Bahkan, ada kasus anak remaja melakukan tindakan self-harm, bahkan bunuh diri karena menjadi korban bullying.
"Jadi, dampaknya seringkali melebihi dari apa yang Anda pikirkan. Jangan anggap sepele dampak bullying," kata dia.
Baca juga: Patut untuk Dipahami, Berikut Beda Psikotropika dan Narkotika
Saat disinggung terkait maraknya penyebaran video Zara, Nael mengatakan bahwa mereka cenderung bebas menyebarluaskan lantaran mereka membuat akun dengan identitas palsu.
"Di medsos cenderung lebih anonim, identitas diri lebih tersamarkan, misal dengan memakai nama akun yang tidak sebenarnya. Jadi, merasa bisa lebih bebas berkomentar," kata Nael.
Ia juga menilai bahwa di media sosial juga ada semacam "group pressure/tekanan kelompok" untuk ikut/conform dengan suara mayoritas/pendapat yang terpopuler.
Sehingga, mereka cenderung tidak berpikir lebih lanjut untuk membagikan unggahan tersebut.
Baca juga: Marak soal Kasus Penyimpangan Seksual, Bagaimana Cara Menghadapinya?
Terkait dengan video-video yang berisikan SARA, bullying dan hal-hal sensitif lainnya, Nael mengimbau agar tidak mudah menyebarluaskan sesuatu yang sekiranya berdampak luas, terlebih pada korban, terutama jika menuliskan komentar bernada kebencian.
"Ajuka pertanyaan kritis pada diri sendiri. Apa dampaknya jika saya forward/beri komentar? Apa komentar saya ini berisikan hal yang baik? Apa yang saya lakukan tersebut membantu.berdampak positif pada korban? Apa yang saya lakukan juga mengedukasi masyarakat?" ujar Nael.
"Kalau tidak dapat menjawab pertanyaan tersebut, maka respons terbaik yakni berhenti di Anda," lanjut dia.
Sementara itu, psikolog klinis Personal Growth, Gracia Ivonika menyampaikan, jadilah warganet yang bijak dan cerdas dalam memilih informasi.
"Tidak serta-merta memberi label atau judgement negatif secara sepihak dalam tanggapan yang diberikan, apalagi melakukan hal itu untuk kepentingan pribadi yang berpotensi merugikan/menyakiti orang lain," ujar Gracia saat dihubungi terpisah Kompas.com, Jumat (21/8/2020).
Ia menambahkan, masyarakat juga sebaiknya mengingat lagi kepada etika dalam berkomunikasi termasuk di media sosial yakni menyampaikan tanggapan secara asertif (menggunakan kalimat/bahasa yang netral, obyektif, tidak memojokkan atau menyakiti siapapun).
Baca juga: Kasus Reynhard Sinaga, Waspadai 8 Ciri-ciri Predator Seksual
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.