KOMPAS.com - Sebuah video yang menampilkan sekelompok orang tengah bersepeda di jalan raya beredar di media sosial Twitter.
Hal yang berbeda, dalam video yang diunggah akun @semestasains pada Sabtu (22/8/2020), salah seorang pesepeda yang tiba-tiba mengubah gaya bersepedanya.
Pesepeda itu tidak lagi mengayuh sepedanya, melainkan menelungkupkan badannya di atas sadel sepeda, mirip seperti tokoh superhero Superman sedang terbang.
Meski tidak dikayuh, namun sepeda yang dinaikinya justru melaju lebih kencang dan menyalip pesepeda lainnya.
Video itu sudah disukai lebih dari 5.100 pengguna Twitter dan dikomentari 1.500 warganet.
Aerodynamic, Aerodinamika, adalah studi yg mempelajari gerakan udara, terutama interaksinya dengan benda padat.
Dan atlit sepeda ini sepertinya benar2 memahami hukum dasar aerodinamika. pic.twitter.com/N8ppmgqvVs
— Semesta Sains (@semestasains) August 22, 2020
Beberapa warganet yang berkomentar mengatakan fenomena itu bisa terjadi karena pesepeda itu melintas di jalanan menurun, sehingga bisa melaju lebih kencang.
Akun @semestasains menyebut, hal itu terjadi karena pesepeda yang bergaya Superman itu melaju lebih kencang karena memahami hukum dasar aerodinamika.
Namun, benarkah demikian?
Guru Besar Fisika Teori FMIPA-IPB, Husin Alatas, mengatakan pesepeda bergaya Superman itu bisa lebih cepat karena tekanan udara antara bagian depan dan belakang sepeda menjadi semakin kecil.
Pesepeda yang memposisikan dirinya mendatar, kata dia, membuat gaya hambat udara berkurang.
Baca juga: 5 Hal Seputar Sepeda Kreuz, Disebut Mirip Brompton hingga Dipesan Jokowi
Husin mengatakan hal ini dimungkinkan karena aliran udara di sekitar sepeda dan tubuh pesepeda relatif tidak banyak perbedaan, antara bagian depan sepeda dengan bagian belakang.
"Berdasarkan fenomena yang diamati, terlihat bahwa pengurangan besar gaya hambat udara secara signifikan mengubah momentum sepeda," kata Husin saat dihubungi Kompas.com.
"Meskipun sepeda tidak lagi dikayuh dan torsi gaya yang berkontribusi pada putaran roda hanya berasal dari gaya gravitasi akibat kemiringan jalan," imbuhnya.
Baca juga: Setelah Sepeda, Berkemah Mulai Jadi Tren di Masa Pandemi Corona
Dalam fisika, kuantitas gerak ditentukan oleh besaran yang bernama momentum, yang besarnya bergantung pada massa sepeda ditambah pesepeda, serta kecepatannya.
Husin menjelaskan besar momentum sepeda dipengaruhi oleh gaya-gaya yang bekerja padanya.
Ada beberapa gaya yang bekerja, antara lain gaya gravitasi akibat jalan yang menurun, gaya dorong yang berasal dari kayuhan pesepeda, gaya hambat udara yang dipengaruhi oleh struktur sepeda dan posisi tubuh pesepeda, serta gaya gesek antara sepeda dengan jalan.
"Khusus gaya hambat udara, muncul karena adanya perbedaan tekanan udara di bagian depan yang lebih besar ketimbang bagian belakang sepeda akibat perbedaan kerapatan udara antara kedua bagian," kata Husin.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.