Iran Digelar?

Tren
Daftar Kode Rahasia Meteran Listrik PLN, Bisa Cek Kebocoran Arus hingga Periksa Daya

Daftar Kode Rahasia Meteran Listrik PLN, Bisa Cek Kebocoran Arus hingga Periksa Daya

Tren
Daftar Ormas Keagamaan yang Tolak Izin Tambang dari Jokowi

Daftar Ormas Keagamaan yang Tolak Izin Tambang dari Jokowi

Tren
Profil Simon Aloysius Mantiri, Wakil Bendahara TKN Prabowo-Gibran yang Jadi Komisaris Utama Pertamina

Profil Simon Aloysius Mantiri, Wakil Bendahara TKN Prabowo-Gibran yang Jadi Komisaris Utama Pertamina

Tren
Tak Kunjung Hilang, Benarkah Pemberantasan Judi Online di Indonesia Sulit Dilakukan?

Tak Kunjung Hilang, Benarkah Pemberantasan Judi Online di Indonesia Sulit Dilakukan?

Tren
Bukan Sepanjang Bulu Sikat, Ini Takaran Pasta Gigi untuk Cegah Gigi Berlubang

Bukan Sepanjang Bulu Sikat, Ini Takaran Pasta Gigi untuk Cegah Gigi Berlubang

Tren
Tak Banyak yang Tahu Vitamin F, Berikut Beragam Manfaatnya

Tak Banyak yang Tahu Vitamin F, Berikut Beragam Manfaatnya

Tren
Jadwal Siaran Langsung dan Link Live Streaming Indonesia Vs Filipina, Kick Off Pukul 19.30 WIB

Jadwal Siaran Langsung dan Link Live Streaming Indonesia Vs Filipina, Kick Off Pukul 19.30 WIB

Tren
Minum Apa biar Asam Urat Turun? Berikut 5 Daftarnya

Minum Apa biar Asam Urat Turun? Berikut 5 Daftarnya

Tren
BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 11-12 Juni 2024

BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 11-12 Juni 2024

Tren
[POPULER TREN] Penjelasan BKN soal Jadwal Seleksi CPNS 2024 | 5 Fakta Polwan Bakar Suami di Mojokerto

[POPULER TREN] Penjelasan BKN soal Jadwal Seleksi CPNS 2024 | 5 Fakta Polwan Bakar Suami di Mojokerto

Tren
Mengapa Telapak Kaki Sakit Saat Jalan Kaki? Ini Penyebab dan Cara Mengatasinya

Mengapa Telapak Kaki Sakit Saat Jalan Kaki? Ini Penyebab dan Cara Mengatasinya

Tren
Dibuka Hari Ini, Berikut Cara Daftar Akun PPDB Jateng 2024

Dibuka Hari Ini, Berikut Cara Daftar Akun PPDB Jateng 2024

Tren
6 Kandidat Pilpres Iran, Mantan Presiden Mahmoud Ahmadinejad Dicoret

6 Kandidat Pilpres Iran, Mantan Presiden Mahmoud Ahmadinejad Dicoret

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com