Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Konsumsi Buah Kecubung Bisa Menimbulkan Efek Halusinasi?

Kompas.com - 24/08/2020, 12:05 WIB
Retia Kartika Dewi,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Perbincangan mengenai buah kecubung ramai di media sosial Twitter pada akhir pekan kemarin setelah seorang warganet mengunggah potongan video Youtuber, Heru Gundul, yang membahas soal buah kecubung.

Dalam video yang dibagikan akun @AK_47_new itu, pada salah satu bagian terlihat Heru Gundul naik ke atas genteng sambil bergerak ke sana ke mari, untuk menggambarkan efek setelah mengonsumsi buah kecubung.

Merespons video ini, sejumlah warganet menyebutkan, buah kecubung memang bisa menyebabkan orang yang mengonsumsinya mabuk.

Setelah ditelusuri, potongan video itu merupakan video yang diunggah akun Youtube Heru Gundul pada Januari 2020 untuk menggambarkan efek konsumsi buah kecubung.

Baca juga: Viral Video Sepeda Lebih Kencang Tanpa Dikayuh, Ini Penjelasan Ahli Fisika

Benarkah buah kecubung menimbulkan halusinasi hingga memabukkan?

Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional Badan Litbang Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Akhmad Saikhu mengatakan, buah kecubung memang menimbulkan efek halusinasi.

"Betul, kecubung bisa menimbulkan efek halusinasi dan memabukkan," ujar Akhmad Saikhu, saat dihubungi Kompas.com, Minggu (23/8/2020).

Menurut dia, tanaman kecubung sering disalahgunakan sebagai zat penenang atau zat halusinogen.

Saikhu mengatakan, berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Narkotika Nasional (BNN) tahun 2016, tingkat penyalahgunaan kecubung (Datura metel ilnn.) sebagai zat halusinogen yang diobservasi dari tingkat pendidikan di Indonesia dimulai dari pelajar SMP-SMA-mahasiswa tercatat mencapai angka 5,7 persen.

Tanaman golongan opioid

Akhmad juga menjelaskan, tanaman yang memiliki sifat jika dikonsumsi akan menimbulkan halusinasi termasuk dalam golongan opioid.

Tanaman yang termasuk golongan opioid yakni ganja dan katinon.

Katinon merupakan narkoba jenis alami yang berasal dari daun kering tanaman khat.

"Di Indonesia, zat ini sudah beberapa tahun ada. Pengguna metilon belum banyak di Indonesia dan belum ada yang mengalami gejala putus zat atau intoksikasi sampai overdosis," ujar Akhmad.

Secara medis, katinon memiliki nama asli cathinone (Katinona) dengan struktur kimia dan efek mirip amfetamin, yang memilki efek samping yang berbahaya.

Ketua Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Dr dr Nafrialdi, PhD, SpPD, SpFK, mengatakan, kandungan zat tersebut asal mulanya ditemukan dari tumbuhan yang bernama Khat atau Cathaedulis atau Sirih Arab, yang biasa tumbuh di Afrika Timur dan Tengah serta sebagian Jazirah Arab.

Baca juga: Viral Video Sepeda Lebih Kencang Tanpa Dikayuh, Ini Penjelasan Ahli Fisika

Tumbuhan khat atau sirih Arab biasa diminum sebagai teh Arab atau dikunyah seperti daun sirih.

Zat katinon ini dapat dibuat sintetis yang kekuatannya sekian kali lipat dibandingkan dengan yang alami.

Zat katinon yang sintetis ini menjadi disalahgunakan dan dimasukkan dalam kelompok psikotropika.

Sementara itu, katinon sintetis berbentuk serbuk kristal putih atau kecoklatan yang dikemas di dalam kapsul dan dapat dibentuk tablet/pil sebagai pengganti pil ekstasi.

Di beberapa negata, khat bukan bahan terlarang meski penggunaannya dikontrol beberapa negara Eropa.

Diketahui, katinon termasuk sebagai golongan I Konvensi PBB sebagai zat-zat psikotropika pada 1971.

Katinone yang terdapat dalam khat dimasukkan sebagai golongan III, sedangkan cathinone sintetis yaitu amfepramone dan pyrovalerone dimasukkan sebagai golongan IV konvensi itu.

Menurut National Institute on Drug Abuse, pada Juli 2012, cathinone sintetis, yaitu pyrovalerone dan mephedrone, dinyatakan sebagai zat ilegal.

Di Indonesia, katinon masuk sebagai narkotika golongan I dalam Undang–undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

Sementara, metilon sebagai derivat katinon secara eksplisit memang belum tercantum dalam Undang-undang itu, karena waktu Undang-undang sedang disusun zat sintetis ini belum dibuat.

"Tetapi secara logika, tentunya zat ini dapat disamakan dengan katinon," ujar Akhmad.

Baca juga: Viral, Video Kuda Laut Jantan Lahirkan Bayi, Benarkah Demikian?

Efek katinona

Pengajar di Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Dr Al Bachri Husein, SpKJ, menyebutkan, katinona merupakan zat stimulan untuk sistem saraf pusat yang banyak digunakan sebagai club drug atau party drug.

Zat tersebut akan membuat orang senang menjadi lebih senang karena zat tersebut merangsang ujung–ujung saraf.

Bachri mengatakan, katinon ini memiliki kecenderungan menjadi candu karena efek zat ini merangsang saraf pusat.

Ia menjelaskan, zat katinona memiliki efek yang membuat orang menjadi bersemangat, tidak mengantuk, euforia (rasa senang yang berlebihan), lebih percaya diri dan seksual drive-nya meningkat.

Seseorang yang terpapar katinona akan merasakan sensasi euforia selama 4-6 jam.

Setelah efek zat katinon ini hilang, maka si pengguna akan kembali normal, lebih mengantuk, lebih lemas, dan depresi.

Diketahui ada sejumlah efek samping penggunaan katinona dalam jangka panjang, antara lainL

  • Meningkatkan tekanan darah sampai stoke
  • Depresi berat sampai bunuh diri
  • Anoreksia (tidak nafsu makan)
  • Kesulitan tidur
  • Halusinasi–halusinasi yang mengerikan esok paginya
  • Gangguan irama jantung
  • Gangguan jiwa berat (gangguan psikotik).

Baca juga: Mengapa Film Tilik dan Karakter Bu Tedjo Bisa Viral?

Penanganan

Jika orang-orang terdekat Anda telanjur mengonsumsi buah kecubung dan bingung apa yang harus dilakukan untuk menyembuhkan orang tersebut, Anda dapat menghubungi petugas medis.

Pengguna katinona harus menjalani penatalaksanaan yang tepat untuk menanggulangi rasa kecanduan zat narkoba.

Pemberian obat-obatan antipsikotropik anti-cemas, anti-depresan, dan anti-psikotropik dengan jenis dan dosis yang tepat.

Akhmad mengatakan, terapi ini harus dilakukan dengan kombinasi psikoterapi perilaku model Motivational Enhancement Therapy (MET), yaitu terapi yang membangkitkan niat, kemauan, semangat pecandu sendiri untuk berhenti dan sembuh.

Selanjutnya, disarankan dengan Cognitive Behavior Therapy (CBT) di panti–panti rehabilitasi.

"Program rehabilitasi narkoba untuk mengatasi rasa kecanduan dan memulihkan pecandu sangatlah efektif," ujar Akhmad.

"Kendala yang ada saat ini, kurangnya kesadaran sebagian besar pecandu untuk pulih dan lepas dari narkoba sehingga mereka tidak mau mengikuti program rehabilitasi narkoba," lanjut dia.

Baca juga: Viral, Video Juru Parkir di Medan Tendang dan Peras Pengendara Motor

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Pajak Makanan Dibayar Restoran atau Pembeli? Ini Penjelasan Ekonom

Pajak Makanan Dibayar Restoran atau Pembeli? Ini Penjelasan Ekonom

Tren
Alasan Komisi X soal Anggota DPR Dapat Kuota KIP Kuliah

Alasan Komisi X soal Anggota DPR Dapat Kuota KIP Kuliah

Tren
Kebun Binatang di China Ubah Anjing Menyerupai Panda, Tuai Kecaman Pengunjung

Kebun Binatang di China Ubah Anjing Menyerupai Panda, Tuai Kecaman Pengunjung

Tren
Buntut Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Kemenhub Tuntut ASN Jaga Etika

Buntut Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Kemenhub Tuntut ASN Jaga Etika

Tren
Pekerjaan untuk Juru Parkir Liar Minimarket

Pekerjaan untuk Juru Parkir Liar Minimarket

Tren
Benarkah Kenaikan UKT Belakangan karena Campur Tangan Pemerintah?

Benarkah Kenaikan UKT Belakangan karena Campur Tangan Pemerintah?

Tren
Demonstran Israel Blokir Jalan dengan Batu, Truk Bantuan ke Gaza Tak Bisa Lewat

Demonstran Israel Blokir Jalan dengan Batu, Truk Bantuan ke Gaza Tak Bisa Lewat

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 11-12 Mei 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 11-12 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Media Asing Soroti Indonesia Vs Guinea | Ikan Tinggi Vitamin D

[POPULER TREN] Media Asing Soroti Indonesia Vs Guinea | Ikan Tinggi Vitamin D

Tren
Perjalanan Sashya Subono, Animator Indonesia di Balik Film Avatar, She-Hulk, dan Hawkeye

Perjalanan Sashya Subono, Animator Indonesia di Balik Film Avatar, She-Hulk, dan Hawkeye

Tren
Ramai soal Mobil Diadang Debt Collector di Yogyakarta padahal Beli 'Cash', Ini Faktanya

Ramai soal Mobil Diadang Debt Collector di Yogyakarta padahal Beli "Cash", Ini Faktanya

Tren
Pria di India Ini Memiliki Tumor Seberat 17,5 Kg, Awalnya Mengeluh Sakit Perut

Pria di India Ini Memiliki Tumor Seberat 17,5 Kg, Awalnya Mengeluh Sakit Perut

Tren
Daftar 10 Ponsel Terlaris di Dunia pada Awal 2024

Daftar 10 Ponsel Terlaris di Dunia pada Awal 2024

Tren
Ramai soal Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Ini Kata Kemenhub

Ramai soal Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Ini Kata Kemenhub

Tren
Beredar Penampakan Diklaim Ular Jengger Bersuara Mirip Ayam, Benarkah Ada?

Beredar Penampakan Diklaim Ular Jengger Bersuara Mirip Ayam, Benarkah Ada?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com