Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Jangan Anggap Sepele Dampak Bullying"

Kompas.com - 21/08/2020, 19:37 WIB
Retia Kartika Dewi,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Penyanyi sekaligus artis peran Adhisty Zara belakangan ini menjadi perbincangan di media sosial lantaran adanya video mirip dirinya bersama seorang pria.

Diketahui, video yang diduga mirip dengan Adhisty Zara tersebut viral di media sosial.

Dalam video yang ternyata diambil dari Insta Story tersebut terlihat gadis yang mirip dengan Zara sedang bersantai dengan seorang pria yang diduga kekasihnya, Zaki Pohan.

 

Terlihat, pria tersebut menyenderkan tubuhnya dipundak sang gadis. Keduanya juga tampak tertawa ke arah kamera.

Baca juga: Kasus Pegawai Starbucks dan Pemahaman soal Pelecehan terhadap Perempuan...

 

Tanpa diduga, sang pria meletakkan tangannya ke payudara si perempuan dan menggenggamnya. Terlihat, si perempuan tampak terkejut, namun kembali terlihat santai seperti seolah-olah tak terjadi apa-apa.

Setelah video itu viral, Zara mengalami perundungan bertubi-tubi oleh warganet.

Bahkan, ibunda Zara, Sofia Yulinar meminta masyarakat untuk tidak langsung menghakimi putrinya.

Baca juga: Viral soal Kasus Bunuh Diri Mahasiswa karena Skripsinya Kerap Ditolak Dosen, Ini Analisis Pengamat Pendidikan

Lantas, apa itu perundungan atau bullying dan dampaknya bagi korban?

Psikolog anak sekaligus Dosen Fakultas Psikologi dari Universitas Indonesia (UI), Nael Sumampouw menyampaikan, perundungan adalah bentuk tingkah laku agresif (menyerang) orang lain yang dilakukan dengan sengaja.

Menurutnya, tindakan perundungan ini dilakukan terus-menerus, sehingga menyebabkan orang lain atau korban terluka atau merasa tidak nyaman.

Adapun bentuk perundungan ini dapat berupa kontak fisik, kata-kata, dan tindakan yang samar.

"Saat ini memang cyber-bullying diprediksi sebagai salah satu bentuk tindak kriminal yang meningkat dalam situasi pandemi Covd-19, di Indonesia diatur dalam UU ITE," ujar Nael saat dihubungi Kompas.com, Jumat (21/8/2020).

Baca juga: Cegah Anak dari Pelecehan Seksual, Bagaimana Mengedukasinya?

Ia menjelaskan, dampak pada korban ada yang bersifat jangka pendek maupun jangka panjang yang bersifat individual, berbeda antar individu.

"Untuk dampak jangka pendek, misalnya terlalu menarik diri, kesedihan, shock/terguncang. Sementara, untuk dampak jangka panjang yakni mengalami masalah kesehatan mental yang serius seperti trauma, depresi, kecemasan, dan rendahnya self esteem," lanjut dia.

Untuk dampak secara umum yang dialami korban yakni penghayatan emosi dan pikiran yang negatif mengenai diri sendiri, dapat dengan menganggap diri tidak berharga atau tidak bermakna.

Bahkan, ada kasus anak remaja melakukan tindakan self-harm, bahkan bunuh diri karena menjadi korban bullying.

"Jadi, dampaknya seringkali melebihi dari apa yang Anda pikirkan. Jangan anggap sepele dampak bullying," kata dia.

Baca juga: Patut untuk Dipahami, Berikut Beda Psikotropika dan Narkotika

Latah menyebarkan video

Saat disinggung terkait maraknya penyebaran video Zara, Nael mengatakan bahwa mereka cenderung bebas menyebarluaskan lantaran mereka membuat akun dengan identitas palsu.

"Di medsos cenderung lebih anonim, identitas diri lebih tersamarkan, misal dengan memakai nama akun yang tidak sebenarnya. Jadi, merasa bisa lebih bebas berkomentar," kata Nael.

Ia juga menilai bahwa di media sosial juga ada semacam "group pressure/tekanan kelompok" untuk ikut/conform dengan suara mayoritas/pendapat yang terpopuler.

Sehingga, mereka cenderung tidak berpikir lebih lanjut untuk membagikan unggahan tersebut.

Baca juga: Marak soal Kasus Penyimpangan Seksual, Bagaimana Cara Menghadapinya?

Edukasi masyarakat

Terkait dengan video-video yang berisikan SARA, bullying dan hal-hal sensitif lainnya, Nael mengimbau agar tidak mudah menyebarluaskan sesuatu yang sekiranya berdampak luas, terlebih pada korban, terutama jika menuliskan komentar bernada kebencian.

"Ajuka pertanyaan kritis pada diri sendiri. Apa dampaknya jika saya forward/beri komentar? Apa komentar saya ini berisikan hal yang baik? Apa yang saya lakukan tersebut membantu.berdampak positif pada korban? Apa yang saya lakukan juga mengedukasi masyarakat?" ujar Nael.

"Kalau tidak dapat menjawab pertanyaan tersebut, maka respons terbaik yakni berhenti di Anda," lanjut dia.

Sementara itu, psikolog klinis Personal Growth, Gracia Ivonika menyampaikan, jadilah warganet yang bijak dan cerdas dalam memilih informasi.

"Tidak serta-merta memberi label atau judgement negatif secara sepihak dalam tanggapan yang diberikan, apalagi melakukan hal itu untuk kepentingan pribadi yang berpotensi merugikan/menyakiti orang lain," ujar Gracia saat dihubungi terpisah Kompas.com, Jumat (21/8/2020).

Ia menambahkan, masyarakat juga sebaiknya mengingat lagi kepada etika dalam berkomunikasi termasuk di media sosial yakni menyampaikan tanggapan secara asertif (menggunakan kalimat/bahasa yang netral, obyektif, tidak memojokkan atau menyakiti siapapun).

Baca juga: Kasus Reynhard Sinaga, Waspadai 8 Ciri-ciri Predator Seksual

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com